Berkshire, Inggris.
Mobil yang disopiri marco telah sampai di kawasan pegunungan salju dekat dengan Tower City Center. Marco didampingi tujuh anak buahnya menurunkan koper pharita.
"Apa benar ini tempatnya?"
"Iya, ini sesuai dengan alamatnya, Tuan marco."
Helena menunjukkan tiket bulan madu di pemandian air hangat bukit kembar kota Berkshire. Pharita mengambil tiket bulan madu hadiah dari karyawan kantornya itu membaca ulang alfabet yang tertera di sana.
Sepasang kakek nenek keluar dari penginapan, menyambut kedatangan mereka.
"Nona pharita, selamat datang di pondok kami, saya Nenek Nui dan suami saya Kakek Zarrafi akan melayani Nona pharita dan Tuan ruka selama bulan madu di sini," kata mereka dengan suara bergetar khas orang tua.
Pharita menunduk sebagai tanda hormat. Kini kakek nenek itu melihat ruka yang duduk di kursi roda didorong oleh pharita.
"Mari masuk ke dalam."
Helena berselfie ria melihat pemandangan gunung yang indah berwarna putih.
"Helena!" panggil pharita datar melihat tingkah sekertarisnya yang konyol.
"Iya Nona!" Helena memasukkan ponselnya buru-buru, lantas mengikuti langkah pharita yang telah masuk ke dalam pondok lebih dulu.
Marco dan anak buahnya menempati pondok bagian utara, sementara sekretaris Helena memilih pondok yang ada di tengah mereka.
Dan untuk pasangan pengantin yang bulan madu, Nenek Nui dan Kakek Zarrafi menempatkan kamar pharita di pondok paling ujung selatan tempat yang kedap suara.
Satu jam setelah merapikan barang bawaan mereka, pharita maupun ruka dibawa ke halaman belakang pemandian air hangat.
Nenek Nui telah menyiapkan ubi bakar lezat yang diolesi mentega gurih di keranjang anyaman.
"Kamu suka ubi bakar?"
pharita memperhatikan mata Ruka yang berbinar melihat kumpulan ubi bakar hangus dari tungku perapian.
Sebelum Ruka menjawab, pharita sudah lebih dulu mengambil ubi bakar itu mengupas kulitnya. Menyuapi ruka tanpa laki-laki itu minta. Ruka tersenyum, dan mulai membuka mulutnya menerima suapan dari sang istri.
"Jika kamu suka saya akan membelikan satu kebun ubi jalar dari Nenek Nui, agar kamu bisa membakarnya setiap hari."
Ruka mengusap bibirnya, lalu memakan sisa ubi bakar yang ada di tangan pharita.
"Saya memang suka, tapi ini saja sudah cukup sayang. Tidak perlu membeli perkebunan ubi jalar Nenek Nui."
Nenek Nui dan suaminya adalah seorang petani. Mereka menanam berbagai macam buah-buahan dan umbi-umbian di kebun belakang bukit pondok mereka.
"Ubinya sangat manis Nenek Nui ," seru Helena senang.
Anak buah marco datang membawa setengah karung ubi mentah, yang mereka gali dari perkebunan di belakang.
"Tuan marco, kita harus membeli satu karung ubi untuk dibawa pulang ke London. Ubi-ubian ini, benar-benar lezat jika dijadikan pai atau kue bolu."
Marco terkekeh, lalu mengeluarkan uang ratusan pounds dari saku jaket parasutnya.
"Berikan uang ini pada Kakek Zarrafi, lalu minta Kakek menggalikan kita ubi-ubian yang banyak. Jika uangnya kurang, pharita akan membayarnya."
Marco melirik pharita yang sedang memakan ubi manis itu bersama ruka. Marco yakin jika pharita akan mau menambahi uang yang kurang itu, karena tuannya ruka terlihat lahap memakan ubi bakar Nenek Nui.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) END
RomancePharita yang berhati dingin seperti ular dipertemukan dengan Ruka laki-laki berhati hangat nan lembut seperti kelinci. Akankah cinta bisa tumbuh di hati keduanya?