Chapter 7

557 82 2
                                    

Ballroom Hotel .

Pharita saat ini duduk dengan keluarganya, melihat ke sekeliling ballroom. Meski sekilas tapi tatapan mata pharita sangat dingin, netranya yang hitam pekat memindai wajah para tamu yang hadir.

"Kamu tidak ingin makan sayang?" tanya Laura lembut memegang jemari pharita. Bibir pharita cuma melengkung lalu menolak halus.

"Saya masih kenyang Ma."

"Papa tidak salah duga, kamu memang mencari dia. Sedari tadi Papa perhatikan kamu terlihat gelisah menemukan keberadaan Ruka."

Benjamin tersenyum tipis, melihat putrinya yang diam-diam mencari Ruka di tengah-tengah keramaian pesta seperti ini. Junet menelan ludah gugup, Benjamin belum mengetahui fakta jika Ruka Peterson tidak hadir di antara mereka.

"Jangan cemas, Ruka pasti akan ke mari. Junet akan memanggilnya," ucap Benjamin menoleh pada Asisten Junet yang berdiri di samping kursi pharita. Pria dengan rambut cokelat itu tersenyum kikuk menerima perintah Benjamin.

"Junet, panggilkan Ruka. Putriku sangat ingin bertemu dengan calon suaminya."

Manu yang memegang sendoknya cukup erat, menatap pharita dalam. Perasaan nya begitu sakit saat mendengar nama laki-laki lain keluar dari mulut pharita. Cinta pertamanya itu, mengkhawatirkan pria lain.

"Manu, kamu melamun?" Manu menggeleng, lalu tersenyum.

"Saya cuma ingat kalau besok ada operasi bedah jantung untuk pasien darurat Bibi ."

Benjamin terkekeh, memberikan manu buah-buahan di piringnya yang kosong.

"Dia mirip dengan Rita sayang, manu juga gila kerja. Biar Om katakan padamu, kamu tidak akan cepat menikah jika terus sibuk bekerja," gurau Benjamin menepuk pundak manu santai.

"Sesekali pergilah kencan buta untuk bersenang-senang seperti Daddymu," tutur Benjamin melirik wesker yang tampak meminum winenya tidak nyaman.

Manu menoleh pada daddynya, wesker cuma menikmati hidangannya tanpa berkomentar. Sampai sekarang wesker pun masih melayani keluarga pharita, sebagai kaki tangannya.

"Kalau besok kamu ada operasi, jangan minum terlalu banyak," kata wesker menatap mata manu intens.

"Iya Dad, setelah saya bertemu dengan Ruka. Saya akan pulang."

"Ah, aku melupakan soal Ruka, kenapa kamu masih ada di sini?"

Junet terlihat ragu-ragu sebelum akhirnya melihat pharita lalu mengungkapkan kebenarannya pada Benjamin.

"Tuan, sebenarnya Tuan Ruka tidak ada di acara malam ini. Beliau tidak hadir."

"Bukankah saya menyuruhmu untuk menjemputnya?"

"Maaf Tuan , saya hanya memberikan Tuan Ruka undangan. Saya tidak menjemputnya."

Benjamin memijat keningnya, terlihat gusar. Pharita juga hanya diam tidak mengatakan apa pun.

"Berarti dia tidak tahu, kalau pharita menerima lamarannya?" tanya Benjamin yang dibalasi anggukan kepala dari Asisten Junet.

"Maafkan saya Tuan ."

Benjamin menghela napas, "Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi? Satu-satunya jalan. Kamu pergi ke rumah Graham besok pagi untuk memberitahukan hal ini padanya."

"Saya sendiri yang akan bicara dengan Ruka," sahut pharita membuat semua pasang mata yang ada di meja itu menatap minat padanya.

Senyum Benjamin bahkan tersungging langsung tertawa." Sayang, pharita sangat menyukai Ruka. Lihatlah, putri kita sampai repot-repot begini untuk membujuk calon suaminya."

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang