Nina menghela napas panjang, ia harus menghadapi sikap kekanakan Juragan Roni lagi. Nina khawatir jika ada yang melihat mereka. Nina masih ingin hidup dengan tenang, namun Juragan Roni malah memberi bumbu ketidaktentraman dalam hidup Nina.
"Kau meracau Juragan," ucap Nina. Juragan Roni diam, matanya terpejam.
Kini Juragan Roni sudah berganti posisi, kepala Juragan Roni berada dalam pangkuan Nina. Tangan kanan Juragan Roni mengunci telapak tangan kanan Nina untuk tetap berada di area pipinya. Sementara tangan kiri Nina digenggam oleh tangan kiri Juragan Roni.
"Lagipula harusnya aku yang kesal dengan Juragan," lanjut Nina. Juragan Roni membuka mata, ia hanya dapat melihat dagu Nina karena posisinya yang berada di pangkuan Nina.
"Apa yang aku lakukan?" tanya Juragan Roni.
Nina menundukkan wajahnya, memandang tajam Juragan Roni. "Anda masuk kamarku dalam keadaan ndak pantas," jawab Nina.
"Apa yang aku lakukan padamu?" tanya Juragan Roni, mengulangi pertanyaannya.
Juragan Roni sebenarnya sadar apa saja yang ia lakukan saat berada di rumah Nina dalam keadaan mabuk. Awalnya Juragan Roni berada di rumah Pak Lik Sugeng untuk menenangkan pikiran. Namun secara kebetulan Pak Lik Sugeng sedang menikmati berbotol-botol arak dengan beberapa pegawai pabrik gula. Di mana saat itu Pak Lik Sugeng sedang merayakan perceraiannya dengan Bu Lik Dwi. Alhasil Juragan Roni ikut menikmati arak bersama mereka. Pada malam itu Juragan Roni minum cukup banyak. Pak Lik Sugeng hendak mengantar Juragan Roni pulang, namun ditolak oleh Juragan Roni. Juragan Roni meminjam sepeda ontel Pak Lik Sugeng untuk ia bawa pulang, namum Juragan Roni yang setengah sadar melajukan sepedanya ke rumah Nina.
"Juragan ndak ingat?" tanya Nina.
"Aku menghamilimu?" tanya Juragan Roni, asal ucap, matanya kembali terpejam.
Nina melotot, tiba-tiba ia memiliki keinginan untuk memukul kepala orang yang ada di pangkuannya.
"Ndak, kan?" tanya Juragan Roni.
"Juragan sepertinya benar-benar meracau, pembicaraan ini ndak perlu diperpanjang," ucap Nina.
Juragan Roni tersenyum. Ia merasa senang karena bisa menggoda Nina.
"Tanganmu kecil sekali," ucap Juragan Roni.
"Itu karena tangan Juragan yang terlalu besar," ucap Nina, membuat Juragan Roni terkekeh.
"Aku ingin terlelap," ucap Juragan Roni.
Juragan Roni benar-benar langsung tertidur, dibuktikan dengan napasnya yang mulai teratur dan tangannya yang melemah. Sekarang malah Nina yang seakan terlihat sukarela menyentuh Juragan Roni. Suhu tubuh Juragan Roni masih hangat, namun hidung Juragan Roni sudah tidak semerah tadi.
Di pangkuannya, Nina dapat melihat bulu mata lentik Juragan Roni. Baru pertama ini Nina melihat laki-laki yang memiliki bulu mata lentik dan tebal seperti milik Juragan Roni. Bibir Juragan Roni tidak secerah biasanya, bibir itu sekarang pucat. Dahi Juragan Roni mengeluarkan peluh hingga membuat rambut Juragan Roni basah karena keringat.
Nina tahu besok mereka akan kembali bertemu layaknya pekerja dan juragannya. Mereka akan kembali seolah-olah hari ini tidak pernah terjadi. Nina tidak tahu berapa pekerja atau abdi dalem yang pernah memangku Juragan Roni. Berapa pula orang yang pernah menerima sikap kekanakan Juragan Roni. Nina mulai meyakinkan diri bahwa dirinya hanya pekerja sekaligus teman bagi Juragan Roni, tidak lebih. Debaran-debaran aneh yang ia rasakan tidak berarti apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa. Nina mulai memahami ternyata bergaul dengan seorang Juragan harus melalui kontak fisik yang membuat perasannya tak karuan.
***
Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen 📱bintangnya ⭐
