Vote sebelum baca 🌟
Hidup Alana terlalu tenang belakangan ini. Tanpa kehadiran stalker. Baik di dunia nyata maupun di alam mimpi.
Hal itu membuat Alana sedikit takut. Takut stalker sedang membuat rencana baru. Rencana baru yang lebih berbahaya dibanding biasanya. Entah itu sedang merencanakan cara menculiknya atau rencana jahat lainnya.
Pikiran Alana tak bisa tenang menyangkut segala sesuatu tentang stalker. Semuanya terasa begitu mengerikan dan menakutkan. Membuatnya ingin melarikan diri sejauh mungkin dari jangkauan stalker.
Namun, bagaimana cara melarikan diri di saat dia sendiri tak mengetahui identitas stalker?!
Alana menghela napas berat kesekian kalinya. Pertanda sangat lelah memikirkan banyak hal. Sebenarnya bisa saja Alana melupakan hal itu, akan tetapi overthinking selalu menggelayutinya tanpa ampun.
Perhatian Alana sedikit teralihkan dari pemikiran buruk kala dosen mengakhiri perkuliahan dan meninggalkan ruang kelas.
Alana segera membereskan barang-barang di atas meja. Lalu, menatap Bulan di sampingnya yang juga sedang memasukkan alat tulis ke dalam tas. "Lan, ke perpus yuk."
Bulan memutar bola mata malas. "Gak ah. Mending gue nongkrong di fakultas ayang gue. Lumayan, cuci mata."
Alana turut memutar bola mata malas mendengar pernyataan Bulan. "Lan, please deh. Ngikutin dia terus kerjaan Lo. Emang gak capek?"
"Gak. Gak ada kata capek buat ayang gue."
Lama-lama, Alana kesal sendiri jadinya. Dia selalu menemani Bulan ke mana saja sedangkan Bulan tidak mau menemaninya. Rasanya, hanya dia yang selalu berkorban dalam hubungan pertemanan mereka. "Ya udah deh. Serah Lo aja. Gue pergi ke perpus sendirian aja."
Bulan tersentak mendengar ucapan sinis Alana. "Iya, iya. Gue temenin ke perpus, tapi perpustakaan di fakultas dia ya?"
"Aneh-aneh aja sih Lo. Mana mungkin ada materi yang gue cari di sana. Jurusan kita aja beda jauh. Lo gak lupa 'kan?"
"Lupa."
Alana menghentakkan kaki kesal melihat cengiran polos Bulan. Cengiran yang jelas-jelas dibuat agar dia tak marah. Cengiran yang membuatnya ingin menjitak kepala Bulan supaya kembali berfungsi normal. "Heran gue. Obsess banget sama dia. Emang dia ngapain sampai Lo segitunya suka sama dia?"
"Dia udah melet gue dengan ketampanannya."
"Sumpah ya, jawaban Lo buat gue merinding." Alana menampar pelan lengan Bulan. "Jangan terlalu obsesi sama dia, Lan. Gak baik."
"Udah, udah. Gak usah ikut campur. Lo pergi aja ke perpus gih."
Alana menggelengkan kepala heran melihat kepergian Bulan. "Gimana sih nyadarin tuh anak? Dari dulu gak pernah berubah. Selalu ngejar cowok yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal lain. Bahkan dia juga tega merebut pacar yang gue sukai." Sesaat, ia termenung memikirkan masa lalu. Kemudian, menggeleng kuat. Mengusir bayangan masa lalu yang masih menyakitinya hingga detik ini. "Lupain!"
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...