Part 42

4.6K 410 154
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Motor matic memasuki sebuah perkarangan rumah minimalis berlantai dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor matic memasuki sebuah perkarangan rumah minimalis berlantai dua. Menunjukkan wajah cerah seorang gadis berkepang dua. Tanpa tersirat kelelahan di wajahnya meski telah mengelilingi kota.

Pertemuan dengan Matthew membuat moodnya membaik. Ajakan Matthew membakar gairahnya. Tak sabar menunggu hari esok.

Oke, mungkin kalian berpikir Alana sangat plin plan. Awalnya saja yang sok menolak ucapan Matthew, sok menikmati liburan seorang diri.

Nyatanya, Alana malah senang Matthew ada di dekatnya. Mengajaknya berkeliling Kota Sydney. Mengajaknya bersenang-senang di kota asing.

Di lain sisi, Alana sangat heran melihat tingkah Matthew. Mau menyusulnya ke sebuah negara asing. Hanya karena khawatir.

Bukankah Matthew terlalu effort untuk dirinya?

Apakah perasaan Matthew sedalam itu?

Apakah dia sangat spesial bagi Matthew?

Apa jangan-jangan Matthew akan menyatakan perasaan kepadanya?

Jika dipikir-pikir, mereka sudah cukup lama saling mengenal.

Mereka sudah dekat selama satu semester.

Dalam kurun waktu itu, Matthew selalu menunjukkan ketertarikan kepadanya. Tindakan, perhatian, dan tatapan Matthew tak bisa membohonginya. Bahkan, orang tidak peka sekalipun pasti bisa melihat bahwa Matthew tertarik kepadanya.

Alana diam saja karena Matthew juga diam. Alana bertingkah bodo amat karena Matthew juga demikian.

Sekalipun, Matthew tidak pernah menyatakan perasaan kepadanya.   Akan tetapi, perhatian dan effort pria tersebut melebihi seorang pacar.

Matthew selalu mengantar jemputnya kuliah, menemani malam minggunya, menemaninya membuat tugas, dan terkadang healing keliling kota Jakarta.

Ada satu moment lucu, dimana Fanya bertanya ... "Lo pacaran sama Matthew?"

"Enggak."

"Boong. Lo pasti pacaran sama dia. Kemana-mana selalu berdua kayak lem dan perangko. Ngaku aja, Na. Gue gak ember kok."

"Gak percayaan amat. Gue emang gak pacaran sama dia. Kami cuma temenan."

"Teman macam apa yang rela antar jemput kayak ojek?"

"Iya loh."

"Hadeh. Kasian amat terjebak friendzone."

"Gak. Kami murni temenan."

"Dalam kacamata serba tahu gue, Matthew suka 99% sama Lo. Emangnya dia gak pernah nyatain perasaan ke Lo?"

Di saat seperti ini, Alana malah teringat percakapannya dengan Fanya.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang