Bab 38

3.1K 70 5
                                        

Desi keluar dari kamarnya dengan mengendap-endap. Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Tadi ia mendengar Pak Lik Sugeng berpamitan dengan Juragan Roni. Dapat dipastikan Juragan Roni sedang berada di kamarnya. Desi memanfaatkan kesempatan agar bisa masuk ke kamar Juragan Roni. Desi melihat kanan kiri, aman.

Desi dapat mendengar suara abdi dalem yang sedang bercengkrama di luar. Desi harus hati-hati, ia tak ingin ketahuan. Sesampainya di pintu kamar Juragan Roni, Desi langsung masuk. Ruangan tersebut remang-remang. Lampu dian yang menyala hanya satu. Desi mengedarkan pandangan, tidak dapat melihat Juragan Roni dimanapun.

Desi memutuskan duduk di atas kasur Juragan Roni. Desi mengelus selimut yang tergeletak di kasur, lalu menciumnya. Aroma Juragan Roni menyeruak dari balik selimut. Entah wewangian apa yang digunakan Juragan Roni, wanginya benar-benar maskulin.

Pintu terbuka, Juragan Roni masuk ke dalam kamarnya. Juragan Roni baru saja selesai menuntaskan hajat di kamar mandi. Ia melepas surjannya, memperlihatkan bagian atas tubuhnya yang telanjang. Juragan Roni menutup pintu, meletakkan surjannya pada pengait dekat pintu.

Saat berbalik hendak merebahkan diri di kasur, Juragan Roni kaget. Juragan Roni mengambil korek lalu menyalakan satu dian di dekatnya. Cahaya menjadi cukup terang. Juragan Roni dapat melihat sosok Desi yang tersenyum ke arahnya. Juragan Roni merinding, tadinya ia mengira Desi adalah penampakan.

"Desi?" tanya Juragan Roni, memastikan.

"Juragan," Desi bangkit dari kasur Juragan Roni. Berjalan sensual ke arah Juragan Roni. Desi puas melihat dada telanjang Juragan Roni yang terpahat sempurna. Juragan Roni was-was melihat Desi mendekat. Juragan Roni hendak membuka pintu namun langsung ditarik oleh Desi.

Desi mendekatkan dirinya pada Juragan Roni, sangat amat dekat hingga Desi dapat merasakan hembusan napas Juragan Roni. Desi membelai dada bidang Juragan Roni dengan jari-jari lentiknya.

"Apa yang kau lakukan?!" ucap Juragan Roni, setengah berbisik. Juragan Roni bisa saja berteriak mengusir Desi, namun itu hanya akan memperkeruh suasana.

"Hentikan!" Juragan Roni menyingkirkan tangan Desi dengan kasar. Desi kaget, ia merasa tertolak. Juragan Roni menjauh dari Desi. Desi tidak tinggal diam, ia mengikuti Juragan Roni.

"Aku butuh bantuan untuk mengaitkan kancing bajuku," ucap Desi, mencoba memancing Juragan Roni.

Juragan Roni memincing. Memandang pakaian Desi yang sangat terbuka. Baju tidur lengan pendek ketat dengan celana setengah atas lutut. Baju tidur Desi memiliki model kancing, tiga kancing bawah sudah dikancingkan, masih ada dua kancing lagi yang belum dikancingkan.

"Aku tidak memiliki niat apapun, tadinya aku hendak meminta bantuan Anton atau Nugroho, namun mereka sudah tidur," ucap Desi.

"Tanganku sakit, mungkin kram karena terlalu lama bermain air," lanjut Desi.

Juragan Roni menyentuh kancing baju Desi, hendak membantu mengancingkan dua kancing teratas.  Saat Juragan Roni menyentuh bajunya, Desi dengan cepat mendorong Juragan Roni ke kasur.

"Desi!" Juragan Muria menggeram, menahan untuk tidak menendang perempuan yang kini berada di atasnya.

"Apa kau tidak kesepian Juragan?" tanya Desi. Tangannya tak tinggal diam membelai tangan kekar Juragan Roni lalu naik ke leher hingga bibir Juragan Roni. Desi tanpa rasa canggung menempelkan telinganya ke dada Juragan Roni, merasakan detak di sana.

"Aku bisa menemanimu malam ini Juragan," ucap Desi.

Juragan Roni terengah, menutup mata. Bagaimanapun juga ia adalah laki-laki. Juragan Roni membiarkan Desi menyentuhnya. Desi tersenyum puas. Tangan Desi mulai menjelajahi bawah perut Juragan Roni. Desi menyentuh gundukan dari balik celana yang dikenakan Juragan Roni.

"Bagaimana Juragan? Apa kau menerima tawaranku?" tanya Desi dengan nada sensual.

Juragan Roni tidak mengeluarkan suara, hal itu membuat Desi semakin senang karena merasa diizinkan.

Desi naik ke atas. Mencium leher Juragan Roni lalu naik ke telinganya. "Kau milikku Juragan, harusnya kau tergila-gila padaku, bukan malah ke perempuan desa itu," ucap Desi.

Secepat Desi mengucapkan kalimat tersebut, secepat itu pula Juragan Roni sadar. Juragan Roni mengangkat Desi, membanting Desi ke kasur. Juragan Roni bangkit, memakai surjannya cepat.

Desi bingung, menyadari apa yang sedang terjadi. Tadi Juragan Roni sudah hampir takluk di pelukannya, namun sekarang?

"Keluar sendiri atau aku akan memanggil abdi dalem!" ancam Juragan Roni, membuka pintu selebar mungkin. Desi segera bangkit, lalu keluar dari kamar Juragan Roni.

Juragan Roni mengusap wajahnya kasar. Bodoh sekali ia hampir terpikat pada rayuan Desi. Saat Desi menyebut 'perempuan desa', Juragan Roni langsung membayangkan Nina. Juragan Roni tidak bisa tidur malam ini, ia perlu keluar, menjernihkan pikirannya.


***

Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang