Chapter 18

595 84 8
                                    

Saat ini ruka membuka kotak P3K mulai mengobati luka pharita. Mereka memilih memakai ruang tamu yang ditempati Junet untuk tidur. ruka duduk di kursi roda sementara pharita meluruskan kakinya di sofa.

Tangan ruka meraih jempol kaki pharita, mengoleskan alkohol lalu meneteskan obat merah.

"Apa perih?" Ruka sedikit agak takut menyentuh kulit pharita yang tergores pecahan kaca.

"Tidak."

Pharita hanya diam melihat tanda merah yang sudah ia buat di leher laki-laki itu. Kiss mark yang cukup jelas dan begitu kentara dari kejauhan.

"Besok saya akan mengadakan konferensi pers."

Fokus ruka masih tertuju pada kaki pharita, mulai membuka plester untuk ditempelkan di lukanya.

"Ruka."

"Iya."

Pharita memperhatikan wajah tampan pria lumpuh itu yang sangat perhatian mengobati lukanya.

"Kamu akan hadir di acara konferensi itu."

Tangan ruka terhenti sejenak, sebelum kemudian menempelkan plester itu. Wajah ruka beralih melihat lengan pharita, meraih tangan kanan perempuan itu dan meniup lembut bekas luka pharita akibat cakaran kukunya saat ia mengigau.

"Jam berapa saya harus datang?" tanya ruka sangat tenang.

"Sekitar jam 10.00 pagi. Junet akan menjemputmu."

ruka mulai membuka kain kasa, membasahinya dengan alkohol. Kemudian membalut luka pharita hati-hati.

"Jangan lupa pakai kemeja panjang untuk menutupi lukanya. Orang-orang akan terus memperhatikan kamu, jika mereka tahu lenganmu terluka, pharita."

Pharita menarik garis bibirnya tipis.

"Kamu mulai mencemaskan penampilan saya sekarang?" tangan pharita menyentuh dagu ruka yang memasukkan kembali peralatan P3K. Mengusap dagu laki-laki itu perlahan.

"Saya hanya khawatir, calon istri saya akan dipermalukan."Pharita semakin mengangkat dagu ruka, sampai pria itu menatapnya lurus.

Netra ruka yang sangat hitam, membuat pharita sangat menyukainya saat laki-laki itu terus memandangnya dengan tatapan teduh. Sangat lembut.

"Kamu sudah mengakui saya sebagai calon istrimu?" Pharita mengikis jarak tiga centi dari hidung mancung ruka. Melihat bibir merah kering pria itu yang beberapa saat lalu mencium lengannya.

Ruka memegang pundak pharita santai, tersenyum halus. Kemudian mendorong tubuh perempuan itu menjauh perlahan.

"Dengarkan saya pharita, saya masih calon suamimu, jadi saya ingin membatasi kontak fisik denganmu sampai hari pernikahan kita tiba."

Pharita tampak diam, lalu melihat ruka yang terus menegaskan jarak di antara mereka. Meletakkan kotak P3K di tengah-tengah posisi duduk keduannya. Pharita hanya bisa memangku dagunya melihat apa yang dilakukan ruka.

"Sebelum kita menikah, saya ingin kamu tidak mencium leher saya. Menjilat telinga saya, ataupun menyentuh bagian tubuh saya yang lain. Sebagai imbalannya, saya akan sangat menghormatimu dan menuruti semua perintahmu." Ucap ruka

Pharita masih belum buka suara. ruka memegang di mana tanda kiss mark pharita membekas di lehernya.

"Tanda kiss mark ini, saya tidak ingin memilikinya sebelum kita resmi menikah."

"Kenapa?" Hanya satu pertanyaan itu yang pharita lontarkan dengan nada dingin.

"Karena saya menghormati pernikahan kita."

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang