Juragan Muria, Anton, Nugroho, dan Desi mengikuti Juragan Roni ke kebun teh. "Juragan!" sapa Arman. Arman menepikan sepedanya di samping kebun, menaruhnya di sana. Arman berjalan menuju Juragan Roni. "Selamat pagi Juragan," sapa Arman lagi.
"Pagi Man. Ini adikku, Muria dan teman-temannya," ucap Juragan Roni.
"Saya Arman, salah satu pegawai Juragan Roni," Arman menyalami mereka satu per satu, kecuali Desi yang memang tidak ingin disalami.
"Arman ini salah satu orang kepercayaanku," ucap Juragan Roni.
"Hai Arman, aku Muria," sapa Juragan Muria, kelewat ramah. Ia menarik tangan Arman, membuat Arman kaget.
"E-eh iya Juragan," jawab Arman. Juragan Muria menarik tangannya dan menepuk-nepuk pundak Arman. "Terima kasih sudah menjaga Kang Mas Roni," ucap Juragan Muria, tulus.
"Ini temanku namanya Aryo, Nugroho, dan Desi," lanjut Juragan Muria.
Aryo dan Nugroho menjabat tangan Arman, sedangkan Desi melambaikan tangan. Desi heran, bukankah 'juragan' adalah orang yang harus dihormati? Mengapa harus bersikap seramah ini pada pegawai? Desi tidak mau menjabat tangan Arman karena Desi merasa Arman berada di bawahnya. Arman berpenampilan biasa saja, bagi Desi baju dan celana kusut adalah perpaduan yang tidak enak dipandang.
"Kalau begitu saya duluan, mari Juragan Roni, Juragan Muria, Mas Anton, Mas Nugroho, Mbak Desi," ucap Arman, berpamitan pada mereka. Hari ini Arman akan mengecek gudang. Permintaan teh akhir-akhir ini meningkat sehingga gudang harus sering di cek secara berkala. Juragan Roni mempersilakan Arman untuk pergi.
"Kau sedekat itu dengan pegawaimu Juragan?" tanya Desi. Desi berjalan melewati Anton dan Nugroho untuk mensejajarkan diri dengan Juragan Roni.
Juragan Roni berhenti, mata tajamnya melirik Desi. "Maksudmu?" tanya Juragan Roni.
"Des kau ndak mau mencoba memetik teh?" ucap Juragan Muria. Juragan Muria mencoba mengalihkan perhatian. Juragan Muria tidak mengira Desi akan menanyakan pertanyaan yang tidak masuk akal pada Juragan Roni. Kakaknya adalah orang yang tenang, namun jika diusik tentu saja Juragan Roni tidak akan tinggal diam.
Paham akan situasi, Desi mengucap maaf dan mundur ke belakang. Anton dan Nugroho memandang Desi heran, tidak habis pikir dengan tingkah perempuan satu angkatannya itu.
Mereka melanjutkan perjalanan melihat-lihat kebun. Juragan Muria menyapa para pekerja dengan ramah. Dalam hatinya, Juragan Roni merasa senang karena adiknya tidak membeda-bedakan strata sosial. Walaupun tumbuh di lingkungan perkotaan, Ndoro Yuni selalu menanamkan adab pada anak-anaknya. Ndoro Yuni selalu mengingatkan anak-anaknya tentang sopan santun dan rasa saling menghormati.
Dari kejauhan Juragan Roni melihat Nina dan Gendhis yang sedang fokus memetik pucuk teh. Nina sesekali membenarkan capingnya yang longgar. Juragan Muria mengikuti arah pandang Juragan Roni. Pandangan Juragan Roni terpaku pada dua perempuan. Juragan Muria menebak-nebak, dari mereka mana yang disukai oleh Juragan Roni.
Rombongan Juragan Roni berhenti di dekat cakruk tempat Nina memetik teh. Nina sadar akan kehadiran Juragan Roni di dekatnya, pun dengan Gendhis. Nina dan Gendhis memandang gerombolan orang yang duduk di cakruk. Dari gerombolan itu, Nina dan Gendhis hanya mengenal Juragan Roni.
"Aku lupa membawa minum Mur," ucap Desi.
"Tadi tertinggal di mobil, Juragan," ucap Nugroho.
Nugroho sengaja menekankan kata 'juragan' agar Desi terbiasa dengan panggilan tersebut. Perempuan itu sudah diwanti-wanti sejak awal agar memahami budaya setiap tempat. Di kota tidak ada panggilan juragan atau ndoro, berbeda dengan di desa. Oleh karenanya Desi seharusnya memahami hal sederhana tersebut. Sesederhana memanggil adik Juragan Roni dengan sebutan juragan pula. Walaupun sepertinya Juragan Muria tidak keberatan hanya dipanggil nama, namun Nugroho merasa tidak enak kepada Juragan Roni.
***
Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐
