Bab 46

3.2K 79 2
                                        

Pada sore hari Juragan Roni mengecek pekerja yang sedang memetik pucuk teh. Pagi tadi Juragan Roni mengecek lahan baru yang sudah mulai ditanami bibit teh. Juragan Roni memperluas lahan tehnya seluas tiga ribu hektar. Juragan Roni juga mengadakan syukuran dengan memberikan sembako pada semua pekerja di kebun teh. Abdi dalem membantu menurunkan sembako dari mobil Juragan Roni. Pekerja kebun teh berbaris rapi untuk menerima sembako. Juragan Roni juga ikut membantu abdi dalem memberikan sembako pada pekerjaannya.

Nina menatap Juragan Roni saat mengulurkan sembako padanya. Juragan Roni juga melirik Nina, namun hanya sekilas.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Gendhis pada Nina. Nina dan Gendhis berjalan untuk pulang.

Saat di kebun teh, Gendhis menanyakan Nina yang tiba-tiba menghilang saat pesta ulang tahun Juragan Muria. Nina tidak bisa berbohong pada Gendhis karena Gendhis terus mendesaknya untuk berbicara. Gendhis juga menaruh curiga karena hilangnya Nina di pesta bersamaan dengan hilangnya Juragan Roni. Akhirnya Nina menceritakan kejadian semalam. Nina mengatakan ia menemui Juragan Roni di belakang pohon bambu. Mereka tidak banyak berbincang karena Juragan Roni sedang dalam keadaan kurang sehat. Gendhis tidak langsung percaya karena Nina cukup lama menghilang, manamungkin jika hanya berbincang saja. Nina mengatakan pada Gendhis bahwa ia sempat mengecek suhu badan Juragan Roni dan menemani Juragan Roni yang tertidur di cakruk. Gendhis juga menanyakan apakah Juragan Roni menyakiti Nina, Nina hanya menjawab pertanyaan Gendhis dengan gelengan.

Gendhis tahu sahabatnya dapat menjaga diri. Namun siapa tahu jika Juragan Roni menebar terlalu banyak pesona pada Nina. Juragan Roni memang selalu berwibawa dan menjadi sosok yang seakan sulit digapai. Namun bisa saja Juragan Roni melakukan sesuatu hanya saat bersama Nina. Gendhis jadi kesal sendiri memikirkan apa yang dilakukan Nina dan Juragan Roni saat ia tidak ada. Gendhis seperti memiliki tanggung jawab pada Nina. Nina sudah seperti saudaranya sendiri. Jika terjadi apa-apa Gendhis akan menjadi garda terdepan untuk membela Nina.

"Aku baik-baik saja," jawab Nina. Gendhis seharusnya tidak khawatir dengan sikap Juragan Roni yang biasa-biasa saja pada Nina. Toh, Nina juga bukan siapa-siapa Juragan Roni, dan sebaliknya.

"Apa ada kemajuan?" tanya Gendhis.

"Kemajuan?" Nina melirik sekilas ke arah Gendhis.

"Kau dan Juragan Roni. Aku tahu Nin kalian ada sesuatu," ucap Gendhis.

"Ndak Ndis, aku cukup tahu diri," jawab Nina.

"Kalian serasi!" ucap Gendhis dengan antusias.

"Bagian mana dari diriku yang pantas untuknya?" jawab Nina, rendah diri.

"Kau cantik Nin, Juragan Roni tampan!" jawab Gendhis, masih dengan nada antusias.

"Ada-ada saja. Banyak yang lebih cantik dariku Ndis," ucap Nina.

"Kau memiliki kecantikan dari dalam dan luar Nin," ucap Gendhis, membuat Nina terkekeh.

Nina dan Gendhis melanjutkan perjalanan pulang tanpa suara. Gendhis benar-benar jujur saat ia mengatakan Nina memiliki kecantikan dari dalam dan luar. Gendhis mengakui Nina cantik, semakin cantik jika diberi sedikit polesan. Nina juga pintar dalam hal apapun. Jika tidak karena hutang budi dengan keluarga Juragan Roni, Nina pasti sudah berdiri di depan kelas dan bergaul dengan guru-guru. Nina juga pekerja keras dan memiliki kepribadian yang cukup tenang dalam menghadapi masalah. Gendhis bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana Nina harus menghidupi neneknya, bolak-balik hutan, menjahit, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya. Hanya membayangkannya saja Gendhis merasa sangat lelah. Dulu Gendhis berpikir bahwa Nina yang akan menikah terlebih dahulu karena Nina lebih dewasa daripada Gendhis. Namun ternyata Gendhis lah yang akan mendahului Nina.

***

Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱 dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang