Part 46

3.4K 319 121
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Menghabiskan waktu bersama Alana selalu terasa menyenangkan bagi Matthew walau hanya sekedar duduk bercengkrama tanpa bersentuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghabiskan waktu bersama Alana selalu terasa menyenangkan bagi Matthew walau hanya sekedar duduk bercengkrama tanpa bersentuhan.

Saling bertukar cerita, pikiran, dan pandangan dengan Alana menjadi hal paling disukai Matthew di dunia ini sekaligus paling ditunggu-tunggunya.

Selalu saja ada hal baru yang membuatnya tertarik dan terkejut.

Demi apapun, waktu yang dilalui bersama Alana sangat berarti baginya. Ingin selalu bersama selalu. Menghabiskan lebih banyak moment meski tanpa berbicara.

Karena hal itulah, Matthew sengaja membiarkan Alana tertidur di mobilnya. Matthew sengaja tidak membangunkan Alana. Ia membawa Alana ke apartemennya supaya bisa melihat lebih lama wajah cantik Alana.

Matthew tidak bermaksud jahat. Ia hanya bermaksud mengagumi kecantikan Alana. Tanpa menyentuh ataupun merusak keindahan gadisnya.

Matthew menggendong pelan tubuh Alana kala sampai di lobi apartemen. Berjalan perlahan dan penuh kehati-hatian. Memastikan Alana tetap nyaman di setiap langkahnya.

Saat sampai di depan apartemen, dia langsung membuka pintu apartemen. Membawa Alana masuk ke dalam. Meletakkan tubuh Alana secara perlahan di atas kasur.

Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas menyaksikan wajah tenang si empu. Tangan kanannya perlahan terangkat. Membelai rambut cokelat Alana.

"Sampai sekarang, gue masih merasa semuanya seperti mimpi, kitten," lirihnya.

Hingga detik ini, berada di sisi Alana terasa bagaikan mimpi baginya. Mimpi indah yang bisa hilang dalam sekejap mata. Mimpi indah yang hilang dikala terbangun.

Satu tahun.

Matthew pernah mencari Alana bak orang gila dalam kurun waktu setahun.

Selalu mengunjungi tempat awal mereka bertemu. Rumah sakit. Tempat almarhum ibunya dirawat.

Berharap bisa bertemu. Berharap bisa bertukar sapa. Berharap bisa saling mengenal.

Matthew tersenyum penuh arti. "Pertemuan kita sangat singkat, tapi begitu melekat di dalam ingatan gue."

Masih teringat jelas olehnya awal pertemuan mereka.

Takdir mempertemukan mereka di taman rumah sakit.

Kala itu, Matthew tengah bersedih akibat kehilangan ibu tercintanya.

Matthew menangis pilu seorang diri di taman rumah sakit. Menangisi kepergian sang ibu. Menangisi takdir yang merenggut ibunya dengan kejam.

Dunianya benar-benar terasa hancur saat itu. Ia menjadi sosok lemah dan rapuh. Bahkan kehilangan semangat hidup.

Namun, Alana datang bak malaikat penolong. Memberikan kekuatan. Memberikan semangat baru. Memberikan harapan baru. Memberikan tujuan baru.

STALKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang