Bab 11

3.8K 46 0
                                    

Setiap satu tahun sekali Desa Arang memperingati hari berdirinya pabrik gula. Saat ini abdi dalem di kediaman Juragan Roni sedang sibuk kesana kemari mempersiapkan segala kebutuhan pesta. Pesta diadakan tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari pula pekerja Juragan Roni boleh meliburkan diri. Bagi pekerja yang memilih tetap bekerja, entah di kebun maupun di pabrik, akan mendapatkan upah tambahan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, rata-rata yang meliburkan diri adalah perempuan. Beberapa perempuan di Desa Arang akan diminta membantu persiapan pesta. Hari ini adalah hari pertama, akan diadakan makan besar untuk seluruh penduduk Desa Arang.

Mbok Nah dan Pak Kiryo adalah pasangan suami istri yang menjadi abdi dalem di keluarga Juragan Aryo sejak Juragan Roni belum lahir. Juragan Roni menganggap mereka seperti orang tuanya sendiri. Pak Kiryo dan Mbok Nah bekerja sama mengarahkan para abdi dalem, mulai dari memasak, menata ruangan, mendekorasi, dan lain-lain. Abdi dalem di kediaman Juragan Roni cukup kewalahan. Total abdi dalem sekitar dua puluh orang. Setiap acara besar Mbok Nah akan merekrut beberapa orang lagi untuk dipekerjakan.

Pak Wiro dan istrinya mendaftar sebagai pekerja paruh waktu di kediaman Juragan Roni. Bu Wiro sedang menjahit rok-rok cantik untuk dibagikan kepada anak-anak gadis di Desa Arang. Pak Wiro sendiri sedang memindahkan perabotan yang nantinya digunakan di halaman depan. Gendhis dan Lulu duduk di halaman rumah bagian kanan Juragan Roni, mengamati ibu mereka yang sedang menjahit dari balik jendela.

Juragan Roni diikuti Mbok Nah masuk ke area penjahit. Di tangan Mbok Nah ada surjan motif bunga dengan kualitas kain premium. Surjan itu milik Juragan Aryo dan sekarang diwariskan ke Juragan Roni. Mbok Nah meminta Bu Wiro mengukur badan Juragan Roni untuk dipaskan dengan surjan almarhum bapaknya. Ada beberapa sisi yang memang harus dikecilkan. Almarhum Juragan Aryo memiliki tubuh tinggi dan berisi, sedangkan Juragan Roni bertubuh tinggi dengan badan sedang.

"Ada beberapa sisi yang harus dikecilkan Juragan," ucap Bu Wiro. Juragan Roni mengangguk, meninggalkan Bu Wiro dan Mbok Nah, mempersilakan Bu Wiro mengepas surjannya.

"Mbok Nah ngapunten, Puji dan suaminya terkena cacar air, mereka tidak bisa ikut bekerja di sini," ucap Sri. Sri juga membantu di kediaman Juragan Roni. Ia ditugaskan di bagian konsumsi, menggantikan Mbah Yono yang sudah sepuh untuk mengantar gethuk. Rumah Puji dan suaminya berada di samping Mbah Yono, mereka awalnya mendaftarkan diri untuk membantu acara pesta, namun karena tiba-tiba terkena cacar air mereka harus mengurungkan keinginan. Puji dan suaminya meminta Sri menyampaikan permintaan maafnya pada Juragan Roni.

"Puji dan suaminya bagian menjahit kan? Siapa selain mereka yang bisa menjahit lagi?" tanya Mbok Nah ke seluruh pekerja jahit di ruangan itu.

"Ngapunten, kalau hanya menjahit rok putri saya bisa Mbok Nah," ucap salah satu pegawai.

"Tetangga saya juga bisa," ucap lainnya.

"Ini yang dijahit surjan khusus laki-laki," ucap Mbok Nah. "Wiro biarkan jahitan rokmu diambil alih mereka, kamu fokus menjahit surjan Juragan Roni terlebih dahulu, dilanjut surjan-surjan lainnya," lanjut Mbok Nah. Bu Wiro mengangguk mengiyakan, pun dengan pegawai jahit yang lain.

"Nina bisa Bu!" ucap Gendhis dari balik jendela. Mbok Nah dan semua pegawai jahit memandang Gendhis. Pakaian-pakaian akan dibagikan di hari ketiga, tapi kegiatan jahit harus dilakukan sejak hari pertama karena keterbatasan dan menghemat waktu.

"Siapa Nina?" tanya Mbok Nah.

"Teman saya Mbok," ucap Gendhis. Gendhis memandang ibunya takut-takut. Bu Wiro melotot pada Gendhis, seakan mengingatkan agar gadis itu lebih baik tutup mulut.

"Panggilkan dia ke sini Nduk," ucap Mbok Nah.



***

Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)

Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang