Bab 29

4.3K 76 2
                                        

"Hendak ke kebun teh, Kang Mas?" tanya Juragan Muria.

Pagi-pagi sekali Juragan Muria duduk di teras rumah ditemani secangkir kopi panas. Anton, Nugroho, dan Desi masih terlelap di kamar mereka masing-masing. Juragan Muria bukan golongan orang yang terbiasa bangun pagi, namun entah mengapa saat di Desa Arang ia selalu bangun pagi. Sepertinya karena suasana sejuk yang jarang Juragan Muria temui di kota. Beberapa abdi dalem yang menyapu halaman menyapa Juragan Muria. Juragan Muria membalas sapaan dengan cara melambaikan tangan dan tersenyum cerah.

Juragan Muria melihat beberapa anak sekolah berlarian tanpa alas kaki. Hewan-hewan ternak seperti bebek, kambing, dan sapi mulai diarak oleh pemiliknya. Beberapa penduduk terlihat mengayuh sepeda membawa bahan pangan untuk dijual ke pasar. Juragan Muria menyukai suasana seperti ini. Berbeda dengan rumahnya di kota, hanya ada bising klakson kendaraan bermotor. Hal itu membuat Juragan Muria lebih sering di rumah karena malas mengirup polusi jalanan kota.

"Mengecek pabrik gula Mur, mau ikut?" tawar Juragan Roni pada adiknya.

"Ndak ada perempuan cantik di pabrik," ucap Juragan Muria, jenaka.

Juragan Muria yakin di pabrik gula tidak ada pekerja perempuan seperti di kebun teh. Pabrik gula adalah tempat kumpulan orang-orang bekerja menggunakan otot-ototnya, jadi Juragan Muria menyimpulkan berada di pabrik gula pastilah membosankan.

"Ada Pak Lik Sugeng di pabrik," ucap Juragan Roni.

"Ndak mau, Pak Lik Sugeng ndak cantik," ucap Juragan Muria. Juragan Roni menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan ucapan adiknya. Seorang abdi dalem membawakan sepatu hitam milik Juragan Roni. Juragan Roni mengucapkan terima kasih lalu memakainya.

"Anak saya sakit Juragan, apakah saya diperbolehkan untuk cuti satu hari?" tanya abdi dalem tersebut pada Juragan Roni.

"Ya, silakan. Sudah memberitahu Mbok Nah?" tanya Juragan Roni.

"Belum Juragan, saya izin ke Juragan Roni terlebih dahulu," ucap abdi dalem.

Juragan Roni mempersilakan abdi dalem tersebut cuti. Juragan Roni melebihkan waktu cuti hingga dua hari. Juragan Roni tahu bahwa abdi dalemnya itu adalah seorang janda cerai mati yang memiliki anak yang masih kecil.  Abdi dalem tersebut mengucapkan terima kasih dan pamit undur diri. Abdi dalem tersebut juga menyapa Juragan Muria yang dijawab dengan anggukan dan senyum ramah Juragan Muria.

"Kang Mas ndak gerah memakai surjan terus?" tanya Juragan Muria. Juragan Roni mendekati Juragan Muria, lalu duduk di dipan yang sama dengan Juragan Muria.

"Ndak," Jawab Juragan Roni, singkat.

"Kang Mas ini ndak peka. Ndak ingin menawari aku memakai surjan?" tanya Juragan Muria.

Juragan Muria melihat Juragan Roni mirip dengan Juragan Aryo saat muda. Juragan Muria menyimpulkan demikian karena ia memiliki lukisan muda Juragan Aryo yang ia simpan di kamarnya. Lukisan tersebut ia dapatkan dari Juragan Roni bersamaan dengan surat yang setiap minggu dikirimnya. Dalam lukisan tersebut Juragan Aryo nampak gagah dengan surjan garis-garis.

"Mau mencoba? aku akan meminta Mbok Nah menyiapkannya untukmu," jawab Juragan Roni.

"Ya Kang Mas," ucap Juragan Muria, cengar-cengir.

"Kang Mas, boleh aku ke kebun teh sendiri?" tanya Juragan Muria.

"Untuk apa?" tanya Juragan Roni, mengernyit heran.

"Bertemu teman," jawab Juragan Muria.

Juragan Roni tahu 'teman' yang dimaksud Juragan Muria adalah Nina dan Gendhis. Kemarin mereka sudah berkenalan dan berbincang tentang hal-hal yang menurut Juragan Roni tidak penting.



***



Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang