Part 4

10.9K 735 125
                                    

Vote sebelum baca 🌟

_______

Kening Alana mengernyit ketika merasa diikuti seseorang. Lantas, segera berbalik. Menelisik keadaan sekitar.

Hening. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Alana menggaruk pelipis bingung. Mungkinkah hanya perasaannya?

Kembali lanjut berjalan sembari menikmati teh hijau. Nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya terdengar mengalun pelan. Mengusir keheningan jalanan di malam hari.

Lagi-lagi Alana terlambat pulang. Kali ini, dia terlambat akibat mengerjakan tugas kelompok.

Para anggota kelompok mata kuliah Folklor sangat berambisi dalam mengerjakan tugas kelompok. Mereka ingin kelompok tampil sempurna Minggu depan. Alhasil, Alana terjebak selama berjam-jam di salah satu kafe demi pembuatan makalah dan PPT.

"Shibal! Kaget gue!" Alana terlonjak kaget ketika seekor kucing hitam menabrak kakinya. Semakin terkejut mendengar tawa halus dari seseorang. Matanya sontak menatap asal suara.

Ia membekap mulut syok melihat bayangan seseorang yang sedang bersembunyi di balik tiang besar. Bayangan itu dipantulkan oleh penerangan lampu jalanan. Pikiran buruk seketika menghantui Alana.

'pasti stalker sialan!' pikir Alana.

Alana berpikir keras. Diragukan oleh dua pilihan. Antara berlari menjauh atau pura-pura tidak melihat.

Akan tetapi, pada akhirnya Alana memilih opsi pertama. Alana berlari sekencang mungkin tanpa berani melihat ke belakang. Terus berlari walaupun bawaannya cukup berat. Mengabaikan pandangan aneh dari beberapa pejalan kaki.

Melihat gerbang rumahnya di depan mata, Alana langsung masuk dan menutup pintu gerbang.

Alana kembali terlonjak kaget melihat sosok itu masih mengikutinya. Walaupun tidak bisa melihat jelas wajah si stalker, ia dapat menangkap sudut bibir stalker terangkat ke atas. Seakan menertawakan tingkahnya.

Alana segera masuk ke dalam rumah serta mengunci pintu rumah rapat-rapat.

Beriringan dengan itu, sebuah pesan masuk ke benda pipih dalam genggamannya.

08xx: santai aja, kitten. Gue gak akan gigit Lo kok. Gue cuma mau memastikan Lo pulang dengan aman. Sampai jumpa di alam mimpi. Jangan begadang atau gue datengin ke rumah Lo lagi. Love you, kitten❤️

"Huaaaaa! Sebenarnya siapa sih yang ngikutin gue?!!" Jerit Alana tertahan. Frustasi, marah, kesal, dan juga takut. Semua perasaan bercampur aduk menjadi satu.

"Apa yang dia lihat dari gue sampai segitunya nguntit gue?!"

Alana membenamkan wajahnya di lutut. Lelah menghadapi kehidupan perkuliahan. Lelah memikirkan kehidupannya dipantau oleh seseorang.

Siapapun, tolong kembalikan kehidupan damai Alana!

Alana ingin kembali ke masa SMA. Masa paling damai. Hidup tenang bersama para cogan. Berpacaran dan berteman sesuka hati.

Sekarang, ada CCTV berjalan memantau kegiatan sehari-harinya sehingga harus hati-hati berurusan dengan laki-laki. Salah sedikit saja, langsung didatangi dalam mimpi. Ditambah lagi ancaman stalker sangat menakutkan.

Kemana Alana harus mengadu? Kemana Alana harus bercerita? Kemana Alana harus minta tolong?

Ah, jangankan minta tolong, sekedar bercerita pun Alana takut. Takut dicap gila.

Memang siapa yang akan percaya bahwa seseorang bisa meneror lewat mimpi?

"Loh, Lana? Kenapa duduk di lantai? Kamu sakit?"

"Aku pusing banget, ma," jawab Alana sok lemah. Sesaat kemudian, ia mendongak, menatap lesu sang ibu. "Aku tidur sama mama ya?"

Setidaknya, pelukan hangat ibu tercinta bisa menenangkan hati gundah Alana. Selain itu, akan ada orang yang membangunkan jika terlihat tanda-tanda terganggu di alam bawah sadar.

"Oke. Mau tidur di mana? Kamar mama atau kamar Lana?"

"Kamar aku aja, ma."

Alana menyambut uluran tangan ibunya. Lalu, menggandengnya. "Papa mana, ma?"

"Masih di kantor. Katanya lembur."

"Belakangan ini papa makin sibuk ya, ma. Soalnya Lana jarang lihat papa di rumah. Lana cuma bisa lihat papa di pagi hari aja."

Mama mengelus puncak kepala Alana. "Iya, Lana sayang. Papa ada proyek penting. Makanya papamu makin sibuk. Sabar ya. Papa kan kerja buat Lana dan mama."

"Ehmm, Lana gak bermaksud nyalahin papa, ma. Lana cuma heran aja. Biasanya kan papa selalu pulang tepat waktu. Malam-malam gini, papa pasti minum teh sambil baca koran di ruang tamu." Jelas Alana cepat. Takut membuat sang ibu kepikiran.

"Tenang aja. Nanti setelah proyek ini selesai, papa pasti pulang cepat lagi."

"Iya, ma."

"Kamu udah makan, Na?"

"Udah, ma."

"Kalau gitu, tunggu mama di kamar ya. Mama ambilin dulu obat sama air minum."

"Gak usah, ma. Kayaknya Lana pusing karena kelamaan natap layar laptop hehe."

"Tadi katanya pusing banget?"

"Sekarang udah hilang karena lihat wajah dan dengar suara mama. Mama kan obat paling ampuh bagi Lana."

"Dasar." Ibunya geleng-geleng kepala sendiri mendengar ucapan manis Alana.

Bersambung...

21/6/24

Tembus 100 komen, aku kasih double up💃

firza532

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang