"Kalian memetik teh setiap hari?" tanya Belinda dengan ramah.
Belinda, Nina, dan Gendhis duduk di cakruk untuk mengistirahatkan diri. Sejujurnya hanya Nina dan Gendhis saja yang benar-benar mengistirahatkan diri karena sejak tadi Belinda tidak ikut terjun memetik teh. Belinda hanya berjalan-jalan sebentar, waktunya lebih banyak digunakan untuk duduk manis di cakruk.
"Tentu saja, memetik teh adalah pekerjaan kami," jawab Nina.
"Bukankah sangat membosankan?" tanya Belinda, diakhiri dengan menutup mulut karena menguap.
Juragan Roni membawa sekaligus meninggalkan Belinda di kebun teh. Tadinya, Belinda bersama Juragan Roni dan Arman. Namun Juragan Roni menyuruhnya tetap tinggal karena memiliki beberapa urusan bersama Arman. Sebenarnya Belinda bosan sekali berada di kebun teh. Belinda tidak tahu Juragan Roni di mana. Area kebun terlalu luas. Belinda sudah berusaha mencari Juragan Roni semampunya, dengan cara bertanya kepada pekerja lain. Namun setiap pekerja yang ia tanya tidak memberikan jawaban yang pasti. Belinda berulang kali menggaruk tangan dan kakinya karena banyak sekali serangga, terutama nyamuk, yang membuatnya geli.
"Biasa saja," jawab Nina.
Belinda menatap Nina. Belinda merasa Nina cukup berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan. Sejak Belinda datang di kebun, Nina yang lebih sering menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Belinda. Sementara di samping Nina terdapat Gendhis yang lebih banyak diam. Diam yang bukan benar-benar diam. Gendhis seperti menyimpan pemikiran tentang Belinda. Belinda merasakan hal tersebut sejak pertama bertemu Gendhis di kediaman Juragan Roni. Pandangan Gendhis seperti menilai Belinda. Entah apa yang dua perempuan itu sembunyikan dari Belinda, Belinda akan mencari tahu.
"Bagaimana dengan Roni?" tanya Belinda, tiba-tiba.
Nina dan Gendhis kaget, mereka saling pandang. Nina dan Gendhis mulai tidak paham dengan alur pembicaraan Belinda.
"Juragan Roni?" tanya Gendhis, membuka suara.
Belinda mengangguk, memandang Nina dan Gendhis bergantian. "Ya, juragan kalian," ucap Belinda.
"Dekat dengan siapa dia di sini?" tanya Belinda.
Gendhis tersedak ludahnya sendiri. Belinda benar-benar tidak terduga. Gendhis menatap Nina yang juga menatapnya.
"Juragan Roni hampir dekat dengan semua pekerjanya," jawab Nina.
Belinda tersenyum tipis. Bukan itu jawaban yang ia inginkan. Belinda yakin Nina hanya menjawab secara formalitas.
"Kau tahu apa yang aku maksud," jawab Belinda.
Nina dan Belinda saling pandang. Cakruk tiba-tiba terasa sepi. Mereka bahkan dapat mendengar suara daun-daun jatuh dibawa angin. Gendhis hanya bisa memandang Nina yang sedang fokus memandang Belinda.
"Atau diantara kalian ada yang dekat dengan Roni?" tanya Belinda, tidak mengalihkan pandangannya dari Nina.
Pertanyaan dan pembawaan Belinda seperti menginterogasi. Tatapan Belinda yang menghunus tak membuat Nina gentar. Nina bersikap datar seperti biasa. Berbeda dengan Gendhis yang bolak balik melihat Nina lalu Belinda. Gendhis merasa Belinda seperti memancing Nina untuk mengeluarkan emosinya.
"Kenapa kalian diam?" tanya Belinda. Belinda menjadi orang pertama yang memutus pandangannya dari Nina.
"Sebenarnya apa maksud njenengan?" tanya Nina.
"Perihal perasaan Juragan Roni adalah urusan Juragan Roni sendiri. Bila njenengan benar-benar ingin tahu lebih baik bertanya langsung pada Juragan Roni," lanjut Nina.
"Kalian serius sekali, hahaha," Belinda tertawa sambil menutup mulut. Tawa yang terkesan dibuat-buat.
"Mana mungkin Roni suka dengan orang-orang seperti kalian. Aku sangat paham dengan seleranya," ucap Belinda.
"Njenengan teman baiknya?" tanya Gendhis.
"Oh iya, aku belum mengatakan ya kalau aku kekasih Roni?" ucap Belinda diakhiri dengan senyum manis.
***
Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐
![](https://img.wattpad.com/cover/338683174-288-k673937.jpg)