"Nin, Juragan Muria melambai ke arah kita," ucap Gendhis.
Gendhis mengajak Nina turun bukit untuk menemui Juragan Muria. Sesampainya di hadapan Juragan Muria, Nina dan Gendhis diajak untuk duduk di cakruk terdekat.
"Aku akan kembali ke kota nanti siang," ucap Juragan Muria, membuat Nina dan Gendhis kaget.
"Mendadak sekali, Juragan" ucap Gendhis.
"Ya, memang sengaja aku beritahukan mendadak agar kalian ndak sedih," ucap Juragan Muria diakhiri dengan senyum tengilnya.
"Tentu saja kami sedih," jawab Gendhis dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah banyak kenangan yang kita buat," lanjut Gendhis.
"Apakah Juragan akan kembali lagi?" tanya Nina.
Juragan Muria tersenyum tulus, ingin sekali memeluk dua perempuan di depannya namun ia urungkan. "Aku ndak bisa janji," balas Juragan Muria.
Gendhis menangis lalu memeluk Nina. "Sudah banyak hal berubah semenjak Juragan Muria datang ke Desa Arang," ucap Gendhis di sela-sela tangisannya.
"Hal apa itu?" tanya Juragan Muria, menggoda. Juragan Muria tidak mengira pamitnya akan membuat Gendhis menjadi sangat sensitif.
"Kami merasa ndak dibedakan berdasarkan kasta," jawab Gendhis.
"Juragan selalu menganggap kami sama, ndak pernah merendahkan, selalu memberi kenyamanan dalam pertemanan ini," ucap Nina.
Gendhis mengusap air matanya. Wajah Gendhis memerah sehabis menangis. Gendhis benar-benar tidak menyangka pertemanannya dengan Juragan Roni harus berakhir seperti ini.
"Akan aku usahakan untuk kalian, namun tentu saja aku harus menunggu setiap liburan semester," ucap Juragan Muria.
"Atau kalian ingin ikut denganku?" tanya Juragan Muria, menggoda Nina dan Gendhis.
"Ndak Juragan, Juragan memiliki kehidupan yang harus diselesaikan di kota. Kami ndak bisa memberikan apa-apa ke Juragan Muria. Kami hanya bisa mendoakan semoga Juragan mencapai apa yang Juragan inginkan," ucap Nina.
"Terima kasih kalian selalu memberikan keceriaan selama aku di sini. Aku harap kalian akan terus bahagia dan saling menjaga satu sama lain," ucap Juragan Muria.
Nina berkaca-kaca. Walau umur Juragan Muria jauh di bawahnya, ia menganggap Juragan Muria seperti teman seumurannya. Juragan Muria yang setiap hari mengunjungi mereka di kebun teh, membantu memetik teh, mengajak mengobrol hingga sore, memperkenalkan hal-hal baru, dan menganggap mereka seolah setara, itu semua adalah kenangan yang tidak bisa Nina lupakan.
"Jangan menangis, Nin, Ndis," ucap Juragan Muria dengan mata yang memerah. Juragan Muria berusaha menyembunyikan perasaan emosionalnya.
"Aku harus kembali berkemas," ucap Juragan Muria.
Juragan Muria membalikkan badan untuk segera pergi namun ia mengurungkan niat. Juragan Muria tidak peduli pada Arman maupun kakaknya, ia memeluk Gendhis lalu Nina.
"Titip Kang Mas Roni," bisik Juragan Muria di telinga Nina.
Juragan Muria berlari kecil menjauh dari kebun teh. Nina terpaku di tempatnya. Untuk apa Juragan Muria menitipkan Juragan Roni padanya? Juragan Roni dapat menjaga dirinya sendiri. Lagipula Nina tidak sedekat itu dengan Juragan Roni sampai-sampai ia harus menjaganya.
Gendhis menatap Nina dengan air mata yang kering di pipi. Gendhis memeluk Nina lagi. "Kita kehilangan teman Nin," ucap Gendhis. Nina menepuk-nepuk kepala Gendhis pelan, menenangkan Gendhis.
"Ia akan kembali Ndis, entah kapan," ucap Nina.
Gendhis makin menangis di pelukan Nina. Padahal rencananya Gendhis hendak mengundang Juragan Muria saat pernikahannya dengan Arman. Namun tak disangka Juragan Muria akan pulang hari ini juga. Sangat disayangkan Gendhis tidak dapat mengundang Juragan Muria. Diundang pun Gendhis yakin Juragan Muria akan sangat sibuk dengan kehidupannya di kota.
***
Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen 📱bintangnya ⭐
