Chapter 14

615 98 12
                                    

Dilihatnya Bibi marry yang masih terikat di kursi roda dengan mulut terlakban. Rambut Bibi marry berantakan dan matanya sembab memerah.

Napas pharita masih menempel di telinga ruka. Perempuan itu mengatakan hal yang sulit ia kabulkan.

'Menikah dengan saya, ruka.'

Kalimat pharita terngiang kembali di kepala ruka.

"SIALAN! SEKALI SAJA LO SEMUA MAJU KE MARI! GUE HABISIN WANITA TUA INI!"

Sebuah pisau tiba-tiba diarahkan pada Bibi marry. Mereka menjadikan Bibi marry sebagai sandera. Kursi roda Bibi marry ditarik cepat mundur perlahan.

Ruka meneguk ludah takut, matanya melebar saat melihat ujung pisau itu menggores tipis kulit leher Bibi marry sampai meneteskan setetes darah.

"BIBI," ungkap ruka menggerakkan tangannya tapi susah. Kakinya benar-benar tidak bisa digunakan untuk apa pun. Dia pria lumpuh yang tidak berguna. Sangat menyedihkan.

Karena ruka terlalu lama menjawab, pharita telah menjauhkan kepalanya dari laki-laki itu.

"Kamu menolak syarat dari saya ?"

Ruka menoleh menatap pharita yang tampak akan berdiri.

"Saya akan pergi jika kamu menolak lamaran saya. Karena saya tidak punya kewajiban untuk menolong pria yang bukan calon suami saya," tegas pharita tanpa rasa kasihan.

Sepatu hak pharita benar-benar akan terangkat, perempuan itu tidak ragu meninggalkan ruka.

"Jangan pergi! Saya mohon!" Mata ruka mendongak melihat pharita yang ada di atasnya. Memegang kaki perempuan itu kuat-kuat dengan tangannya yang terluka.

Pharita terdiam beberapa detik, menatap ruka yang ada di bawahnya.

"Saya akan menikah denganmu pharita! Saya akan menikah denganmu!" kata ruka berulang-ulang. Dengan mata sendu berkaca-kaca.

Bibir pharita melengkung tipis, bukan senyuman. Hanya sedikit rasa kepuasan karena telah mendapatkan laki-laki itu di tangannya. Pharita kembali berjongkok, kedua netranya mengunci iris hitam ruka. Memperhatikannya lekat-lekat.

Jari lentik pharita menyentuh bibir ruka yang sudutnya berdarah.

"Apa yang calon suami saya inginkan?" kata pharita lalu wajahnya mendekat pada ruka, hingga hidung mancung mereka berdua saling bersentuhan.

Ruka berucap perlahan, "Tolong selamatkan Bibi marry."

Hidung pharita bergeser menyentuh pipi ruka, lalu berbisik di telinganya.

"Gigit leher saya sekarang, lalu katakan Calon istriku, tolong selamatkan Bibi marry."

Suara pharita terdengar dingin dan memerintah, tapi tampak sensual secara bersamaan. Telinga ruka terasa panas menerima tiupan udara dari bibir pharita. Nona presdir itu perempuan yang pemaksa.

"Ca-calon istriku," kata-kata ruka bergetar. Sedikit terbata.

"To-tolong selamatkan, Bibi marry," lanjut ruka kemudian yang membuat pharita menyeringai tipis. Seolah-olah mendengar kabar bagus tentang tender yang dia menangkan. Kalimat ruka barusan, ia sangat menikmatinya.

Tubuh pharita segera menjauh dari ruka, lalu berdiri melihat kedua orang yang menyandera Bibi marry. Marco sejak tadi belum bergerak tanpa ada perintah darinya.

Langkah pharita melangkah tegas mendekati arah Bibi marry. Lalu berdiri di depan ruka.

"Marco, bisa kamu amankan calon suamiku sebentar?"

Marco melihat ruka yang kini juga menatapnya. Pria dengan darah keturunan China-Eropa itu tertawa lalu mengangguk patuh memperhatikan laki-laki lumpuh itu.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang