Bab 10

9.7K 83 1
                                        

Nina berangkat ke kebun teh bersama Gendhis. Rumah Nina di Desa Uyah tidak begitu jauh dari rumah Gendhis. Rumah Nina berada di perbatasan antara Desa Uyah dan Desa Arang. Nina berjalan sambil menggosok-gosok tangannya. Suasana pagi ini sejuk seperti biasanya. Gendhis melompat-lompat kecil membuat rok merah mudanya mengayun-ayun.

Hari ini genap dua minggu Nina dan Gendhis bekerja di kebun teh Juragan Roni. Kebun teh Juragan Roni sangat luas, ukurannya hampir tiga ribu hektar. Tentu saja Juragan Roni memiliki pekerja yang banyak sekali. Hari ini Nina memakai celana kain hitam polos dan kaos kuning kedodoran.

Gendhis sudah mendapatkan persetujuan Pak Wiro untuk bekerja di kebun teh Juragan Roni. Pak Wiro hanya bisa pasrah atas permintaan Gendhis. Alasan Gendhis ke Pak Wiro adalah tidak ingin jauh dari keluarga. Ibu dan adik Gendhis tentu senang dengan pernyataan tersebut. Mereka bahkan membantu meredakan kekecewaan Pak Wiro terhadap Gendhis.

"Kamu tahu kan Nin aku ingin menikah muda," ucap Gendhis. Tangannya membenarkan poni yang terkena terpaan angin sepoi-sepoi.

"Tahu, mau kapan?" tanya Nina. Gendhis menyenggol Nina sebal.

"Arman ndak ada pergerakan lah," ucap Gendhis, manyun.

"Kamu aja yang bergerak," ucap Nina asal.

"Kurang bergerak apa aku Nin, apa segala tingkahku kurang jelas di matanya?" tanya Gendhis dengan suara tinggi.

"Barangkali dia menunggu yang lebih jelas," ucap Nina, berusaha menyadarkan Gendhis. Arman mungkin memiliki gadis yang ia sukai. Tidak ada yang tahu selain Arman sendiri, apakah Gendhis atau gadis lain. Tipe gadis yang Arman inginkan pun tidak tahu seperti apa.

Namun apa yang dikatakan Nina disalahartikan oleh Gendhis. Sesampainya di kebun teh Gendhis menghampiri Arman yang sedang duduk di salah satu cakruk. Nina mengekori dari belakang. "Arman," ucap Gendhis. Arman yang merasa namanya dipanggil langsung berdiri. Gendhis melirik Nina, dari lirikan itu Nina tahu ia harus pergi. Setelah Nina menjauh Gendhis memandang Arman dalam. Arman sejak tadi belum mengeluarkan suara, ia diam keheranan. Gendhis menengok kanan kiri, memastikan tidak ada orang yang akan menguping pembicaraannya.

"Aku suka kamu," ucap Gendhis, mantap. Ia memandang Arman yang nampak kaget.

"N-Ndis?"

"Aku suka kamu sudah lama, harusnya kamu tahu Man, rasa sukaku ini pernah coba aku kubur tetapi nihil, rasa suka ini malah terus berkembang," jelas Gendhis.

Arman diam, Gendhis juga ikut diam. Suara pekerja yang masuk kebun menjadi tidak terdengar, waktu terasa berhenti mendadak. Arman melangkahkan kakinya, menggapai tangan Gendhis dan mengajaknya ikut duduk di cakruk.

"Aku tahu Ndis," ucap Arman. Gendhis tidak berani menatap Arman. Gendhis memandang pada lantai kayu cakruk.

"Terima kasih sudah mengatakannya," lanjut Arman. Tangan kanannya menyibak poni Gendhis, memperbaiki poni yang menutupi hampir sebagian wajah Gendhis.

Arman sudah tahu bahwa Gendhis menyukainya, namun Arman mengira rasa suka Gendhis hanyalah suka sesaat. Dimulai dari kehadiran Gendhis di teras rumah Nina setiap pulang sekolah. Dari teras rumah Nina itulah Gendhis selalu menyapanya. Arman sampai heran sejak kapan Gendhis sudah ada di sana, padahal jadwal pulang sekolah mereka hampir bersamaan. Gendhis mulai jarang terlihat ketika duduk di bangku kuliah. Gendhis menjadi jarang ke rumah Nina. Namun setiap malam minggu Arman hapal Gendhis akan menginap di rumah Nina. Arman kerap kali menantikan kehadiran Gendhis secara tidak sadar, Arman menjadi rindu suara nyaring khas Gendhis setiap kali menyapanya.

Gendhis adalah gadis mungil cantik, kulitnya bersih dengan pipi kemerah-merahan. Arman merasa gadis secantik Gendhis tidak cocok bersanding dengannya. Arman merasa terlalu biasa saja. Ia hanya lulusan SLTA, tidak setara dengan Gendhis yang lulusan sarjana.



***


Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang