Bab 49

2.9K 81 0
                                        

Pernikahan Gendhis dan Arman dilaksanakan secara sederhana. Gendhis mengadakan resepsi sederhana dengan mengundang saudara dan tetangga dekat. Nina menginap di rumah Gendhis selama dua hari. Nina membantu Gendhis untuk menyiapkan pernikahannya.

"Nin, sepertinya aku kehilangan berat badan lagi," ucap Gendhis. Gendhis membawa kebaya yang akan digunakan saat pesta pernikahan kepada Nina.

Nina berada di kamar Gendhis. Nina mengambil kebaya brokat yang Gendhis ulurkan lalu meminta Gendhis memakainya. Saat dipakai oleh Gendhis, kebaya itu memang longgar di beberapa bagian. Menjelang resepsi, berat badan Gendhis turun cukup banyak, sebanyak delapan kilogram.

"Apa lagi yang kau pikirkan, Ndis?" tanya Nina. Jari-jari Nina lihai memberi tanda pada kebaya Gendhis menggunakan kapur jahit.

"Aku sepertinya terlalu bersemangat," jawab Gendhis.

"Hingga menjadi kurus seperti ini?" tanya Nina, memegang lengan tangan Gendhis.

"Banyak yang aku pikirkan Nin, saat menikah nanti kau juga akan sepertiku," ucap Gendhis.

"Belum terpikirkan," jawab Nina.

Nina selesai memberi tanda pada kebaya Gendhis. Gendhis melepas kebayanya lalu memberikan kebaya tersebut untuk dikecilkan Nina. Ya, Nina yang membuat kebaya untuk pernikahan Gendhis. Gendhis hanya membeli kain mentah di pasar lalu menyerahkan detailnya pada Nina. Seperti yang Gendhis bayangkan, kebaya yang Nina buat sangat cantik. Nina benar-benar berbakat. Hanya saja sudah dua kali ini Nina harus mengepas kebaya Gendhis karena berat badan Gendhis yang turun secara bertahap.

"Jangan makan satu hari sekali, Ndis," ucap Nina.

Nina tahu Gendhis sengaja menurunkan berat badannya agar terlihat menawan saat resepsi nanti. Namun berat badan Gendhis yang sekarang membuat tulang-tulang Gendhis terlihat jelas dan membuatnya terlihat tidak segar.

"Aku usahakan, Nin," jawab Gendhis, cengengesan.

Selama dua hari ini Nina dan Gendhis tidak bisa pergi ke kebun teh. Nina dan Gendhis sudah izin ke Arman agar disampaikan ke Juragan Roni. Sementara Arman masih bisa bekerja mengawasi kebun teh karena Arman tidak sesibuk Gendhis. Resepsi hanya dilakukan di rumah Gendhis. Arman hanya menanyakan dan memberikan bantuan sebisanya. Ini kali pertama keluarga Arman dan Gendhis melaksanakan resepsi untuk anaknya karena Gendhis dan Arman sama-sama anak pertama.

Sebenarnya Nina dan Gendhis ingin izin langsung pada Juragan Roni, namun selama beberapa hari ini Juragan Roni sulit ditemui. Alhasil Arman yang biasanya mendampingi Juragan Roni selama di kebun teh, harus bekerja sendiri. Arman mengatakan Juragan Roni sedang mengantar Juragan Muria kembali ke kota. Tentu saja Juragan Roni akan singgah di kota karena ada ibu dan adik-adiknya di sana. Arman tidak tahu Juragan Roni akan berada di kota berapa lama karena Juragan Roni tidak memberitahukannya.

"Istirahatlah Ndis, aku akan ke belakang membantu memasak," ucap Nina.

"Ndak, kau di sini saja," jawab Gendhis, menarik lengan Nina dan meminta Nina tidur di sampingnya.

"Aku akan bahagia kan Nin?" tanya Gendhis, matanya menatap atap rumah.

"Tentu saja," jawab Nina, menatap Gendhis yang tiduran di sampingnya.

"Setelah menikah nanti, aku ndak sabar menjadi seorang ibu," ucap Gendhis, menatap Nina.

"Ya, kau akan menjadi ibu yang baik nanti," jawab Nina.

"Kau akan menjadi bu lik yang baik pula," ucap Gendhis.

"Aku sebenarnya ingin anakku seumuran dengan anakmu agar bisa meneruskan persahabatan kita," lanjut Gendhis.

Nina tersenyum tipis lalu terkekeh. "Ada-ada saja," ucap Nina.

"Semoga salah satu anakku bisa berpasangan dengan anakmu agar persahabatan kita berlanjut hingga tua nanti," ucap Gendhis, sebelum ia benar-benar terlelap.

"Semoga," ucap Nina, ikut terlelap bersama Gendhis.

***

Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen 📱dan bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang