Bab 62

2.5K 59 4
                                        

"Kau tidak mengajakku berkeliling desa, Ron?" tanya Belinda. Belinda mendudukkan diri di samping Juragan Roni yang sedang fokus membaca berkas.

"Kupikir kau sudah melakukannya tadi," jawab Juragan Roni.

Juragan Roni sedang duduk di ruang kerja, ruangan yang berada tepat di samping kamarnya. Ruang kerja Juragan Roni cukup besar, terdapat rak-rak buku, empat kursi, dan satu meja.

"Aku ingin pergi bersamamu," jawab Belinda. Belinda bangkit, duduk di sandaran kursi Juragan Roni. Belinda melingkarkan tangan kirinya ke area leher Juragan Roni.

"Berkas pabrik gula?" tanya Belinda, dijawab dengan anggukan Juragan Roni. Belinda ikut membaca berkas yang Juragan Roni baca. Beberapa saat kemudian Juragan Roni menutup berkas-berkasnya dan menyimpan berkas tersebut di atas meja.

"Kau ndak lapar?" tanya Juragan Roni, melirik Belinda sekilas. Juragan Roni menyingkirkan tangan Belinda dengan lembut agar tidak tersinggung.

"Aku lapar," jawab Belinda, memandang Juragan Roni penuh arti.

"Mbok Nah pasti memiliki hidangan yang lezat di dapur," jawab Juragan Roni, tanpa memandang Belinda. Posisi Belinda yang duduk di sandaran kursi membuat Juragan Roni dapat melihat dengan jelas belahan dada Belinda. Belinda memakai gaun lengan pendek di atas lutut dengan potongan leher lebar.

"Apakah ada hidangan manis?" tanya Belinda.

"Tentu saja," jawab Juragan Roni dengan cepat. Berharap Belinda segera keluar dari ruang kerjanya.

Belinda menangkap wajah Juragan Roni agar mendongak ke arahnya. "Kalau begitu aku ingin mencicipinya sekarang," jawab Belinda.

Belinda menempelkan bibirnya pada bibir Juragan Roni. Juragan Roni merapatkan bibir. Tangan Juragan Roni berada di bahu Belinda, berusaha mendorong Belinda namun daya tarik perempuan yang ada di satu ruangan yang sama dengan Juragan Roni sungguh memabukkan. Satu-satunya cara agar Belinda cepat berhenti adalah dengan membalas ciumannya. Juragan Roni membuka mulutnya, menjadi dominan karena mengambil alih posisi Belinda. Ciuman mereka terhenti tatkala Belinda memukul dada Juragan Roni lalu mendorongnya karena Belinda mulai kehilangan napas.

"Kau masih memabukkan sama seperti dulu," ucap Belinda dengan napas tersengal. Belinda memeluk Juragan Roni, seolah menyerap energi dari tubuh Juragan Roni.

Juragan Roni menghapus bekas ciuman di bibirnya, membiarkan Belinda memeluknya untuk mengatur napasnya. Setelah napas Belinda teratur, Juragan Roni mendorong kecil Belinda agar duduk tegap.

"Juragan, ada Arman di depan," ucap abdi dalem dari balik pintu.

"Ya, minta Arman menunggu sebentar," jawab Juragan Roni. Juragan Roni bangkit, meninggalkan Belinda di ruang kerjanya.

Belinda tersenyum puas, ternyata hanya perasannya saja. Belinda pikir Juragan Roni sudah tidak tertarik dengannya. Ciuman Juragan Roni tadi menunjukkan bahwa Juragan Roni masih memiliki ketertarikan pada Belinda. Belinda hanya perlu membuat Juragan Roni terus memandang ke arahnya.

"Juragan," sapa Arman.

"Duduk, Man," ucap Juragan Roni.

Juragan Roni duduk lalu disusul Arman. Arman tahu unggah-ungguh, orang yang lebih terhormat harus duduk lebih dahulu.

"Ada apa Man?" tanya Juragan Roni.

Arman memandang Juragan Roni lama. "Maaf Juragan, Juragan sakit?" tanya Arman. Arman memberi kode menyentuh pipi.

Juragan Roni otomatis menyentuh pipi. Juragan Roni tahu apa yang dimaksud Arman. Tentu saja ciuman Belinda meninggalkan bekas di mana-mana termasuk di pipi Juragan Roni. Gincu Belinda yang tebal dan dipoles penuh di bibir pasti meninggalkan bekas.

Juragan Roni mengambil sapu tangan dari kantong celananya lalu mengelap pipinya. "Sudah?" tanya Juragan Roni pada Arman.

"Su-sudah Juragan," jawab Arman, salah tingkah.



***


Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang