Chapter 16

594 93 0
                                    

"Kamu membuat saya ingin menciummu, ruka."

"Nona, kita sudah sampai."

Kalimat Junet yang tiba-tiba membelokkan mobilnya memasuki gedung kondominium membuat pergerakan pharita yang akan mencium leher ruka terhenti. Wanita itu menatap Junet datar, tampak kesal.

Junet tersenyum dari kaca spion, sepertinya asisten itu sengaja membuat pharita gagal melakukan niatnya.

"Nona tidak ingin turun?"

Bibi marry memegang handle pintu mobil hati-hati akan mendorongnya. Dari apa yang Bibi marry lihat, Nona pharita sedang marah besar.

"Saya akan keluar," kata ruka cepat membuka pintu mobil.

Tapi tangannya segera dipegang pharita ditahan untuk pergi. Ruka terdiam di tempat duduknya, sementara pharita menatapnya dengan dingin.

"Keluar setelah Junet menyiapkan kursi roda," ujar pharita melirik asisten Junet yang tampak masih memegangi setir. Merasakan aura menyeramkan dari belakang. Ah, Junet memprovokasi kemarahan nonanya.

Sebelum Junet terkena sanski potongan gaji, laki-laki itu segera keluar dari mobil buru-buru menyiapkan kursi roda untuk ruka. Junet tersenyum manis saat ruka menyambut hangat uluran tangannya yang akan membantu ia duduk.

"Terima kasih karena sudah membantu saya, Tuan Junet," bisik ruka tersenyum teduh di telinga Junet ketika laki-laki itu sudah duduk dengan nyaman.

Asisten Junet mengedipkan mata beberapa kali, ini kali pertama seseorang berterima kasih padanya saat ia layani. Setelah lama bekerja dengan pharita, Junet bahkan tidak pernah mendengar nona presdirnya mengatakan terima kasih padanya.

Tapi ruka? Pria lumpuh itu baru ia layani beberapa jam. Namun, ia sudah mengucapkan terima kasih. Sepertinya Junet akan memiliki atasan yang sangat baik. Seharusnya dia tidak menilai Ruka dari cacat fisiknya. Tapi dari sikap rendah hatinya. Junet sangat menyesal.

"Biar saya bantu dorong kursi rodanya Tuan," tawar Junet ramah.

Ruka mengiyakan, tapi sebelum tangan Junet menyentuh pegangan kursi roda ruka, pharita sudah lebih dulu menegur asisten itu.

"Kamu ingin merayunya sekarang ?"

Junet dan ruka saling tatap sejenak, melihat pharita yang bersedekap dada memicingkan mata tajam.

"Maksud Nona?" tanya asisten Junet pelan.

Pharita berjalan memutari mobil, langkahnya tegas dan berirama. Lalu ia berdiri di depan kursi roda calon suaminya itu. Ruka sedikit berdebar takut, saat pharita melihatnya intens, terus menatap wajahnya.

"Di mana tanganmu berada Junet ?"

Junet bingung, lalu melihat tangannya.

"Tangan saya memegang kursi roda Tuan ruka, Nona."

"Lalu?" alis pharita menajam. Junet mengamati lagi kedua tangannya. Memang apa yang salah? Dia melakukan hal wajar dengan membantu ruka mendorong kursi rodanya.

"Kamu merayunya, kamu tersenyum pada Ruka. Dan mendahului saya mendorong kursi rodanya."

Ruka mengusap wajahnya, mendadak kepalanya pening. Dilihatnya pharita sekali lagi yang berdiri dengan angkuh di hadapannya. Ruka menghela napas panjang.

Ya Tuhan, apa calon istrinya sedang cemburu pada laki-laki? Tapi mereka tidak saling mencintai. Untuk apa pharita cemburu padanya? Atau pharita hanya terlalu posesif? Pharita membuat ia pening kepala.

"Pharita, Tuan Junet hanya berbuat baik."

"Jangan membelanya!"Geram pharita

Junet tidak ingin berdebat, jadi ia mengalah perlahan. Junet melepaskan kursi roda ruka, lalu mundur bersama Bibi marry.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang