Chapter 22

577 97 18
                                    

"Saya harap kamu tidak melewati batas Manu. Atau surat izin praktek kamu di rumah sakit ini dicabut."

Manu tidak percaya ini, pharita baru saja mengancamnya. Perempuan itu bahkan akan membuat nya kehilangan pekerjaannya di rumah sakit pusat London hanya karena Ruka. Padahal Manu menerjuni profesi ini juga untuk Pharita. Ia ingin bisa mengobati dan merawat pharita saat dia terluka.

"Kita pergi Junet," tukas pharita
dingin, membuka pintu belakang mobil mengabaikan dokter bedah itu yang terus memanggil namanya.

"RITA DENGARKAN SAYA! PHARITA!"

Manu meninju udara kosong lantaran mobil Bugatti Divo, yang disupiri asisten Junet kini mulai meninggalkan area rumah sakit bercampur dengan puluhan kendaraan di jalan raya.

Manu mengusap wajahnya kasar, dia takut pharita membencinya. Cinta pertamanya akan semakin sulit digapai jika pharita membenci dia.

"Shit!" umpat manu kesal, kembali ke dalam gedung rumah sakit. Meneruskan pekerjaanya sebagai dokter bedah.

***

Junet yang menyetir mobil menggenggam setir gugup. Melihat raut wajah nona presdirnya dari kaca spion mobil. Memperhatikannya dengan jeli.

"Nona, Tuan Manu mungkin hanya mengkhawatirkan Nona. Dia cemas karena Nona akan menikah dengan Tuan Ruka. Karena itu, Tuan Manu sampai melakukan hal sejauh itu," ucap Junet memberanikan diri mengemukakan pendapat.

Mata Rusa pharita masih menatap datar, melirik Junet sekilas. Junet yang ditatap demikian segera berdehem lalu mengganti topik pembicaraan. Junet tidak mau mengambil resiko jika pharita justru memberikan ia sanksi karena membahas Dokter Manu.

"Ehem,.. setelah ini. Apa kita akan langsung pulang? Atau mengunjungi Tuan Ruka di kondominium, Nona?"

Selama lima menit tidak ada jawaban, Junet seperti berbicara pada dinding yang bernyawa. Muka nonanya juga datar-datar saja tidak merespon.

Junet tahu, dalam kondisi seperti ini pharita sangat mirip dengan ular berbisa. Sekali saja Junet membuat kesalahan saat pharita sedang marah. Junet akan langsung dipecat esok harinya.

Akhirnya Junet memutar kemudi ke arah kondominium yang ditempati ruka. Junet tidak ingin membawa pulang pharita dengan aura yang menakutkan seperti ini.

Bisa-bisa di rumah, Benjamin akan menginterogasinya habis-habisan karena melihat putrinya terlihat marah.

'Semoga Tuan ruka bisa membuat aura menyeramkan Nona menghilang,' doa Junet dalam hati.

Tidak butuh waktu lama untuk Junet sampai di kondominium. Dia memarkirkan mobil pharita di basemant, lalu menemani nona nya berjalan memasuki gedung hunian elite itu.

"Selamat datang Nona pharita. Semoga hari Nona menyenangkan," kata staff resepsionis yang melihat kehadiran pharita melewati lobi akan menaiki lift.

Junet hanya tersenyum lalu memberikan tips untuk penjaga resepsionis itu mewakili nonanya. Sementara pharita masih berjalan kaku mengabaikan semua staff kondominium yang ada di sana.

Setelah Junet dan pharita pergi, beberapa pegawai mengusap dada mengambiil napas lega. Mereka hampir jantungan karena melihat pharita yang terlihat menakutkan.

"Aku hampir mati tidak bernapas. Aku takut menyinggung Nona pharita dan dipecat hari ini."

"Kamu benar."

"Mood Nona sedang buruk, beruntung asisten Junet menemaninya. Jika tidak, habislah kita."

Ruka terkejut saat melihat kedatangan pharita yang tiba-tiba. Wanita itu tidak memberitahukannya jika ia akan berkunjung.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang