Vote sebelum baca 🌟
__________
Suasana di dalam kelas begitu hening. Para mahasiswa fokus mengerjakan ujian. Mengerjakan ujian dengan sungguh-sungguh.
Di sudut ruangan, seorang gadis bertubuh mungil tampak kebosanan. Bosan menunggu waktu ujian selesai. Bosan menatap lembar jawabannya yang terisi penuh. Bosan bermonolog dalam hati.
Ia sudah selesai mengerjakannya dari 20 menit lalu, namun sampai sekarang masih tertahan di dalam ruangan karena belum ada satupun yang keluar.
Alana enggan keluar sendirian lantaran mengetahui bahwa semua mata pasti tertuju kepadanya dan Alana enggan menjadi pusat perhatian.
Harus ada satu orang lebih dulu mengumpulkan, barulah Alana berani mengumpulkan lembar jawaban.
Senyuman tipis terbit di bibirnya melihat moment yang ditunggu-tunggu tiba. Alana berdiri mengikuti Rika yang mengumpulkan lembar jawaban lebih dulu.
Alana langsung keluar dari kelas sembari menjinjing tas kecilnya. Berniat pergi ke mall. Merefreshing otak setelah dipaksa berpikir keras selama seminggu penuh.
Meski tanpa teman, Alana tetap bisa bersenang-senang sendirian. Yang terpenting, bebas membeli barang kesukaannya. Memberi reward bagi diri sendiri.
Akibat terlampau girang, Alana sampai menabrak seseorang di tikungan. Alana hampir saja terjatuh jika saja tak bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Lantas, menatap orang yang dia tabrak. Sedikit terkejut melihat Lucas lah korbannya.
"Kebetulan gue ketemu Lo, Alana."
Alis Alana naik ke atas. Heran mendengar ucapan Lucas. "Kenapa?"
Lucas mengacak rambut gusar sebelum bersuara. "Tolong bilangin ke teman Lo untuk berhenti ngikutin gue! Sumpah, gue terganggu banget." Pria itu menatap Alana lelah.
"Selama ini gue tahu Lo sering nemenin dia ngikutin gue. Kenapa Lo diam aja, Alana? Kenapa Lo gak pernah negur Bulan? Kenapa Lo gak pernah bilang ke dia kalau tindakan menguntit itu kejahatan besar?"
Mendengar dirinya disalahkan sepihak, tentu Alana tidak terima. "Heh! Lo pikir dia mau dengerin gue? Gue udah sering ingetin dia, tapi dia gak pernah mau dengerin. Dan, perlu diingat. Sekarang gue gak temenan lagi sama dia. Jadi, langsung bilang aja sama Bulan," bantahnya.
"Percuma! Dia selalu mengabaikan peringatan gue."
"Nah! Itu yang gue rasain!" Imbuh Alana malas. "Udah ya, gue mau shopping dulu. Jangan libatkan gue dalam masalah kalian. Gue gak mau terlibat drama lagi." Melangkah pergi, meninggalkan Lucas yang menghela napas panjang.
Alana sendiri tidak mau mengambil pusing. Menganggap pertemuannya dengan Lucas sebagai angin lalu. Tetap melangkah riang ke halte sembari membuka salah satu aplikasi.
Kala hendak memesan ojol, klaksonan di sampingnya membuat Alana mengurungkan niat. Kepalanya terangkat. Menatap si pengendara mobil yang mengejutkannya.
Niat mengomel Alana sontak luntur melihat Matthew. Bibirnya tertekuk sebal. Tatapan matanya menatap Matthew malas.
"Hehe, sorry. Gue ngagetin Lo ya." Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan.
"Ayok masuk, Na. Kita pulang bareng."
"Gak ah."
"Kok gak?"
"Gue belum mau pulang."
"Terus mau kemana?"
"Ke mall. Refreshing dulu."
"Ohh gitu. Oke, gue temenin. Kebetulan gue mau beli hadiah buat seseorang."
Alana terdiam sejenak, mencari kata penolakan yang paling pas dan tidak menyakiti hati Matthew. "Gue mau shopping sendirian. Soalnya, kalau gue shopping, pasti lama. Gue gak mau buat Lo mati kebosanan."
"Gapapa kok. Kan gue udah terbiasa menunggu."
"Ya udah deh, jangan protes ya!" Peringat Alana gemas melihat sifat keras kepala Matthew.
"Gak akan."
Akhirnya, Alana masuk ke dalam mobil Matthew. Pria itu tersenyum puas melihat Alana duduk manis di sampingnya. "Gimana ujian hari ini?" tanyanya memulai percakapan sembari melajukan mobil.
"Lancar."
"Yakin dapat nilai bagus?"
"Sangat yakin. Kebetulan semua soal ujian tentang materi yang gue hafal mati-matian."
"Gak sia-sia berarti perjuangan Lo."
"Iya."
"Ah ya, nanti mau shopping apa?"
"Apa aja. Selama menarik minat gue, ntar gue beli."
Matthew manggut-manggut pelan. "Kayaknya nanti gue mau beli baju sekalian deh. Bantu pilihin ya ntar?"
"Oke."
Alana mengalihkan pandangan ke luar kaca mobil. Melihat betapa macetnya jalanan. Maklum, sudah jam pulangnya pekerja kantoran dan anak sekolahan. Makanya macet parah.
Alana sudah sering terjebak macet, akan tetapi Alana masih saja belum terbiasa. Alana tetap menggerutu di dalam hati. Berharap kemacetan segera berakhir agar cepat sampai di tempat tujuan.
"Tiada hari tanpa macet ya." Celetuk Matthew. Diangguki setuju oleh Alana.
"Mau cokelat gak?" Tawar Matthew. Masih berusaha menarik perhatian Alana.
"Mau."
Alana menatap Matthew penuh semangat. Menimbulkan senyuman di bibir Matthew. Dia lantas memberikan sebatang coklat ke Alana. Disambut girang oleh Alana.
"Kalau mau cemilan lain, ambil aja di jok belakang, Na. Gue udah beli banyak buat Lo," imbuhnya dan Alana sontak menoleh ke jok belakang.
"Wow! Banyaknya. Lo beli semua itu buat gue?"
"Iya. Biar Lo gak bosan selama di perjalanan."
Alana mengulum senyum. Senang mendapatkan perhatian dari Matthew. Atau lebih tepatnya senang dibelikan banyak cemilan. Kalau begini ceritanya, sepertinya Alana akan betah bepergian bersama Matthew. "Makasih."
Matthew mengacak rambut Alana gemas melihat ekspresi ceria gadis di sampingnya. "Senang banget keknya. Lain kali bakal gue beli lebih banyak deh buat Lo."
Bersambung...
9/8/24
Vote dan komentar kalian penyemangat updateku 😚
By: firza532
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER
Teen FictionKehidupan tenang Alana perlahan terganggu oleh kehadiran seorang stalker. Membayangi kehidupannya siang dan malam. Menjajah mimpi-mimpinya. Menanamkan keresahan di setiap langkahnya. Siapakah pria yang menjadi stalkernya? Apa alasan pria itu mengang...