Esok harinya Gendhis datang menemui Nina. Karena tragedi noda surjan, Gendhis dan Lulu tidak diperbolehkan untuk ikut membantu persiapan pesta di kediaman Juragan Roni. Untungnya Bu Wiro dan Pak Wiro masih diizinkan bekerja membantu persiapan pesta.
"Nina!" Gendhis memanggil Nina. Nina membukakan pintu. Di pundak kanan Nina terdapat selendang panjang yang menjuntai.
"Bagaimana Ndis?" tanya Nina, antusias.
Gendhis tahu Nina pasti akan menanyakan perihal respon Juragan Roni. Nina mengamati raut wajah Gendhis, raut wajah Gendhis terlihat kecewa.
"Ndak diterima ya?" tanya Nina.
"Diterima Nin, sempat dipakai malah," jawab Gendhis.
"Lantas mengapa kamu terlihat sedih Ndis?" tanya Nina.
"Saat aku mengatakan itu darimu, Juragan Roni langsung menyuruhku pergi, dia bahkan tidak mengucapkan terima kasih!" ucap Gendhis berapi-api.
Nina awalnya senang mengetahui fakta surjan yang ia buat diterima Juragan Roni. Namun senang itu hanya sesaat. Dari respon Juragan Roni yang dikatakan Gendhis, Juragan Roni pasti sangat membencinya. Kemungkinan terburuk surjan itu tidak akan dikenakan pada acara pesta dan malah dibuang. Pikiran negatif menguasai Nina.
"Jangan dipikirkan Nin, Juragan Roni memang tidak pantas menerima kebaikanmu," ucap Gendhis, mencoba menenangkan Nina.
"Ndak apa-apa Ndis, dia dari awal memang terlihat tidak menyukaiku," jawab Nina.
Nina tidak ingin kalut dalam pemikiran buruk perihal Juragan Roni. Hari ini Nina berencana mencari kayu bakar. Persediaan kayu bakarnya sudah menipis. Hutan tidak begitu jauh dengan Desa Uyah, letaknya di perbatasan utara Desa Uyah dan Desa Arang. Nina juga sudah izin pada Mbah Ami untuk mencari kayu bakar. Biasanya Nina harus bolak balik hingga dua kali untuk membawa kayu bakar di punggungnya. Dulu Nina dibantu Mbah Ami, sekarang kondisi kesehatan Mbah Ami tidak memungkinkan. Biasanya Nina akan menumpang pasangan suami istri berumur yang juga mencari kayu bakar di hutan dengan membawa kereta kuda sederhana. Namun sepertinya tetangganya itu sudah berangkat duluan.
Gendhis memaksakan diri untuk ikut. Gendhis sudah pernah ke hutan, namun tidak untuk mencari kayu bakar. Nina dan Gendhis beberapa kali ke hutan untuk melihat air terjun. Setelah setengah jam perjalanan sampailah Nina dan Gendhis di hutan. Gemercik air terjun menyapa mereka. Nina segera memotong batang-batang pohon tua, tentunya yang dapat ia gapai. Beberapa batang pohon juga banyak yang tumbang, memudahkan Nina untuk mengambil. Gendhis bertugas membantu Nina mengumpulkan kayu dalam satu tempat lalu mengikatnya. Dari kejauhan terdengar suara kuda, suara itu semakin mendekat. Dari jauh Nina dan Gendhis dapat melihat dua orang pengendara kuda, mereka membawa senapan di punggungnya.
Kuda-kuda itu sepertinya hendak menuju air terjun. Kemungkinan terbesar kuda-kuda itu akan melewati mereka. Ya benar saja, kuda-kuda itu berhenti tepat di depan Nina dan Gendhis. "Arman!" pekik Gendhis.
Mengapa dari banyaknya tempat yang ada di bumi Nina harus kembali bertemu Juragan Roni? Sebelum-sebelumnya Nina tidak pernah melihat Juragan Roni di hutan. Arman dan Juragan Roni masih di atas kudanya. "Gendhis aku ndak tau kamu akan di sini juga," ucap Arman, raut wajahnya senang karena bisa bertemu Gendhis.
Gendhis dan Arman sudah sama-sama mengungkapkan perasaan masing-masing. Ternyata Arman juga menyukai Gendhis. Gendhis mengatakan pada Nina bahwa ia dan Arman sudah memulai hubungan serius, tentunya hal ini masih dirahasiakan. Orang tua Gendhis maupun Arman belum mengetahui. Nina hanya bisa berdoa yang terbaik untuk mereka.
***
Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐
