Chapter 54

519 89 15
                                    

"S-aya tidak perlu ke kamar mandi pharita," kata ruka gugup mencoba menyingkirkan tangan pharita yang ada di pundaknya. Terus meraba area leher dan daun telinganya.

"Apa kamu malu jika saya melihatnya, ruka?" tanya pharita melihat wajah ruka yang memerah dari samping, menyentuh punggung pria itu meraba turun sampai ke area bawah.

"Ruka," panggilnya rendah nan dingin.

ruka menutup mukanya dengan telapak tangan kanan, melihat wajah pharita yang datar tapi begitu nakal. ruka menghembuskan nafas panjang, berusaha bersabar.

"Stttt...Bisa kamu tidak menggoda saya Pharita?"

Pharita yang melihat wajah laki-laki itu begitu tampan dan manis saat memohon padanya, menyeringai tipis.

"Bagaimana saya bisa menggodamu ruka? Saya tidak melakukan apapun."

ruka tersenyum, menggeleng kecil. Jawaban yang diberikan Pharita sangat bertolak belakang dengan apa yang wanita itu perbuat saat ini.

"Tapi tangan kamu tidak berhenti meraba saya," peringatnya.

Pharita menatap kedua tangannya lalu mendekatkan kepala sampai ke leher ruka hingga jarak mereka sangat menempel.

"Saya hanya sedang membantu menciptakan rangsangan. Agar kamu bisa keluar dengan lancar," katanya datar.

"Rangsangan?"

"Iya."

"Saya tidak perlu hal seperti itu!" Ruka mendorong kursi rodanya menjauh. Dia sangat malu sekarang. pharita bahkan memikirkan tentang masturbasi.

'Kenapa dia membahas hal itu di tempat seperti ini?' Ruka menoleh ke belakang melihat wajah pharita yang tanpa dosa. Tetap berdiri di tempatnya dengan muka dingin serta pandangan yang tajam menatapnya. Perempuan itu bahkan tidak merasa bersalah sama sekali.

"Tuan ruka! Kenapa Anda terburu-buru?" Marco langsung beranjak dari mejanya mengejar ruka yang mendorong kursi rodanya tergesa-gesa akan meninggalkan restoran.

"Antar saya ke rumah sakit Tuan marco," ucap ruka mengulang permintaannya yang tadi.

"Iya, aku pasti mengantar Tuan ruka. Tapi pharita?" Wajah marco bingung melihat pharita yang masih diam tidak ikut pergi.

"Pharita pasti akan menyusul," lanjut ruka sedikit memaksa.

pharita diam, tapi perlahan dia melangkah pasti mendekati kursi roda Ruka memegangnya dari belakang. ruka yang terkejut meraih tangan marco cepat meminta bantuan.

"Tuan marco! Saya mohon, antar saya ke rumah sakit sekarang!" Marco memegangi tengkuk lehernya serba salah, melirik pharita yang justru memberikan dia tatapan berlati. Seolah-olah melarang marco untuk menerima permintaan calon suaminya itu.

"Saya yang akan mengantar ruka ke rumah sakit."

"Tuan marco." Ruka masih mendesak.

pharita menarik kursi roda pria itu mundur,

"Saya yang antar ke rumah sakit, atau kamu saya bawa ke kamar mandi, ruka?" ucap pharita memberikan ancaman.

Marco yang mengamati sikap kedua calon pengantin ini, mendesah lelah. Merasa kesulitan.

"Apa kalian berdua bertengkar?" tegas marco.

Pharita dan ruka saling pandang lalu melihat marco, yang bersedekap dada ikut kesal.

"Hah, bisa gila aku," keluh marco.

"Kami tidak bertengkar," jawab pharita sengit. Membela diri.

Marco mengerucutkan alisnya menyatu. Memandang mereka berdua,

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang