Bab 39

3.6K 98 7
                                        

Nina mendengar suara ketukan di jendela kamarnya. Nina ragu-ragu untuk membuka. Awalnya Nina meyakini jika ketukan itu berasal dari Gendhis. Namun tidak mungkin Gendhis datang ke rumahnya lewat pintu kamar, apalagi ini sudah tengah malam. Nina mendekatkan telinganya pada jendela kayu.

"Siapa?" tanya Nina.

"Aku Nin," ucap seseorang di luar sana. Mata Nina membelalak, itu suara Juragan Roni.

Nina membuka jendelanya dan benar saja di depannya terpampang jelas wajah Juragan Roni. Juragan Roni masuk melewati jendela kamar Nina, lalu menutupnya kembali. Juragan Roni berjalan sempoyongan dan hampir jatuh ke lantai. Nina dengan sigap memegang lengan Juragan Roni. Dalam jarak sedekat ini Nina dapat mencium bau arak.

Juragan Roni mencoba untuk berdiri tegap namun gagal. Nina menangkap lengan tangan kanan Juragan Roni. Hal itu membuat Juragan Roni memandang Nina teduh, sambil menyunggingkan senyum tipis.

Nina membantu Juragan Roni untuk duduk di atas kasurnya. "Apa yang kau lakukan Juragan?" tanya Nina pada Juragan Roni, berbisik agar tidak terdengar sampai kamar neneknya.

"Mencarimu," ucap Juragan Roni. Kamar Nina masih terang. Nina memiliki dua dian di kamarnya. Saat mendengar ketukan jendela tadi, Nina masih terjaga, ia sedang membaca buku.

Nina bingung, ia tidak pernah menerima tamu yang sedang mabuk. Apalagi tamunya ini datang dengan tidak sopan. "Sepertinya kau salah masuk rumah orang Juragan," ucap Nina.

Wajah Juragan Roni memerah. Juragan Roni meletakkan tangannya di bahu Nina. "Jangan cerewet," ucap Juragan Roni dengan senyum yang masih setia tersungging di bibirnya.

Wajah Juragan Roni mendekat ke arah Nina, mengendus-endus bau Nina. Nina sontak mundur, namun Juragan Roni menariknya hingga ke pelukan. Juragan Roni memeluk Nina erat. Tangan Nina menggantung di udara, berusaha memberontak namun Juragan Roni terlalu kuat.

"Ssstttt, diamlah," ucap Juragan Roni. Juragan Roni mengendus leher jenjang Nina. Juragan Roni menyibak rambut Nina untuk memudahkannya mengirup lebih dalam leher beraroma vanila itu.

"Vanila," ucap Juragan Roni, lalu terkekeh. Nina menggerakkan lehernya, namun sepertinya malah membuat Juragan Roni semakin liar menghirup leher Nina.

"Juragan, tolong jangan seperti ini," ucap Nina, memohon pada Juragan Roni agar menghentikan aksinya.

Juragan Roni berhenti. Ia melepaskan pelukannya dari Nina. "Kau membuatku gila," ucap Juragan Roni, memandang sayu pada Nina. Juragan Roni mengacak-acak rambutnya kasar. "Kau tahu? Kau membuatku gila!" lanjut Juragan Roni dengan suara cukup keras.

Nina membekap mulut Juragan Roni. Juragan di depannya bisa membuat Nina diusir dari rumah oleh neneknya. "Bisa kecilkan suaramu?" tanya Nina, telapak tangan kanannya masih membekap mulut Juragan Roni. Sementara telapak tangan kirinya menyangga kepala Juragan Roni.

Juragan Roni mengangguk. Nina melepaskan bekapannya. Juragan Roni membawa telapak tangan Nina untuk ditempelkan pada pipinya. "Aku suka sentuhanmu," ucap Juragan Roni.

"Kau mabuk," ucap Nina. Nina merasakan telapak tangan hangat Juragan Roni menggenggam tangannya. Nina juga dapat merasakan pipi Juragan Roni yang dingin. Sepertinya Juragan Roni sudah terlalu lama berada di luar.

"Ya, aku memang mabuk," ucap Juragan Roni, terkekeh.

Juragan Roni terlihat seperti anak kecil yang mengadu pada ibunya. Wajah berwibawa yang setiap hari ia tunjukkan kini berganti menjadi wajah tengil kekanakan.

"Kau harus pulang Juragan," ucap Nina. Nina membantu Juragan Roni untuk berdiri, namun Juragan Roni enggan bangkit. Juragan Roni menggeleng-gelengkan kepala tanpa suara.

"Juragan, kau membuatku dalam masalah," ucap Nina, kembali duduk di atas kasurnya.

"Kasurmu keras," ucap Juragan Roni, meraba-raba kasur Nina, lalu tidur merebahkan diri di sana.

Nina tidak habis pikir. Ada laki-laki yang sedang mabuk lalu tidur di kamarnya. Nina menggoyang-goyangkan lengan Juragan Roni. Namun nihil, Juragan Roni tidak merasa terganggu, ia malah terkekeh dengan mata terpejam. Juragan Roni menarik tangan Nina hingga membentur dadanya. Nina berusaha berontak namun Juragan Roni malah makin menarik Nina hingga mereka berada pada posisi tidur dengan saling berpelukan.

Dari jarak sedekat ini Nina dapat mendengar detak jantung Juragan Roni yang cepat. Namun lama-lama detak jantung itu berdetak teratur dan membuatnya ikut terlelap.



***


Aku bakal update lagi kalau bab ini sudah mencapai 1k views dan minim 30 vote. Yuk bisa yuk 🔥

Kalian juga bisa bantu merekomendasikan ceritaku loh 🤗


🌹🌹🌹

Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang