Kehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya.
Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu menggan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terbangun di sebuah kamar asing membuat Alana terhenyak kaget. Refleks menyibak selimut. Memeriksa kondisi tubuhnya. Kemudian, menghela napas lega melihat pakaian masih melekat di tubuhnya.
Alana memijit kepalanya yang sedikit pusing akibat langsung duduk saat terbangun. Bibirnya sedikit terbuka melihat ke luar jendela. Di mana langit sudah menggelap sempurna.
Alana beranjak dari kasur. Buru-buru merapikan rambutnya. Meraih ponsel di atas meja dan memasukkan ke dalam saku celana. Mengintip dari celah pintu kamar sebelum keluar.
Alana menelan saliva kasar melihat punggung lebar Matthew dari belakang. Sosok itu sedang sibuk memasak. Tak sadar diperhatikan olehnya.
Matthew tampak sangat cekatan dan ahli dalam memasak. Gerak geriknya begitu lincah. Layaknya chef profesional.
Entah kenapa, Alana merasa malu keluar dari kamar. Malu tertidur di mobil saat perjalanan pulang. Malu menunjukkan sisi buruknya.
Ini semua karena terlalu kelelahan dan kekenyangan makan kue. Ditambah lagi semalam kurang tidur. Makanya, Alana bisa tertidur pulas di mobil Matthew.
"Ishh! Kenapa gue harus tertidur segala sih di mobilnya?!"
Alana mendumel pelan. Merutuki tindakannya. Bergerak gelisah di dekat pintu.
"Udah bangun, Na?"
Alana terlonjak kaget mendapat pertanyaan Matthew. Padahal pria tersebut tak berbalik. Masih tetap sibuk memasak.
Bagaimana bisa Matthew sadar? Ataukah suaranya yang terlalu keras?
"Udah hehe."
"Duduk dulu, Na. Bentar lagi masakan gue mateng."
Alana mengiyakan. Duduk dengan patuh di meja makan. Di mana buah, alat makan dan minuman sudah tersedia di sana.
Alana bertopang dagu. Menyaksikan Matthew memasak dari belakang. Keahlian Matthew dalam memasak membuatnya berdecak takjub. "Lo masak apa, Matt?"
"Nasi goreng seafood. Lo gak alergi seafood 'kan?"
"Gak kok. Gue pemakan segalanya," kikik Alana sehingga Matthew ikut tertawa.
"Berarti Lo juga makan rumput?" ledek Matthew.
"Iya. Biasanya gue makan selada, bayam, brokoli, dan kangkung."
Matthew menatap Alana gemas. "Itu sih sayuran, bukan rumput."
"Sama aja. Sama-sama hijau." Tawa Alana.
Matthew menghela napas pasrah. "Iya deh. Sama."
Beberapa detik kemudian, Matthew menghidangkan masakannya di hadapan Alana. Dihias sedemikian rupa. Warna dan aroma nasi goreng turut menggugah selera Alana.
Nasi goreng yang biasanya terlihat sederhana, kini malah terlihat seperti hidangan restoran ternama. Porsinya pas. Ditambahkan telur mata sapi, udang, cumi-cumi, daging kepiting, dan kerupuk.
"Woaaahh!! Pinter banget Lo masak, Matt," puji Alana.
Matthew duduk di hadapan Alana seraya tersenyum tipis. "Cuma nasi goreng seafood biasa, Na. Siapapun pasti bisa masaknya."
"Wajar aja sih. Soalnya mama Lo 'kan sayang banget sama Lo. Beliau pasti gak mau anaknya kenapa-napa, makanya gak dibolehin masak," sahut Matthew tanpa menjudge Alana.
Tentu hal tersebut membuat Alana tersenyum manis. Jarang-jarang ada pria yang mau mengerti kondisinya. Biasanya pasti dihujat dan diceramahi panjang lebar.
Pernah sekali Alana bercerita ke salah satu mantan pacarnya.
Reaksi mantannya sangat menyebalkan.
Mantannya malah mengomel panjang lebar. Mengatakan bahwa Alana terlalu manja. Menyuruh Alana belajar memasak karena kodrat perempuan adalah berada di dapur.
Ingin rasanya Alana berteriak tepat di depan mantannya. Hal yang tak mungkin bisa dilakukannya. Pada akhirnya, Alana memilih diam dan memutuskan hubungan.
Seumur hidup terlalu sayang dilewatkan dengan pria yang beranggapan kodrat seorang perempuan berada di dapur. Tipe pria seperti itu pasti akan membatasi mimpi dan cita-cita si perempuan. Mengekang si perempuan tetap berada di rumah dan menginjak sesuka hati bila melawan.
Bukankah berada di dapur tidak harus perempuan?
Bukankah perempuan dan laki-laki bisa bekerja sama dalam memasak?
Bukankah namanya rumah tangga?
Harusnya dikerjakan berdua! Jangan membebankan semuanya ke perempuan.
Apalagi di zaman sekarang, sudah bukan hal lumrah lagi perempuan ikut bekerja mencari nafkah. Tak jarang pendapatan perempuan lebih besar dibandingkan pendapatan laki-laki.
"Astaga! Gue lupa ngabarin Tante. Tante pasti khawatir," kata Alana panik.
"Tenang. Gue udah ngabarin Tante Lo."
"Hah? Kok bisa?"
"Soalnya tadi Tante Lo nelpon. Maaf kalau gue lancang angkat telepon lo."
"Gak kok. Gue malah berterima kasih."
"Buruan makan, Na. Setelah makan, gue bakal langsung nganterin Lo pulang."
Alana mengangguk penuh semangat. Mulai menghabiskan makan malamnya. Tanpa menyadari tatapan Matthew selalu tertuju ke arahnya sedari tadi. Menyaksikan setiap gerak geriknya tanpa ketinggalan satu hal pun.
Setelah kekenyangan, Alana diantar pulang. Mobil Matthew berhenti tepat di depan gerbang rumah. Enggan masuk ke dalam perkarangan rumah Tante Fitri.
"Gue nganter sampai di sini aja ya, Na."
"Uhmm, masuk dulu yuk," tawar Alana sedikit berbasa-basi ke Matthew yang sudah berbaik hati mengantarnya pulang.
"Gak usah. Ini udah malam banget."
Diam-diam Alana menghela napas lega karena tawarannya ditolak. "Oke deh. Thanks udah nganterin gue."
"Iya."
Alana keluar dari mobil. Diikuti oleh Matthew.
"Tunggu, Na." Menggenggam tangan Alana yang hendak memasuki halaman rumah.
"Kenapa, Matt?"
Matthew menunduk dan mencium pipi Alana secepat kilat. "Selamat malam, Alana. Semoga mimpi indah." Berlari masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Alana yang mematung kaget sembari memegang pipinya.
Jantung Alana berdebar kencang melihat Matthew tersenyum manis ke arahnya sebelum pergi.
Di saat Matthew sudah menghilang sepenuhnya, Alana bersandar lemah di pagar. Tulang-tulangnya terasa lemas akibat tindakan mendadak Matthew. Jantungnya berdebar tak karuan akibat ciuman selamat malam dari Matthew.
Baru kali ini Matthew berani menciumnya selama mereka saling mengenal. Dan, anehnya, ia tidak membenci hal tersebut. Ia malah ... Menyukainya?
Bersambung...
So, gimana cerita Stalker sejauh ini menurut kalian?
Coba spill pendapat kalian di sini mengenai cerita stalker👉👉👉👉
Aku pengen tau pendapat kalian mengenai ceritaku satu ini🙂