Chapter 9

801 130 6
                                    

Bibi marry terlihat khawatir, dia berdiri di depan kamar rawat melihat ruka yang terbaring lemah belum sadarkan diri.

Setelah sampai di rumah sakit tadi dan mendapatkan perawatan dari dokter. Kondisi ruka dinyatakan buruk. Kakinya yang lumpuh semakin parah. Demamnya tinggi, seluruh tubuhnya membiru penuh memar.

"Tuan, apa yang harus Bibi katakan pada Ayah Tuan nanti?" Bibi marry menggosok matanya yang merah. Begitu khawatir. Hanry menitipkan ruka padanya, tapi ia tidak bisa menjaganya dengan baik.

"Ibu marry."

"Iya Sus."

"Ini total biaya pengobatan pasien."

Bibi marry menerima lembaran administrasi yang harus dia bayarkan. Bibi marry menatap nominal angka yang tidak sedikit di sana. Ia bingung, dirinya tidak punya uang sebanyak itu.

Satu-satunya jalan adalah ia menghubungi Tuan Hanry untuk meminta kiriman uang. Tapi masalahnya, ia tidak punya kartu kredit. Biasanya ani memberikan dia gaji secara cash di dalam amplop setiap bulan.

"Sus, kalau biaya perawatannya saya bayar saat majikan saya pulang bagaimana Sus? Apakah bisa?"

"Ibu marry bisa membicarakan ini dengan pihak administrasi. Saya hanya menyampaikan amanah dari mereka."

"Baik Sus, terima kasih."

Bibi marry melihat Ruka sekali lagi, air matanya mengalir tanpa diminta. Bibi marry menyayangkan nasib pria lumpuh itu yang menderita.

Meski mempunyai keluarga kaya, tapi tidak ada kebahagiaan yang diperoleh oleh Ruka. Tidak jarang justru hanya penyiksaan dari ibu tiri dan saudara tirinya.

"Tuan, bagaimana cara Bibi memohon pada pihak administrasi rumah sakit. Bibi takut mereka tidak mengizinkan penundaan biaya perawatan. Untuk saat ini, Bibi hanya bisa menunggu sampai Tuan Hanry pulang dan membayar biaya pengobatan Tuan."

Setelah puas menatap wajah ruka dari kaca pintu ruang rawat. Bibi marry lantas melangkahkan kaki meninggalkan lorong itu menuju ke bagian depan administrasi.

Namun, baru tujuh langkah dia berjalan dari kamar rawat ruka, langkah Bibi marry dihentikan oleh suara sepatu high heels yang beradu dengan lantai.

Suara langkah kaki itu begitu nyaring terdengar semakin mendekat, membuat telinga Bibi marry berdengung gugup. Seperti merasakan aura tekanan yang luar biasa.

"Bisa Anda menyingkir?"

*DEG.!!

Bibi marry mendongak terkejut menatap sosok wanita cantik dengan rambut panjang hitam legam yang ada di hadapannya. Mata Rusa perempuan itu menatapnya dingin, auranya mendominasi. Menghipnotisnya sesaat.

"I-ya," jawab Bibi marry gugup karena hanya mematung di tengah jalan menghalangi langkah pharita.

Bibi marry sedikit menepi lalu menunduk tidak berani melihat saat pharita melaluinya. Indera penciuman Bibi marry tercengang, aroma wangi dari bunga Mawar begitu harum saat perempuan itu melewatinya.

'Dia sangat harum,' batin Bibi marry dalam hati.

Bibi marry merasa jika perempuan itu bukan orang biasa. Dia pasti berasal dari kalangan atas.

"Nona, ini kamar Tuan Ruka."

Jantung Bibi marry memompa begitu cepat, tatkala laki-laki bersetelan jas formal di belakang perempuan itu menunjuk kamar rawat anak majikannya.

Kaki Bibi marry segera kembali berbalik untuk melihat. Menatap punggung pharita dari belakang yang tampak akan membuka pintu kamar ruang rawat.

"Tunggu Nona! U-ntuk apa Anda mencari Tuan Ruka?" Bibi marry maju beberapa langkah, langsung meraih pergelangan tangan pharita menahannya yang akan membuka pintu.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang