Bab 21

4.3K 59 2
                                    

Sadar sedang diamati, Juragan Roni berdehem. Arman menipiskan bibirnya, hampir menyemburkan tawa. Arman tahu Juragan Roni salah tingkah. Juragan Roni memandang Arman yang wajahnya merah menahan tawa. Juragan Roni baru sadar ternyata ia terlalu lama memandang Nina. Situasi menjadi semakin canggung.

"Wayangnya bagus Juragan," ucap Gendhis, asal. Gendhis berusaha mencairkan suasana.

"Ya Juragan, wayangnya cantik," ucap Arman. Entah mengapa kata 'cantik' yang Arman ucapakan memiliki arti lain bagi Juragan Roni. Apalagi Arman mengucapkannya diakhiri senyum lebar yang memperlihatkan gigi-giginya.

"Cantik kan Juragan?" goda Gendhis pada Juragan Roni.

"Ya, cantik," ucap Juragan Roni, memandang Nina. Pandangan Nina dan Juragan Roni saling mengunci satu sama lain.

"Terima kasih sudah mengundang kami Juragan," ucap Nina.

Ternyata tidak sia-sia Gendhis mendandani Nina. Gendhis tersenyum lebar memandang kecanggungan antara Juragan Roni dan Nina. Pemandangan yang sebelumnya Gendhis rasa mustahil karena Juragan Roni dan Nina seperti magnet yang saling menolak. Gendhis juga senang ternyata Juragan Roni menghargai surjan yang dibuat Nina. Rasa senang itu terlihat sejak Gendhis pertama kali melihat Juragan Roni di tempat pewayangan. Ternyata mata Gendhis tidak salah lihat, Juragan Roni benar-benar memakai surjan buatan Nina.

"Terima kasih sudah datang," jawab Juragan Roni, tulus. Entah mengapa semenjak kejadian di hutan, Juragan Roni merasa ada yang berbeda dari dirinya. Apalagi wangi rambut Nina yang masih Juragan Roni ingat betul, wangi vanilla.

Arman memberi sinyal pada Gendhis untuk duduk di cakruk. Gendhis dan Arman meninggalkan Juragan Roni dan Nina. Mereka memang sengaja melakukannya. Dengan begitu Nina dan Arman dapat berduaan, pun dengan Juragan Roni dan Nina.

"Nin," ucap Juragan Roni. Nina tadinya berbalik badan hendak menyusul Gendhis dan Arman di cakruk. Nina kemudian berbalik lagi menghadap Juragan Roni. Untuk pertama kalinya Juragan Roni memanggil Nina dengan nama asli.

Nina terpaku pada Juragan Roni. Hari ini Juragan Roni terlihat lebih manusiawi. Sorot matanya tidak setajam biasanya. Nina tidak bisa membohongi dirinya bahwa Juragan Roni tampan. Apapun yang Juragan Roni kenakan pasti tidak akan membuatnya terlihat jelek, bahkan jika hanya memakai kaos dan celana kusut, Juragan Roni akan tetap tampan. Nina dapat dengan jelas memandang Juragan Roni, jarak mereka cukup dekat untuk menyelami mata satu sama lain.

Nina juga tidak pernah membayangkan Juragan Roni akan memakai surjan buatannya. Hati Nina berdesir mengetahui Juragan Roni memakai surjan hasil tangannya. Tangan Nina gatal ingin menyentuh surjan yang melekat pas di tubuh Juragan Roni.

"Apakah nyaman Juragan?" tanya Nina. Nina terhanyut dalam pikirannya tentang surjan, membuatnya sulit merangkai kata-kata. Juragan Roni mengernyit, tanda tidak paham.

"Surjan itu sangat cocok dengan tubuh anda," ucap Nina. Juragan Roni melihat ketulusan pada mata Nina.

"Sangat nyaman Nin. Bagaimana bisa ukurannya begitu pas?" tanya Juragan Roni. Nina salah tingkah, Juragan Roni dapat melihat pipi Nina memerah.

"Saya hanya mengira-ngira," balas Nina.

"Imajinasimu bagus juga," ucap Juragan Roni. Sadar sedang digoda, Nina mengalihkan pandangannya ke arah pohon bambu.

"Kau pun juga berbeda hari ini," ucap Juragan Roni. Mata mereka saling bertemu lagi.

"Berbeda seperti apa Juragan?" tanya Nina.

"Cantik," ucap Juragan Roni. Nina rasanya seperti sulit bernapas. Pujian Juragan Roni membuat wajah Nina benar-benar merah. Hal tersebut membuat Juragan Roni tertawa terbahak-bahak. Tawa yang jauh dari kata wibawa.



***


Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang