Bab 20

3.3K 49 0
                                    

Arman mengedarkan pandangan ke seluruh penonton, ia mencari keberadaan Gendhis. Arman yakin Gendhis pasti datang. Suara gamelan dan sinden mengalun, walaupun hampir tengah malam semua penonton masih menonton wayang dengan penuh minat. Pandangan Arman berhenti tepat di mana Gendhis berada. Gendhis duduk bersama Nina, mereka terlihat fokus menonton wayang.

"Juragan saya izin ke belakang," ucap Arman. Juragan Roni mengernyit, tidak terlalu mendengar suara Arman karena alunan musik gamelan yang cukup keras. Juragan Roni mengikuti arah pandang Arman. Ada Nina dan Gendhis di barisan penonton belakang. Juragan Roni hampir tidak mengenali Gendhis karena gadis itu terlihat rapi dengan kebaya dan sanggul sederhana.

Juragan Roni mengangguk, paham Arman hendak menemui Gendhis. Namun bukan hanya mengizinkan Arman, Juragan Roni ikut bangkit. Tamu undangan secara otomatis memandang Juragan Roni yang bangkit dari duduknya. Juragan Roni memberikan sinyal anggukkan tanda ia izin pergi dan agar tamu undangan meneruskan menonton wayang.

"Juragan?" Arman kaget karena Juragan Roni mengikutinya dari belakang. Juragan Roni hanya menepuk-nepuk pundak Arman, meminta Arman melanjutkan perjalanan.

Gendhis melihat Arman dan Juragan Roni mendekat. Gendhis menyenggol lengan Nina, membuat Nina mengikuti arah pandang Gendhis. Gendhis dan Nina bangkit dari duduknya. Gendhis membawa Nina untuk mundur ke belakang, menjauh dari barisan penonton. Arman dan Juragan Roni melihat Gendhis dan Nina menuju pekarangan belakang, Arman dan Juragan Roni mengikuti mereka.

"Ada apa Ndis?" tanya Nina, meminta penjelasan pada Gendhis.

"Aku tadinya mau bertemu Arman, tetapi mengapa Juragan Roni malah ikut?" Gendhis malah balik bertanya. Gendhis pikir bisa mengobrol dengan Arman berdua, namun karena Juragan Roni ikut bersama Arman, Gendhis mengajak Nina.

Arman dan Roni sampai di depan Gendhis dan Nina. Mereka berempat berada di pekarangan belakang, terdapat pohon bambu lebat. Apabila tidak benar-benar mendekat, orang tidak akan bisa melihat mereka. Di dekat pohon bambu ada cakruk dengan dua lampu dian di kanan kiri, lampu tersebut cukup terang.

"N-Ndis," sapa Arman, terbata-bata. Arman merasa sungkan berbicara leluasa dengan Gendhis karena keberadaan Juragan Roni dan Nina.

"Arman, Juragan Roni," sapa Gendhis, sopan.

Situasi menjadi canggung. Nina melihat Arman dan Gendhis saling pandang namun malu-malu. Sesekali Gendhis dan Arman mengedarkan pandangannya ke arah lain, sungguh lucu. Pandangan Nina berhenti ke arah Juragan Roni yang juga memandangnya. Nina mengedipkan mata cepat, tangannya meremas jarik yang ia pakai.

Juragan Roni terpaku pada Nina. Juragan Roni benar-benar hampir tidak mengenal perempuan di depannya. Hal ini karena Nina tampak begitu berbeda dengan jarik dan kebaya yang melekat pas di tubuhnya. Warna cerah benar-benar cocok dengan kulit Nina. Juragan Roni terpaku pada kebaya yang dikenakan Nina. Perempuan di depannya memiliki tubuh yang semampai, hanya saja saat di kebun ia selalu memakai pakaian kedodoran sehingga tubuhnya terlihat kurus.

Pandangan Juragan Roni naik ke atas, melihat tepat pada wajah Nina. Bibir Nina bukan bibir yang penuh seperti milik Belinda. Bibir itu pas, tidak penuh dan tidak tipis, berwarna merah mawar karena polesan gincu. Hidung Nina kecil mancung. Mata Nina yang tajam dan tegas terbingkai bulu mata dan alis yang tebal. Sanggul sederhana yang Nina kenakan membuat Nina sangat berbeda dari penampilan biasanya. Nina melihat Juragan Roni dengan heran, Juragan Roni tidak berkedip sejak tadi. Nina yakin Juragan Roni sedang menilai penampilannya. Gendhis dan Arman pun melihat Juragan Roni yang terlihat terpesona dengan Nina. Arman pura-pura batuk untuk menyadarkan Juragan Roni.


***


Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang