"Lebih dari suka, saya kecanduan," jawabnya menyentuh bibir ruka dengan jari manisnya.
ruka meraih jari manis pharita yang meraba bibirnya, tersenyum canggung ke arah service boy kondominium yang ada di depan.
Service boy itu tersenyum tipis. "Buket bunga ini, mau diletakkan di mana Tuan?"
"Ditaruh di kamar Bibi marry saja Tuan ruka."
Bibi marry yang melihat raut tuannya tampak ragu harus menjawab apa, berinisiatif untuk menawarkan kamarnya.
"Apa tidak sempit nantinya Bi?" tanya ruka khawatir.
"Kamar Bibi terlalu luas kalau di tempati sendiri, Tuan."
Ruka melihat pharita yang menjadi dalang dari semua ini. Seratus buket bunga Lili terlalu banyak. Bunga-bunga itu akan layu jika tidak diletakkan di vas yang diisi air.
Namun wanita yang membeli bunga itu tampak tidak merasa bersalah. Terlihat berdiri di belakangnya dengan tangannya yang menyentuh belakang leher ruka intens. Bergerak liar meraba area lehernya.
'Pharita,' tatapan ruka memberikan isyarat untuk perempuan itu berhenti. Akan tetapi pharita hanya menatapnya dingin.
Service boy kondominium segera memindahkan seratus buket bunga Lili itu ke kamar Bibi marry perlahan-lahan. Dan hanya menyisakan satu buket bunga yang dipajang di atas meja ruang tengah.
Setelah service boy itu pergi seusai memindahkan buket bunga Lili. Bibi marry kembali ke meja makan ingin meneruskan makan malamnya. Sementara pharita masih setia mengikuti ruka dari belakang yang menggerakkan kursi rodanya.
"Kamu benar-benar tidak akan berhenti mengikuti saya sebelum dapat ciuman?"
Pharita yang berdiri diam, berdehem singkat tanda iya. ruka melihat Bibi marry yang menghabiskan makanannya. Tangan ruka meraih jemari pharita menariknya ke dalam kamar dengan cepat.
"Kamu ingin mengajak saya tidur ruka?" tanya pharita terlihat jelas pikiran kotor apa yang ada di kepala nona presdir itu.
"Bukan," jawab ruka. Lalu melepaskan pegangan tangannya.
Pharita memandang telapak tangannya yang kini tidak lagi bersentuhan dengan jemari laki-laki lumpuh itu.
"Genggam tangan saya lebih lama," tukas pharita agak kesal menarik tangan ruka menautkan jari-jemarinya lebih erat ke tangan laki-laki itu.
ruka yang melihat tindakan pharita, mencoba mengerti. Menghembuskan napas panjang, lalu mememanggil pharita lembut.
"Pharita."
"Hem."
Wanita itu mendekat, merunduk sedikit. Tangan ruka yang satunya menyentuh pipi pharita yang seputih susu.
"Kemarilah saya akan memberikan kamu ciuman."
Pharita langsung menurut, mendekatkan wajahnya. Detik berikutnya melihat bibir ruka yang mulai menempel di bibirnya.
Laki-laki itu benar-benar menciumnya. Hanya ciuman biasa.
"Sudah, ini untuk seratus buket bunga Lili yang tadi," kata ruka menyeka bibirnya.
Pharita masih diam di tempatnya, tapi dia merasa kurang. Tangannya mencekal kursi roda ruka yang akan pergi begitu saja.
"Ini baru satu ciuman, saya ingin seratus ciuman," ucap pharita tegas.
ruka menatap mata tajam perempuan itu, lalu mengingat tentang nasihat Benjamin bahwa putrinya merupakan perempuan yang keras kepala. Pharita tidak bisa diluluhkan dengan kekerasan, tapi harus kelembutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) END
RomancePharita yang berhati dingin seperti ular dipertemukan dengan Ruka laki-laki berhati hangat nan lembut seperti kelinci. Akankah cinta bisa tumbuh di hati keduanya?