Vote sebelum baca 🌟
__________
Alana berlalu pergi. Meninggalkan tempat yang terasa menyesakkan baginya. Tak sanggup menghadapi Bulan setelah mengeluarkan isi hatinya selama ini.
Kejadian itu memang terjadi di masa lalu, tapi rasa sakitnya masih tetap ada hingga detik ini. Tersimpan rapat di dalam hati. Seakan punya ruang tersendiri untuk mengingat memori tersebut.
Bukan sakit karena diselingkuhi, tapi sakit mengingat pengkhianatan Bulan.
Salahkah Alana menutup mata? Salahkah Alana berharap persahabatan mereka tetap terjaga? Salahkah Alana berharap Bulan akan berubah?
Alana meraup wajah gusar sembari terduduk lesu di bangku taman. Jantungnya masih berdenyut nyeri mengingat tuduhan Bulan. Tubuhnya bergetar samar akibat menahan amarah.
"Kayaknya, di sini cuma gue yang menganggap kita sahabat, Lan." Senyum getir terbit di bibirnya. "Sakit banget ya ternyata," lirihnya.
"Sakit kenapa?"
Pertanyaan seseorang di sampingnya membuat Alana terlonjak kaget. "Ya ampun! Ngagetin aja Lo!!" Kesalnya sambil memukul lengan Matthew. Si pelaku yang berbisik usil di telinganya.
"Hehe. Sorry. Sengaja." Cengir Matthew tanpa dosa. Membuat Alana kian memukulinya membabi buta.
Bukannya meringis kesakitan, Matthew malah tertawa geli. Tertawa puas melihat ekspresi kesal Alana. "Udah, udah. Gak capek mukulin gue?" tanyanya di sela tawa.
"Gak!"
Matthew menahan kedua tangan Alana seraya tersenyum manis. "Stop, Na! Jangan mukulin gue lagi. Gue gak mau tangan cantik Lo lecet karena mukulin gue."
Ekspresi Alana yang tadinya kesal sontak berubah datar. "Dih, alay banget omongan Lo. Gue jadi mual nih." Timpalnya kesal. Membangkitkan tawa Matthew.
Alana menarik tangannya dari cengkraman Matthew. Lalu, melipat di depan dada. "Mood gue sedang jelek. Lebih baik Lo pergi sebelum kena semprot." Peringatnya.
"Masih pagi tapi udah bad mood. Siapa yang membuat mood Lo anjlok?" Matthew duduk tanpa takut di sisi Alana sedangkan Alana mengabaikan pertanyaan Matthew.
Pria itu merogoh sesuatu dari dalam tas dan meletakkan di pangkuan Alana. "Nih, coba makan dulu. Siapa tahu mood Lo langsung membaik setelah makan cokelat ini."
Alis Alana sedikit tertarik ke atas melihat cokelat pemberian Matthew. "Suka banget ya sama cokelat sampai dibawa kemana-mana?"
Matthew mengangguk polos. "Gue juga bawa cemilan serba cokelat loh. Nih, lihat aja kalau gak percaya." Menunjukkan isi tas ranselnya hingga Alana berdecak heran melihat tas itu dipenuhi cemilan.
"Aneh banget." Meski mulutnya berujar demikian, ia tetap mengambil cokelat di atas pangkuannya.
"Mau yang mana lagi, tuan putri? Silahkan diambil sesuka hati mumpung gue sedang baik hati," ujar Matthew seraya membuka tasnya lebar-lebar.
Alana sok berpikir sejenak. "Semuanya boleh gak?" Candanya.
"Boleh banget! Ambil sekalian sama tasnya juga boleh. Gapapa deh gue nenteng-nenteng laptop sama alat tulis asalkan mood Lo membaik," sahut Matthew jenaka. Berhasil membuat senyuman kembali terbit di bibir tipis Alana.
'Orang yang baru gue temuin aja sebaik ini, tapi kok Lo malah gitu ke gue Lan?'
Tanpa sadar, Alana menjadi membanding-bandingkan Matthew dengan Bulan.
"Hei! Kenapa malah murung lagi? Lagi ada masalah apa?"
Alana menghela napas berat. "Gak ada masalah kok."
"Ketahuan banget bohongnya." Matthew mencubit pipi Alana gemas. "Ekspresi Lo ini gak pernah bisa bohong."
Bibir Alana tertekuk sebal sembari menjauhkan tangan Matthew dari pipinya. "Jangan nanya-nanya. Gue gak suka."
"Oke. Sorry. Gue gak akan nanya lagi."
Alana menggigit bibir bawah menyadari ucapan bernada ketus keluar dari mulutnya. Takut membuat Matthew tersinggung. Hendak minta maaf, tapi Matthew tiba-tiba berdiri.
Bibir Alana terbuka, namun terkatup lagi ketika kepalanya diusap oleh pria tersebut. "Gue gak tau masalah apa yang menimpa Lo, tapi apapun itu. Tetap semangat Alana!"
Bersambung...
Tembus 60 vote + 60 komen ku kasih triple up💃
2/8/24
By: firza532
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...