Vote sebelum baca 🌟
Alana menyugar rambut gusar. Dibuat kesal oleh motornya yang tiba-tiba mati. Berulang kali mencoba menghidupkan, tapi percuma. Alhasil, dia terpaksa menuntun motornya ke tepi jalan.
Terlihat jelas raut kesal di wajah cantiknya. Andaikan tahu endingnya begini, lebih baik Alana meninggalkan motornya di rumah. Lebih aman dan hemat tenaga.
Alana hendak menelpon mama, tapi kemunculan seseorang mengurungkan niatnya.
Alis Alana naik ke atas melihat motor ninja merah dan pengendera ber-helm full face berhenti tepat di dekatnya.
"Kenapa berhenti di sini, Na? Motor Lo mogok?" Sosok itu bertanya sembari membuka helm. Menunjukkan wajah yang sangat dikenali Alana. Matthew.
"Iya, Matt. Motor gue mogok."
Matthew turun dari motornya. "Boleh gue cek motor Lo? Kebetulan gue sedikit paham otomotif."
"Boleh banget!"
Matthew segera mengecek motor Alana dengan teliti dari segala sisi. "Motor Lo baik-baik aja kok, Na. Kok bisa mati ya?"
Alana mengerjap polos. "Gak tau."
"Apa jangan-jangan bensinnya habis?"
Mendapatkan pertanyaan itu, Alana seketika menyengir. Ekspresi yang dapat diartikan oleh Matthew. Ia sontak memeriksa tangki motor Alana. "Eh, benar dong. Bensinnya habis."
"Hehe, gue baru ingat udah lama gak ngisi bensin."
Matthew tertawa kencang melihat tingkah malu-malu Alana. "Astaga, Na!! Kok bisa sih lupa ngisi bensin?"
Alana mengusap tengkuk malu. "Soalnya selama tangan gue terluka, gue dianter jemput mama."
Matthew menggelengkan kepala heran. "Walaupun gitu, bisa-bisanya gak ngecek bensin dulu sebelum bepergian. Gimana kalau motor Lo tiba-tiba mogok di jalanan sepi? Gimana kalau Lo dihadang orang jahat?"
"Ihh! Jangan nakutin." Keluh Alana. Ngeri sendiri membayangkan ucapan Matthew.
"Makanya, lain kali dicek dulu sebelum bepergian. Ini juga demi kebaikan Lo," tutur Matthew lembut. Mendapatkan anggukan patuh dari Alana. "Btw, tunggu di sini bentar. Gue beliin dulu bensinnya."
"Oke."
Sebenarnya Alana tidak enak merepotkan Matthew, tapi tak mungkin juga sok menolak di saat sangat membutuhkan bantuan. "Duh, udah dua kali gue teledor gini. Nyusahin orang aja kerjaan gue." Gumamnya.
Tanpa menunggu lama, Matthew kembali dengan sebotol bensin. Lalu, memindahkan semua isi botol ke motor Alana.
"Lain kali jangan lupa lagi ngisinya, Na. Ntar Lo ribet sendiri loh."
Alana tersenyum manis hingga matanya membentuk bulan sabit terbalik. "Iya. Makasih ya udah nolongin gue."
"Sama-sama." Matthew melirik siku Alana yang tertutup lengan kemeja. "Tangan Lo gimana? Udah sembuh?"
"Udah dong. Berkat obat pemberian Lo nih. Bahkan, bekasnya aja udah hilang. Sekali lagi, makasih ya."
Pria berambut pirang itu tersenyum hingga lesung pipinya terlihat. Tentu saja pemandangan itu membuat Alana sedikit berdebar. Siapa juga sih yang tidak berdebar melihat pria tampan nan baik hati sedang tersenyum manis?!
"Oh iya, Na. Lo suka makanan manis gak?"
Alana mengerjap heran. "Suka. Emangnya kenapa?"
"Tadi gue nemu toko dessert pas beli bensin. Mau ke sana gak? Lo pasti suka deh."
Alana berpikir sejenak. Ragu antara menerima atau menolak ajakan. Akan tetapi, akhirnya ia menerima. Berencana membelikan Matthew dessert sebagai ucapan terima kasih karena telah membantunya. Apalagi Matthew sudah dua kali membantunya. Sudah sepatutnya ia balas budi, 'kan?
****
"Huaaaa enak banget. Kenapa gue baru nemu toko ini sih? Rugi banget gue selama ini."
Alana menjerit tertahan lantaran terlalu excited. Sangat puas dengan cita rasa dessert. Manis, lembut, dan lumer. Memberikan sensasi menyenangkan dan membuat moodnya membaik.
Reaksi berlebihan Alana membuat Matthew tersenyum geli. "Gue punya banyak rekomend toko dessert yang pastinya Lo juga suka. Mau gue temenin gak ke sana nantinya?"
Alana mengangguk penuh semangat. Namun segera menggeleng setelah menyadari sesuatu. "Share aja alamatnya ke gue. Gue gak mau ngerepotin Lo terus."
"Gak ngerepotin kok, Na. Kebetulan gue juga suka banget sama dessert."
"Kok bisa suka sama dessert?"
Matthew menatap kue cokelat di hadapannya penuh arti. "Entahlah. Gue suka aja."
Alana mempoutkan bibir lucu lantaran dikecewakan oleh jawaban biasa Matthew. Ia pikir, dessert memiliki arti tersendiri bagi pria itu. "Pasti ada alasannya."
Matthew terdiam cukup lama dengan tatapan tertuju lurus ke Alana yang sedang menatapnya penasaran.
"Mungkin karena gue suka yang manis-manis?"
Alana ber-oh ria. Sementara, Matthew menyesap minumannya.
"Kalau suka yang manis, kok Lo malah mesan kopi pahit?"
Bersambung...
18/7/24
Panas banget gak sih cuaca di tempat kalian?
Kok di tempatku (Padang), panas banget ya🥵
Andd, kuy spam komen di sini 👉👉👉
@firza532
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...