Part 57

1.8K 218 127
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Begitu banyak hal terjadi belakangan ini semenjak pergi liburan ke Sydney

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu banyak hal terjadi belakangan ini semenjak pergi liburan ke Sydney. Hal yang mengganggu pikirannya. Hal yang sering membuatnya resah.

Harusnya Alana tidak pernah pergi ke Sydney. Harusnya Alana liburan ke tempat lain saja. Harusnya Alana tidak perlu mengetahui status dan perasaan Matthew.

Dengan begitu, mungkin semuanya tak akan terasa canggung bagi Alana.

Dengan begitu, dia bisa bertingkah seperti biasa tanpa memikirkan hal lain.

Alana menghela napas kasar. Menyandarkan kepalanya di dinding cafe. Meratapi keadaan yang tidak memihaknya.

Strawberry cheesecake yang biasanya selalu menggugah selera Alana, kini tak lagi menggugah selera Alana lantaran pusing memikirkan hal yang terjadi.

"Hai, Na!"

Alana terkesiap mendengar namanya dipanggil. Tubuhnya tegak seketika. Menatap orang yang ditunggunya penuh senyuman. "Oh, Hai, Matt."

Matthew duduk di hadapan Alana. Dibatasi meja yang diatasnya terhidang pesanan mereka.

Alana sengaja datang lebih dulu dibandingkan Matthew agar bisa mengatur perasaannya.

Alana ingin meluruskan semuanya supaya bisa tenang.

Alana telah mengambil satu keputusan besar dalam hidupnya setelah mendapat ceramahan dari Tante Fitri.

Alana sadar bahwa lebih baik meluruskan semuanya sebelum masalah menjadi lebih rumit di masa depan. Ia harus memotong akar yang baru tumbuh sebelum mengakar kuat dan tak bisa digoyahkan lagi.

"Kenapa tiba-tiba ngajak ketemuan, Na? Ya, gue senang sih. Cuma gue merasa ada hal penting yang mau Lo sampaikan. Right?" Terka Matthew. Disambut anggukan setuju.

"Sebelum membahas itu, lebih baik kita habisin dulu pesanan kita."

Matthew menatap hidangan serba manis di atas meja. Makanan yang tidak disukainya. Meski begitu, ia tetap tersenyum. "Oke. Kita makan dulu."

Diam-diam Alana menghela napas lega. Waktu berlatihnya untuk menyusun kata-kata semakin bertambah. Sungguh, dia ingin menyampaikan maksudnya dengan halus. Tanpa menciptakan suasana berat. Tanpa menyinggung perasaan Matthew.

Suasana menjadi lebih ringan kala mereka melahap dessert sambil mengobrol. Alana menjadi sedikit rileks. Setidaknya, sampai ia kembali berniat menyampaikan niat awal.

Alana sangat gugup saat menyusun kata-kata yang hendak diucapkannya. "Gini, Matt. Lo tau kan, hubungan kita..."

"Tentang hubungan kita ... Gimana menurut Lo gimana hubungan kita, Alana?" Potong Matthew mendengar Alana sedikit terbata-bata. Matthew tahu maksud ucapan Alana. Makanya dia segera memotong sebelum mendengar pernyataan menyakitkan dari mulut Alana.

Kata-kata yang telah Alana susun rapi lenyap seketika. Terdiam membisu mendapatkan pertanyaan dari Matthew. Ia menunduk dalam. Menatap kukunya gelisah.

"Hubungan kita terlalu aneh untuk disebut sebagai teman biasa. Kita selalu bersama. Kita saling memahami satu sama lain. Kita saling merasa nyaman satu sama lain." Matthew mengangkat dagu Alana, guna mengamati ekspresi Alana. "Dan, kita saling mencintai."

Napas Alana tercekat. Ternyata Matthew mengetahui perasaannya. Alana menggigit bibir bagian dalamnya resah. Menatap sosok lelaki dihadapannya tak berdaya. Senyuman getir terbit di bibirnya. "Memang apa gunanya kita saling mencintai?" Lirihnya.

"Kita satu keluarga, Matt."

Matthew berubah menangkup wajah Alana seraya menatap Alana serius. "Kita bukan keluarga, Na. Gue cuma anak tiri Tante Lo."

"Meskipun begitu, percuma aja, Matt. Gue gak mau terlibat masalah di masa depan. Lebih baik kita hentikan perasaan ini sebelum berkembang lebih jauh." Inilah keputusan yang telah diambil Alana setelah berpikir panjang. Keputusan yang menurutnya paling terbaik untuk mereka berdua.

Alana menipis pelan tangan Matthew dari pipinya. Sementara Matthew menggeram pelan. Tak terima mendengar ucapan Alana. "Gak. Gue gak bisa. Gue udah terlanjur jatuh cinta sama Lo, Alana." Tekannya.

"Masa depan masih panjang. Selama itu, Lo bisa menemukan cinta baru. Lo bisa menemukan orang baru yang membuat Lo merasa berdebar lagi."

Andaikan Alana tahu berapa dalam perasaannya. Pasti Alana tidak akan semudah itu berbicara demikian. Pasti Alana tidak akan semudah itu mendorongnya.

"Gue maunya cuma Lo."

"Kenapa harus gue? Gue gak secantik itu, Matt. Buka mata Lo lebar-lebar. Masih banyak gadis cantik lainnya di kampus kita maupun di kota ini."

"Di mata gue, cuma Lo yang cantik." Tandas Matthew.

Alana terdiam sesaat. "Ya udah. Terserah Lo aja. Yang penting gue gak bisa menjalin hubungan dengan anak tiri Tante gue." Putusnya kemudian.

"Mulai sekarang, lebih baik kita jaga jarak," kata Alana pelan tapi menusuk.

Matthew mengepalkan tangan murka. "Apa maksudnya itu, Alana? Kenapa kita harus jaga jarak?"

"Lo pasti tahu alasannya," sahut Alana tenang.

"Gue duluan." Lantas, bergegas pergi. Meninggalkan Matthew yang tersenyum miring.

"Oke. Kalau itu mau Lo. Sepertinya, gue terpaksa balik ke diri gue yang awal. Emang sih, Lo terlalu susah buat diraih. Sudah seharusnya gue mengamati Lo dari tempat jauh aja. Gapapa. Gitu aja gue udah bahagia kok, Alana."

Hari itu, tepat setelah Alana menyatakan hal tersebut, keduanya menjadi orang asing.

Keduanya berpura-pura saling tak mengenal setiap kali berpapasan.

Keduanya berpisah sebelum sempat memulai.

Alana memilih memfokuskan diri dengan kegiatan baru agar tak berlarut-larut dalam kesedihan sedangkan Matthew kembali ke kebiasaan awal, yaitu menguntit Alana.

Mereka memang jatuh cinta satu sama lain, akan tetapi jika salah satunya enggan melewati zona nyaman tentu percuma saja.

Lagipula, tidak semua jatuh cinta berakhir happy ending, bukan?

Lagipula, tidak semua jatuh cinta berakhir happy ending, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17 September 2024

Yeyy, sampai juga kita di part terakhir Stalker.

Gak nyangka deh bisa namatin cerita ini di sela-sela skripsiku🤧

Dan, cerita ini tuh healing banget buat aku dari segala siksaan skripsi a.k.a pelarian terbaik💃💃

Semoga kisah ini menghibur dimanapun kalian berada. Thanks atas segala dukungannya♡

Sampai jumpa di epilog👋

firza532

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang