Chapter 53

580 95 33
                                    

"Selamat datang Nona, ada yang bisa kami bantu?" tanya pegawai toko bunga kepada pharita yang baru saja masuk mendorong kursi roda ruka.

"Kami ingin membeli bunga mawar putih Bibi," ucap ruka mewakili calon istrinya.

Bibi pemilik toko bunga itu tersenyum lantas memandu mereka melihat-lihat rangkaian buket bunga mawar putih yang telah disusun rapi di vas besar.

"Bunga mawar putih seperti apa yang Tuan dan Nona cari? Mungkin saya bisa membantu memilihkannya."

Pharita yang memperhatikan ruka begitu ramah pada wanita paruh baya itu segera menjawab ketus,

"Tidak perlu tersenyum sangat manis pada calon suamiku!"

Bibi pegawai toko itu menunduk lalu mengangguk mengerti, sementara ruka memegang tangan pharita menggeleng pelan. Mengingatkan nona presdir itu, bahwa itu hal yang wajar, karena bibi itu melayani pembelinya.

"Bibi, kami mencari bunga Mawar untuk mengunjungi makam almarhum ibu saya."

Bibi pemilik toko bunga itu lalu mengeluarkan beberapa deret bunga Mawar putih yang kelopak tengahnya sedikit berwarna merah muda. Begitu indah dan anggun.

"Ini Mawar Putih jenis Eden Tuan. Bunga ini melambangkan perpisahan yang harmonis. Jika itu untuk almarhum ibu Tuan. Tuan bisa memberikan bunga ini sebagai tanda keihlasan menerima kepergiannya dengan tenang."

ruka memandang Mawar Eden itu membayangkan punggung almarhum ibunya. Sudah sangat lama, puluhan tahun lamanya. Wajah almarhum ibunya sedikit buram diingatannya. Kematian wanita itu yang terbakar di losmen kumuh membuat Ruka bahkan tidak bisa melihat secara jelas wajah ibunya untuk yang terakhir kali.

"Kamu menyukai mawar itu?" tanya pharita membuyarkan lamunan ruka sejenak.

Laki-laki itu mendongak ke atas menatap wajah pharita seraya tersenyum,

"Iya, saya menyukainya pharita."

Pharita memandang buket bunga mawar Rose Eden itu dan memerintahkan bibi penjual toko untuk membungkusnya.

"Berikan seratus buket bunga Rose Eden seperti yang calon suami saya sukai."

"Itu terlalu banyak Bibi, tolong berikan saya satu buket bunga saja."

"Ruka seratus buket bunga ini untuk menghormati almarhum ibu mertua. Saya ingin membelikannya sebagai tanda perkenalan karena akan menikah dengan putranya."

"pharita, ibu akan lebih menghargai jika kamu secara tulus mendoakannya."

Ruka tidak ingin pharita melakukan hal yang sama saat di kondominium. Perempuan itu juga membelikan 100 buket bunga Lili yang pada akhirnya layu sia-sia.

"Seratus buket bunga memang terlalu banyak Nona. Tapi jika Nona ingin membelinya saya akan sangat senang."

Bibi penjual toko itu segera mengambil Mawar Eden untuk membungkusnya. ruka yang melihat bibi itu akhirnya mengalah.

"Baiklah, kita akan membeli 100 Mawar Eden. Tapi biar saya yang membayarnya."

Pharita memicingkan matanya tidak suka.

"Kenapa kamu harus perhitungan? Ini hadiah saya untuk almarhum ibu mertua," ketusnya.

Ruka yang mengetahui calon istrinya merajuk, memegang tangan pharita yang ada di kursi roda.

"Baik kamu ataupun saya yang membelinya, almarhum ibu akan menerimanya dengan senang, pharita."

"ruka."

"Kali ini saja, kamu tahu saya sudah lama tidak mengunjungi makam ibu. Dan saya menerima gaji dari sekolah kemarin. Biarkan saya menggunakan uang itu untuk buket bunga ibu."

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang