Vote sebelum baca 🌟
Hiruk pikuk di dalam kelas tidak membuat Alana merasa terganggu. Gadis itu terus fokus menatap layar laptop. Membaca sekaligus menghafal materi yang akan dipresentasikan hari ini.
Alana sadar dirinya tak sepintar orang lain, maka dari itu ia selalu berusaha lebih keras dalam segala hal. Meskipun dari luar terlihat pintar, nyatanya otak Alana biasa-biasa saja. Masuk ke universitas ini pun, harus berusaha mati-matian terlebih dahulu. Mengikuti berbagai macam les yang memuakkan. Belajar siang dan malam.
Untunglah perjuangan keras Alana membuahkan hasil yang manis. Ia berhasil diterima di salah satu universitas negeri paling bergengsi di Jakarta.
"Guys, ada info nih dari Bu Ani." Ketua kelas tiba-tiba berseru. Mencuri perhatian penghuni kelas.
"Katanya kuliah pagi ini diundur karena Bu Ani ada urusan penting."
Sebagian bersorak senang dan sebagian lagi mendesah kecewa.
"Kenapa gak dari tadi sih ibu ngabarin?" Alana bergumam kecewa. Mendapatkan anggukan setuju dari gadis berkacamata di sampingnya.
"Tau tuh. Padahal gue udah bela-belain bangun pagi dan gak mandi demi datang ke sini."
"Ih, jorok." Alana meledek Bulan, sahabat dia sejak awal SMA.
Bulan menyibak rambut songong. "Gak mandi pun, gue tetap cantik dan wangi kok." Menyahut penuh percaya diri.
"Iya deh. Anggap aja cantik dan wangi." Alana memutar bola mata malas. Enggan berdebat lebih jauh karena sangat mengenal sifat Bulan. Tak mau mengalah.
"Lo udah sarapan, Na?"
"Belum."
"Kantin yuk."
"Yuklah!"
"Gue ikut dong. Kebetulan gue belum sarapan." Celetuk Aldi yang tak sengaja mendengar obrolan mereka.
"Gue juga ikut." Anggota kelompok terakhir juga tak mau ketinggalan.
Dan, jeng jeng jeng..
Akhirnya mereka makan bersama di kantin seperti sedang double date.
Secara kebetulan, selera makanan mereka juga sama sehingga menjadi cepat akrab. Padahal sebelumnya mereka seperti orang asing.
"Berhubung kita belum terlalu kenal, gimana kalau kita kenalan dulu?" Usul Aldi penuh semangat.
"Setuju. Siapa tahu kita bisa temenan sampai semester akhir." Timpal Bulan.
Alana mengangguk penuh minat. Kebetulan ia hanya dekat dengan Bulan saja. Bukankah sangat bagus memiliki banyak teman?
Dengan memiliki banyak teman di dalam kelas, ia bisa mendapatkan berbagai macam informasi terbaru.
"Kalian asli mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...