Chapter 55

694 106 51
                                    

Kediaman Keluarga Wilson, Pukul 07.15 PM.

Acara jamuan makan malam akan diadakan di taman belakang rumah. Benjamin, Laura, dan Charles telah duduk di meja panjang menunggu kedatangan putri keluarga mereka.

Bibi pelayan menyiapkan berbagai macam olahan menu Eropa yang khas dengan aroma sauce chilli pedas manis kesukaan pharita.

"Tuan Benjamin, Nona dan Tuan ruka sudah sampai."

Junet berdiri di belakang Benjamin, ikut menghadiri acara jamuan makan malam ini. Setelah membantu Sofia menyiapkan pakaian untuk ruka, Junet segera kembali ke rumah utama.

Meski dia bukan lagi asisten pharita, tapi Junet tetap khawatir memikirkan keputusan Charles tentang pernikahan nonanya.

"Kelvin, jemput pharita dan ajak dia ke mari."

"Iya Tuan."

Kelvin lekas melangkah meninggalkan taman belakang, menyambut pharita yang terlihat keluar dari mobil Lamborghini favoritnya.

Marco yang menyetir mobil itu kemudian membukakan pintu untuk ruka yang ada di kursi penumpang.

"Hati-hati Tuan ruka."

Kelvin membantu mempersiapkan kursi roda ruka, memapahnya duduk perlahan.

"Papa dan Kakek Anda, sudah menunggu di dalam, Nona pharita," jelas Kelvin memegang kursi roda hendak mendorongnya. Tapi tangan marco menghalanginya.

"Biar aku saja yang mendorong kursi roda Tuan ruka."

Marco segera mengambil alih kursi roda ruka mengikuti langkah pharita yang memimpin jalan memasuki kediaman keluarga Wilson.

Bibi marry yang ikut juga datang kemari begitu gugup menatap bangunan megah di depannya, asisten rumah tangga itu mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah pharita yang sangat luas tiga kali lebih besar daripada kediaman keluarga Graham.

"Rita," panggil Laura tersenyum melihat putrinya yang telah bersama ruka menuju ke meja makan.

"Kami sudah lama menunggumu rita," kata Benjamin menimpali.

"Apa perjalananmu lancar tadi? Bagaimana dengan kondisi ruka? Apa dokter sudah mengizinkan dia dibawa pulang?" tanyanya beruntun,

menatap mata teduh calon menantunya yang terlihat lebih segar daripada beberapa hari lalu saat ia menjenguknya di rumah sakit.

"Saya sudah baik Pa," jawab ruka tersenyum manis.

Benjamin segera menarik kursi di sampingnya,

"Duduklah di sini ruka, temani Papa," ajaknya ramah.

Ruka mengangguk, tapi charles yang sedari tadi memperhatikan pria di kursi roda itu memicingkan mata melarang.

"Kamu tidak bisa terlalu baik pada laki-laki yang belum menjadi menantumu Benjamin. Biarkan dia duduk di sana dengan kursi rodanya," tukas charles dingin.

"Kakek," Pharita mencoba membantah tapi tangan ruka menyentuh jemari pharita melarang perempuan itu buka suara.

"Apa ada yang salah dengan ucapan saya?" desak charles lebih datar menatap cucunya.

Mata pharita mengkilatkan api amarah, tapi ruka meredamnya dengan lembut,

"Pharita, kita harus menghormati orang tua." ruka melihat mata charles yang tajam seperti Elang dengan tatapannya yang teduh layaknya air.

Marco mendorong kursi roda ruka ke ujung selatan meja makan yang paling jauh dari kedua orang tua pharita duduk, seperti keinginan charles.

"Tuan ruka, saya akan ada di belakang Anda. Jika Kakek tua itu macam-macam, saya akan langsung memberikan dia pelajaran," bisik marco sambil terkekeh kecil.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang