Bab 4

7.4K 67 0
                                    

"Sri!" Pak Lik Sugeng memanggil Sri dari balik jendela kamar Sri, lirih. Jendela berbahan bambu itu tak kunjung dibuka. Pak Lik Sugeng sedikit kesal, bukan hanya karena Sri yang tak kunjung membuka jendela, tetapi juga nyamuk-nyamuk yang menyerbunya hingga gatal-gatal.

"Sri!" ulang Pak Lik Sugeng kesekian kalinya.

Jendela bambu terbuka, menampilkan wajah Sri yang polos, matanya merah dengan wajah sedikit bengkak, kemungkinan besar Sri baru saja bangun tidur. "Juragan!" pekik Sri, kaget.

Pak Lik Sugeng segera menghampiri Sri, ia masuk lewat jendela. Setelah melewati jendela Pak Lik Sugeng segera menutup jendela rapat-rapat. Pak Lik Sugeng memandang Sri penuh gairah.

Bibir Pak Lik Sugeng menyatu dengan bibir Sri. Mereka saling memangut dalam dan panas. "Stttt, jangan berisik," ucap Pak Lik Sugeng.

Lidah Pak Lik Sugeng menjalar ke telinga dan leher Sri. Tangan kirinya menopang belakang kepala Sri di tembok, tangan kanannya menyusup ke dalam daster Sri, meremas-remas payudara Sri yang menyebabkan Sri mendesah tertahan, takut membangunkan Mbah Yono. Daster diangkat ke atas hingga lolos dari tubuh Sri.

"Nakal, sengaja tidak memakai dalaman kamu Sri," ucap Pak Lik Sugeng.

Sri tidak mampu menjawab, ia terlalu menikmati sentuhan Pak Lik Sugeng. Lidah Pak Lik Sugeng meliuk-liuk di puting Sri, menghisap dan meremas dengan kuat. Pak Lik Sugeng memberi jeda. Ia melihat ke sekeliling, menemukan kain jarik di ranjang Sri lalu membentangkannya di lantai tanah. Ia membawa Sri untuk tidur di bentangan jarik yang sudah disiapkan. Sri menurut, Pak Lik Sugeng melucuti pakaiannya sendiri hingga tak tersisa satu helai pun.

Tangan Pak Lik Sugeng merayap ke bawah, mengelus-elus bagian sensitif Sri yang sudah basah. Bibir Pak Lik Sugeng merayap dari payudara sampai ke bawah. Ia mengecup gundukan di antara paha Sri disertai jilatan-jilatan. Sri berusaha tidak berteriak, ia mengatupkan bibirnya rapat. Jilatan di bawah semakin liar, Sri menggelinjang ke kanan dan ke kiri.

Godaan demi godaan dilancarkan Pak Lik Sugeng pada pusat tubuh Sri. Sri semakin membuka dengan lebar kedua kakinya. Kemaluan mereka saling menggesek dan menekan. "Jangan mengeluarkan suara Sri," ucap Pak Lik Sugeng. Pak Lik Sugeng merunduk, sikutnya menahan badan. Pinggulnya bergerak naik turun dengan mulut yang tak lepas dari payudara Sri. Tanpa sadar Sri makin mencondongkan dadanya, membuat Pak Lik Sugeng semakin mudah melumat apa yang ada di sana.

Sri dan Pak Lik Sugeng diayun-ayun gelombang birahi. Pak Lik Sugeng bergerak ke atas. Ia mengecup pundak, leher, dan telinga Sri. Sri semakin menikmati apa yang ada. Sri membuka kaki lebih lebar lagi. Pak Lik Sugeng tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia mempercepat gerakan pinggulnya. Mata Sri terpejam merasakan gerakan Pak Lik Sugeng. Sri menjadi agresif, pinggulnya mengikuti irama hentakan yang dibuat Pak Lik Sugeng.

Keringat membanjiri tubuh Pak Lik Sugeng dan Sri. Beberapa saat kemudian mereka terkulai lemas, sudah terpuaskan. Pak Lik Sugeng merangkak tidur di samping Sri. Mereka mengatur napas masing-masing.

Sri membuka matanya, walaupun napasnya masih belum sepenuhnya teratur, ia memberanikan bertanya pada Pak Lik Sugeng. "Ada masalah apa Juragan?" tanya Sri.

"Dwi membuat ulah Sri, dia mengancamku," balas Pak Lik Sugeng, matanya tak lepas dari atap rumah Sri.

"Ancaman apa Juragan?" tanya Sri.

"Menceraikanku," ucap Pak Lik Sugeng.




***




Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang