Vote sebelum baca 🌟
"Lo gak capek ngintilin gue terus kayak orang gila?!"
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab aja pertanyaan gue!"
"Cih. Dasar gila."
Keributan di depan kelas membuat Alana berhenti mengunyah nasi goreng buatan mama.
Awalnya, ia mengabaikan perdebatan antara Bulan dan Lucas. Namun, lama kelamaan, Alana pun merasa penasaran.
Berakhir menutup bekal, meneguk minuman, dan berjalan menuju pintu. Mendengarkan ucapan mereka lebih jelas.
Alana menempelkan telinganya ke pintu yang tertutup rapat. Sengaja dia tutup karena ingin menikmati waktu istirahat tanpa gangguan siapapun.
"Jawab aja pertanyaan gue! Siti itu siapa Lo?!" Nada suara Bulan kian meninggi. Terdengar sangat kesal sekaligus marah.
"Bukan urusan Lo!"
"Itu urusan gue."
Lucas menggeram kesal. "Dia pacar gue, puas?!"
Alana melongo syok.
'Pacar? Dia udah punya pacar? Dan pacarnya Siti? Pantesan aja gue sering berpapasan sama dia. Pacarnya aja anak kelas gue. Kenapa gak pernah dipublish sih?! Buat gue salah paham aja!'
"Pacar?! Gadis jelek jerawatan itu pacar Lo?! Gak salah?! Rendah banget selera Lo."
Lucas meninju pintu ruangan hingga Alana terlonjak kaget. Gadis itu bahkan memegangi dadanya lantaran terlalu terkejut seraya mundur beberapa langkah. Takut pintu tiba-tiba roboh dan menimpanya.
"Jangan pernah menghina pacar gue!"
"Gue gak menghina, bukannya yang gue bilang itu fakta?"
Alana menggelengkan kepala heran mengetahui Bulan begitu mudah menghina fisik seseorang.
Mengenai Siti ... Alana cukup mengenal sosok itu karena mereka berada di kelas yang sama. Siti sangat pendiam dan jarang bergaul dengan orang di dalam kelas. Siti lebih introvert daripada Alana.
Jika Alana masih bisa berbaur dengan orang di sekitar, maka Siti akan lebih memilih duduk diam di pojokan sambil membaca buku.
Jika Alana masih bisa mengobrol dengan teman-teman perempuan di kelas, maka Siti lebih memilih menjauh dari obrolan. Setiap kali diajak berbicara, selalu dijawab irit. Terkadang dijawab anggukan dan gelengan. Sungguh membuat Alana frustasi.
Eksistensi Siti di dalam kelas cukup menarik bagi Alana. Nama yang unik, sifat pendiam, dan pakaian eksentrik selalu menarik perhatiannya.
Alana sendiri cukup terkejut mengetahui selera Lucas. Sangat unik dan mengejutkan.
Ia pikir, Lucas menyukai gadis cantik, putih, mulus, dan feminim. Tetapi ternyata Lucas menyukai gadis eksentrik yang gaya berpakaiannya selalu bertabrakan warna.
Alana sampai menggaruk kepala bingung dengan selera Lucas.
Yah, sejujurnya, wajah Siti cukup menarik meskipun sedang jerawatan. Tubuh Siti juga bodygoals bak gitar spanyol.
"Menjauh dari hidup gue sebelum kesabaran gue habis!"
"Kalau gue gak mau?"
"Anj!!" Umpat Lucas kesal.
"Lucasss! Jangan pergi!!" Teriak Bulan. Pertanda Lucas berlalu pergi saking tidak tahannya menghadapi Bulan.
Dan yah, Alana sendiri pun sudah tidak tahan mendengar ucapan gila Bulan. Jika seandainya berada di posisi Lucas pun, Alana pasti geram dan kehabisan kata-kata saking kesalnya.
"Fixx! Lucas gak mungkin stalker gue. Dia gue blacklist dari tersangka stalker." Putus Alana kemudian.
****
Keributan di dalam kelas menarik perhatian Alana. Gadis itu segera masuk ke dalam kelas. Guna melihat sumber keributan.
Alangkah terkejutnya Alana melihat Bulan lah sumber keributan tersebut. Bulan sedang melabrak Siti. Disaksikan oleh puluhan mahasiswa di dalam kelas.
Alana memijit pangkal hidungnya frustasi melihat tingkah Bulan. Tatapan menghina dan ucapan tajam terus dilontarkan Bulan ke Siti yang tertunduk.
Bukan, bukan tertunduk seperti orang ketakutan. Melainkan tertunduk seolah bosan mendengar ucapan Bulan.
Anehnya, anak-anak di dalam kelas hanya terdiam menyaksikan perbuatan Bulan seakan enggan ikut campur.
"Na, lihat deh Bulan. Gak tau malu banget dia sok-sok an ngelabrak Siti." Bisik Fanya mengejutkan Alana.
"Uhmm, kenapa gak ada yang berhentiin dia, Fan?"
"Tadi sih udah ada yang berusaha berhentiin dia, tapi Bulan malah makin ngamuk. Ya udah deh, semuanya gak mau ikut campur lagi. Capek ngeladenin Bulan. Selain itu, kami diam aja karena Bulan gak main tangan ke Siti, dia cuma ngomel-ngomel gak jelas," jelas Fanya panjang lebar.
"Bocil banget si Bulan. Dia pikir kita ini masih anak SMA? Dih! Udah gak jamannya kali ngelabrak orang. Udah saatnya kita fokus ke masa depan." Celetuk Regina gemas.
"Udah sih. Paling nanti dia berhenti sendiri kalau dosen udah masuk." Timpal Ria.
"Lagian Siti santai aja tuh. Dia malah nguap dengerin cerocosan Bulan." Tawa Zella.
Alana manggut-manggut pelan mendengar semua ucapan teman-temannya.
Di lain sisi, ia menjadi kasihan mengetahui Bulan menjadi objek tontonan anak-anak.
"Udah puas nyerocosnya? Sekarang bisa diam gak? Telinga gue sakit dengar suara cempreng Lo."
Ucapan santai Siti mampu membuat seisi kelas terdiam dengan wajah melongo syok.
Lalu, sedetik kemudian, gelak tawa menggema di dalam kelas. Membuat wajah putih Bulan merah padam. Merasa malu karena tahu dirinya menjadi bahan tertawaan.
Sementara itu, Alana memalingkan wajah malu melihat tingkah memalukan Bulan. Entah kenapa ia merasa tingkah Bulan semakin tidak terkendali semenjak mereka tak lagi berteman. Padahal dulu Bulan cukup bisa mengendalikan diri.
Mungkinkah karena Bulan tidak memiliki teman yang memberikan saran lagi?
Bersambung...
16/8/24
Tembus 100 komen, baru lanjut💃💃
Kalau tembus, langsung ku update malam ini juga😗
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...