Pharita melihat wajah Ruka yang terbaring lemah di ranjang pasien. Kedua mata Ruka terpejam terlihat begitu pucat.
Bibir pria itu pecah-pecah, keningnya yang sedikit robek dibalut perban, pipi lebam membiru, dan luka-luka di bagian tertentu di wajahnya membengkak.
Bulu mata Ruka bergerak, kedua sudut netra nya secara teratur meneteskan cairan bening. Pria lumpuh itu menangis dalam keadaan belum sadarkan diri.
"Ibu," gumamnya meraih lengan pharita yang ada di sampingnya.
"Ibu, jangan tinggalkan Ruka," lirihnya lagi.
Pharita menatap kelima jari Ruka yang bergetar ketakutan, keringat dingin mengucur deras dari telapak tangan laki-laki itu. Pharita hanya diam melihat pegangan Ruka yang begitu kuat di lengannya.
"Apa yang membuatmu ketakutan seperti ini?" Pharita sedikit merunduk, melihat wajah Ruka dari samping mendekatkan kepalanya tepat di telinga Ruka.
"Ibu," Ruka kembali bergumam. Bibir pucatnya tidak berhenti menyebut tentang wanita yang melahirkannya.
'Bagaimana dia bisa terrluka? Siapa yang sudah menyakitimu?' batin pharita memperhatikan lagi, bibir, hidung, pipi, kening, dan alis ruka yang terajut rapi.
Pandangan pharita berpindah ke bawah, menatap kedua kaki lumpuh yang diperban dengan bekas darah kering di sekitarnya. Pharita yakin benda tajam pasti telah melukai kaki lemah itu.
"Nona."
Asisten Junet yang masuk ke dalam ruangan membuyarkan fokus pharita sejenak pada Ruka. Mata pharita melirik sekilas, melihat Junet yang berdiri di belakangnya.
"Maaf jika saya berkata lancang, tapi waktu kita tidak banyak. Nona juga harus menghadiri pertemuan Tuan Marco ."
Junet ingat, jadwal pharita hari ini. Marco Mondro - seorang pialang saham yang piawai sudah sangat lama mengatur pertemuan dengan pharita.
Apartemen Luxury, yang baru saja pharita beli rencananya akan selesai di renovasi dalam dua minggu. Dan Tuan Marco ingin melihat apartemen itu untuk nantinya, ia pikirkan tentang jenis saham yang cocok untuk ditanam pada apartemen tersebut.
"Jika bukan Nona yang menghadiri pertemuannya, kita bisa mengirimkan perwakilan."
Karena pharita terlalu lama menjawab, Junet menebak jika nona presdirnya masih ingin berlama-lama di rumah sakit untuk menunggui ruka.
Tapi pertemuan dengan Marco sangat penting, yang tidak boleh nonanya lewatkan.
Itu juga yang menjadi alasan pagi-pagi buta asisten Junet telah bersiap mengantar nona presdirnya ke rumah keluarga Graham, supaya bisa berdiskusi dengan Ruka secara cepat.
Namun rencana Junet meleset karena buktinya ruka justru ada di rumah sakit.
"Beri saya waktu lima belas menit lagi," kata pharita lugas.
"Saya mengerti Nona."
Junet kembali diam, melihat pharita yang mendekat ke kepala ruka kemudian berbisik,
"Menikahlah denganku, maka saya akan melindungimu."
Bibi marry yang mengamati perbuatan pharita hanya menangkupkan kedua tangan, dia tidak tahu apa yang dibisikkan pharita. Tapi Bibi marry yakin itu bukan sebuah ancaman.
Pharita sudah selesai, tangannya melepaskan pegangan ruka lantas berbalik menghadap pada asisten Junet. Junet sudah siap untuk pergi,tetapi pharita justru menghampiri Bibi marry menyerahkan kartu namannya.
Kedua tangan Bibi marry bergetar menerima kartu nama itu. Pandangan Bibi marry bahkan tidak berhenti menatap kartu yang terbuat dari logam itu, membaca tulisan " Executive Presdent Director Cyber Company."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) END
Storie d'amorePharita yang berhati dingin seperti ular dipertemukan dengan Ruka laki-laki berhati hangat nan lembut seperti kelinci. Akankah cinta bisa tumbuh di hati keduanya?