"Tuan, ambulannya sudah sampai," lapor Pak Jefri.
"Anton, bantu saya mengangkat ruka!"
"Iya, Tuan."
Tubuh ruka segera dibopong oleh henry dan Pak Anton dibawa keluar dari rumah.
Petugas medis bergegas menyiapkan brangkar saat melihat tubuh pucat ruka yang digendong ayahnya. Dokter segera memasang selang tabung oksigen dan melakukan pertolongan pertama.
Ani yang melihat itu membanting semua perabotan di rumahnya. Sangat kesal, karena ruka belum juga meninggal.
Bibi marry bersama Pak Anton masih ada di halaman teras, melihat mobil ambulan yang mulai bergerak meninggalkan kediaman keluarga Graham.
"Bibi ikut saya ke rumah sakit!" ucap Henry tegas menuju ke garasi mobilnya.
Bibi marry mengangguk patuh, mengusap matanya yang basah sehabis menangis. Kali ini Henry menyetir mobilnya sendiri, dia tidak menggunakan jasa Jefri sopir pribadinya.
Pak Anton yang melihat mobil ambulan itu telah pergi berdoa agar anak majikannya selamat.
"Anton, kamu harus ceritakan pada saya soal ini."
Pak Jefri berdiri di samping satpam itu menemaninya. Menutup gerbang setelah mobil Henry keluar dari halaman utama.
Baik satpam maupun sopir itu saling pandang saat mendegar kebisingan di dalam. Nyonya mereka sedang marah-marah mendoakan kematian ruka.
"KENAPA ANAK LUMPUH ITU TIDAK LANGSUNG MATI SAJA!" teriak ani murka.
***
Meeting sudah selesai lima belas menit yang lalu. Junet mulai bingung, dia harus mencari alasan secepatnya untuk mencegah kepergian pharita menemui ruka di kondominium.
"Junet, Nona memanggilmu."
Helena mengagetkan asisten itu yang masih mematung di ruang meeting setelah kepergian klien mereka. Junet mengangguk tidak banyak bicara, buru-buru merapikan semua berkas perlengkapan meeting tadi memberikannya pada Helena.
Kemudian bergegas menemui pharita yang sudah menunggunya. Langkah Junet begitu berat saat menghadap pharita secara langsung. Junet seperti ingin diinterogasi habis-habisan.
"Nona pharita," sapa Junet melihat pharita yang duduk di sofa kecil sudut ruang terbuka samping pantry.
"Apa yang kamu pikirkan? Selama meeting saya tidak melihat kamu fokus pada pekerjaan."
Junet menunduk. "Saya tidak akan mengulanginya lagi Nona! Saya minta maaf!"
pharita diam tidak mengatakan apa pun, tapi Junet tahu nonanya kecewa padanya. Junet terus menunduk tidak berani melihat wajah pharita. Saat pharita beranjak berdiri, barulah Junet mendongakkan kepala menatapnya.
"Nona akan ke mana?" tanya Junet khawatir.
Bagaimana jika pharita langsung pergi ke kondominium? Dan menemui fakta jika ruka tidak ada di gedung itu. Jun takut pharita akan lebih kecewa lagi padanya.
"Saya akan pulang."
Junet menarik napas lega, saat mendengar jika wanita itu akan kembali ke kediaman orang tuanya.
"Nona tidak pergi menemui Tuan ruka di kondominium?"
Ragu-ragu Junet menanyakan hal ini. Dia hanya memastikan kapan pharita akan datang. Junet akan segera menemukan ruka dan membawanya pulang ke kondominium sebelum nonanya berkunjung ke sana.
"Ruka akan menemui saya nanti malam."
Junet tersenyum samar lalu mengangguk bersyukur. Setelah itu membiarkan pharita pergi dengan tenang tidak mencegahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) END
RomansaPharita yang berhati dingin seperti ular dipertemukan dengan Ruka laki-laki berhati hangat nan lembut seperti kelinci. Akankah cinta bisa tumbuh di hati keduanya?