Bab 31

4K 68 3
                                        

"Jadi kalian seumuran dengan Kang Mas Roni?" tanya Juragan Muria pada Nina dan Gendhis.

Nina dan Gendhis memanfaatkan waktu istirahatnya di cakruk ditemani Juragan Muria. Nina dan Gendhis mengeluarkan bekal yang berisi jagung dan singkong rebus.

"Monggo Juragan," tawar Nina pada Juragan Muria.

"Seadanya ya Juragan," ucap Gendhis.

Nina, Gendhis, dan Juragan Muria duduk melingkar. Juragan Muria mengucapkan terima kasih dan memakan satu jagung rebus milik Nina. Juragan Muria tahu Nina dan Gendhis masih sungkan padanya. Sejak memetik teh tadi, pekerja lain melihat tidak suka pada Nina dan Gendhis yang terlihat akrab dengan Juragan Muria. Agar Nina dan Gendhis tidak terintimidasi, Juragan Muria memutuskan menunggu mereka di cakruk hingga waktu istirahat tiba.

Sebenarnya Juragan Muria bisa saja kembali ke kediaman Juragan Roni, namun jika ditimbang-timbang lagi, ia lebih nyaman berada di kebun teh. Juragan Muria senang menggoda Nina dan Gendhis. Sebenarnya Juragan Muria tidak hanya mengobrol dengan Nina dan Gendhis, ia juga mengobrol dengan pekerja perempuan lain, namun Juragan Muria lebih nyaman bersama Nina dan Gendhis.

"Ya Juragan, kami seumuran dengan Juragan Roni," jawab Gendhis.

"Kami pernah bersekolah di sekolah yang sama dengan Juragan Roni," ucap Nina.

"Sekolah?" tanya Juragan Muria. Juragan Muria tidak bermaksud merendahkan Nina dan Gendhis. Pak Lik Sugeng pernah mengatakan penduduk Desa Arang mayoritas hanya lulusan SD. Jadi awalnya Juragan Muria mengira Nina dan Gendhis hanya lulusan SD.

"Ya Juragan, walau beda universitas," jawab Gendhis.

"Kalian kuliah?" Juragan Muria takjub. Gendhis dan Nina saling pandang, mereka merasa tidak melakukan kesalahan apapun, entah apa yang membuat Juragan Muria tercengang.

"Pantas saja aku nyaman dengan kalian," ucap Juragan Muria.

Inilah jawabannya, pantas saja Juragan Muria merasa lebih nyaman berbicara dengan Nina dan Gendhis. Gerak-gerik dan ucapan Nina dan Gendhis berbeda dengan pekerja lainnya. Gendhis dan Nina terlihat percaya diri dengan diri mereka, selalu memandang penuh perhatian pada lawan bicaranya. Berbeda dengan pekerja lain yang selalu menunduk dan menjawab terbata-bata saat diajak bicara Juragan Muria.

"Kenapa kalian memilih bekerja di kebun teh? Sia-sia sekali ijazah kalian," ucap Juragan Muria.

"Ya Juragan, memang sia-sia sekali," jawab Nina.

"Alasannya?" Juragan Muria mencecar, begitu penasaran dengan jawaban Nina dan Gendhis.

"Maaf Juragan, terlalu pribadi, kami ndak bisa menjawab," jawab Gendhis. Sebenarnya bisa saja Gendhis mengatakan alasannya memilih bekerja di kebun teh karena ada Arman. Namun setelah itu Juragan Muria pasti akan berganti bertanya pada Nina. Gendhis ingin melindungi Nina. Gendhis menatap Nina yang juga menatapnya, lewat tatapannya Gendhis mencoba mengatakan pada Nina bahwa semua akan baik-baik saja.

"Ah, iya, maaf," ucap Juragan Muria, tulus.

"Juragan sudah berkeliling Desa Arang?" tanya Gendhis pada Juragan Muria, mencairkan suasana.

"Belum seluruhnya. Apa saja yang menarik di sini?" tanya Juragan Muria.

"Ada air terjun di dekat hutan!" ucap Gendhis, ceria.

"Air terjun? bisa-bisanya Kang Mas tidak memberitahu," ucap Juragan Muria. Saat tiba di Desa Arang, Juragan Roni dan Pak Lik Sugeng hanya menceritakan perihal kebun teh dan pabrik gula saja.

"Kalau begitu ayo ke air terjun!" pinta Juragan Muria.

"E-eh jangan sekarang Juragan, hampir sore," jawab Gendhis.

"Lagipula di sana ada harimau," ucap Nina, membuat Juragan Muria melotot, kaget.

"Iya Juragan, ada harimau. Ndak bisa jika Juragan hanya bersama saya dan Nina," ucap Gendhis.



***


Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang