"Kang Mas?" Juragan Muria melihat Juragan Roni dari kejauhan. Juragan Roni melewati pohon-pohon teh, menengok kanan kiri seperti mencari seseorang.
"Kang Mas!" teriak Juragan Muria. Nina dan Gendhis kaget karena teriakan Juragan Muria yang menggelegar.
Juragan Roni mendengar namanya disebut, ia mencari-cari arah suara yang memanggilnya. Ternyata suara tersebut berasal dari adiknya sendiri. Juragan Muria melambai-lambai pada Juragan Roni. Juragan Roni berjalan ke arah cakruk tempat Juragan Muria berada. Sesampainya di cakruk Juragan Roni langsung duduk dan mengusap peluhnya.
"Kang Mas menyusulku?" tanya Juragan Muria, Juragan Roni mengangguk.
"Sudah dibilang ndak usah nyusul kok," ucap Juragan Muria.
Nina dan Gendhis hanya diam melihat interaksi Juragan Muria dan Juragan Roni. Juragan Muria dan Juragan Roni benar-benar berbanding terbalik. Juragan Muria banyak bicara, sedangkan Juragan Roni lebih sering menanggapi dengan isyarat tubuh.
Juragan Roni melihat sisa bonggol jagung dan serat singkong di atas daun pisang. Juragan Roni memandang Nina sesaat lalu mengalihkan perhatiannya pada kebun teh. Saat di pabrik gula, Juragan Roni merasa gundah. Pak Lik Sugeng mengajak Juragan Roni berbicara, namun jiwa Juragan Roni seakan tidak ada di pabrik. Dalam pikirannya, Juragan Roni membayangkan Juragan Muria yang sedang bersenda gurau dengan Nina. Belum lagi Nina yang tersipu malu memunculkan semburat kemerahan di pipinya saat digoda oleh adiknya.
Juragan Roni kerap menggelengkan kepalanya, hal tersebut tak luput dari pandangan Pak Lik Sugeng. Pak Lik Sugeng menanyakan kondisi Juragan Roni yang tidak seperti biasanya. Pak Lik Sugeng juga menawari Juragan Roni untuk mengantarnya kembali ke rumah. Juragan Roni menolak, ia segera berpikir logis. Adiknya adalah laki-laki yang tidak serius. Tidak seharusnya Juragan Roni memikirkan Nina, baginya Nina memiliki wajah sedatar dipan di teras rumahnya. Tidak mungkin perempuan seperti Nina tergoda begitu saja dengan laki-laki yang memiliki umur jauh di bawahnya. Namun perang antara pikiran dan hati tidak bisa dihindari. Juragan Roni langsung pamit pada Pak Lik Sugeng untuk menengok kebun teh.
"Juragan?" Arman muncul dari samping cakruk, mengagetkan Nina, Gendhis, Juragan Roni, dan Juragan Muria.
"Masuk Man," ucap Juragan Roni. Arman berdehem, masuk ke cakruk.
Mereka berlima duduk melingkar, saling pandang satu sama lain. Suasana menjadi hening dan canggung, tidak ada yang membuka suara. Juragan Muria nampak bingung, ia hanya tersenyum canggung memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.
"Kami pamit dulu Juragan," ucap Nina, membuka suara.
"Jangan!" ucap Juragan Muria dan Juragan Roni, kompak. Nina yang tadinya bangkit lalu duduk kembali.
Setiap Gendhis dan Arman tak sengaja bertatapan, Arman langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Andai Gendhis tahu, Arman tidak suka Gendhis berdekatan dengan Juragan Muria. Arman merasa bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Juragan Muria yang memiliki segalanya. Sejak pertama Juragan Muria bertemu Gendhis, Arman ingin mengatakan pada Gendhis bahwa ia kurang menyukai kedekatan Gendhis dengan Juragan Muria. Arman selalu mengawasi dari jauh setiap kali Juragan Muria mendekati Gendhis yang sedang bekerja di kebun memetik pucuk teh. Setiap Arman ingin mendekati mereka, Arman merasa kecil jika dibandingkan Juragan Muria yang tersohor. Juragan Muria yang berpendidikan tinggi, memiliki harta berlimpah, berasal dari keluarga terhormat. Arman menjadi ragu dengan Gendhis yang pernah mengatakan suka padanya. Arman tidak ingin perasaannya dipermainkan.
***
Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐
