"Sudah selesai?" tanya Belinda pada Juragan Roni yang berjalan ke cakruk bersama Arman.
"Sudah," jawab Juragan Roni. Juragan Roni dan Arman mendudukkan diri di cakruk. Arman duduk di pojok kiri bersama Gendhis, di samping Gendhis ada Nina. Sementara Juragan Roni duduk di samping Belinda.
"Kau kelelahan?" tanya Belinda. Belinda mengeluarkan sapu tangan dari balik roknya lalu menyeka peluh di sekitar jidat Juragan Roni.
Juragan Roni secara reflek segera mengambil sapu tangan Belinda dan menyeka sendiri peluhnya. Belinda tersenyum manis ke arah Juragan Roni, namun Juragan Roni tidak memandang Belinda sama sekali.
"Minum," Belinda mengulurkan botol minum yang berisi air bening. Namun sebelumnya, Belinda membukakan tutup botol untuk memudahkan Juragan Roni saat minum. Juragan Roni mengambil botol minum yang dibukakan Belinda dan meneguknya setengah. Juragan Roni mengembalikan botol minum tersebut, tak lupa mengucapkan terima kasih pada Belinda.
"Masih mual?" tanya Arman. Arman reflek menyentuh perut Gendhis. Arman khawatir pada Gendhis sejak pagi tadi karena Gendhis terus memuntahkan makanan yang ia makan. Arman membawakan bekal untuk Gendhis dan meminta Nina memaksa Gendhis untuk mengisi perutnya.
"Tidak, tadi sudah makan bersama Nina," jawab Gendhis. Gendhis tersenyum pada Arman, paham jika Arman khawatir padanya.
"Kau hamil?" tanya Belinda, kaget.
Gendhis menjawab pertanyaan Belinda dengan anggukan. Gendhis sudah memeriksakan kehamilannya dibantu oleh bidan di Desa Arang. Juragan Roni merekrut seorang dokter, bidan, dan beberapa perawat untuk menjadi petugas kesehatan di Desa Arang. Mereka dibuatkan klinik kesehatan di dekat balai desa. Sebenarnya dulu di Desa Uyah pernah ada bidan desa, namun karena sudah cukup sepuh, beliau memutuskan untuk pensiun. Gendhis merasa dipermudah, ia tidak perlu pergi ke rumah sakit yang jauh untuk memeriksakan kehamilan. Gendhis tinggal menyeberang desa untuk memeriksakan kehamilannya kapanpun ia mau.
"Kau harus bersyukur," ucap Belinda.
"Banyak yang belum memiliki anak padahal sudah lama menikah. Banyak pula yang memiliki anak di luar pernikahan. Kalian sudah menikah, sudah dikaruniai anak, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," lanjut Belinda. Raut wajah Belinda berubah menjadi sedih, namun Belinda segera tersenyum kembali.
"Kau tidak pernah mengatakan pada kawan-kawanmu bahwa kau sudah memiliki kekasih?" tanya Belinda pada Juragan Roni.
Tenggorokan Juragan Roni tiba-tiba kering, ia terbatuk-batuk. "Minum lagi?" tanya Belinda. Belinda mengulurkan botol minum. Di sela-sela batuknya, Juragan Roni menggelengkan kepalanya, tanda tidak ingin minum.
"Katakan Ron, katakan aku kekasihmu!" pinta Belinda dengan semangat.
Juragan Roni tidak menyangka Belinda menjadi seblak-blakan ini. Dulu Belinda adalah orang yang sangat menjaga privasi dan cenderung tidak peduli. Ternyata hampir satu tahun tidak bertemu menjadikan beberapa hal berubah.
Juragan Roni menatap Nina yang juga menatapnya. Tatapan mata Nina datar, tatapan yang sama ketika pertama kali mereka bertemu. Juragan Roni tidak menyukai tatapan itu, seakan-akan Nina tidak pernah mengenal Juragan Roni.
Nina paham laki-laki di seberangnya sedang gelisah. Mata Juragan Roni memandangnya lekat, namun bola matanya bergerak-gerak. Nina kelu, entah mengapa ia ingin pergi dari cakruk namun tidak bisa. Seakan kakinya dipaku di cakruk untuk mendengarkan hal yang tidak ingin ia dengarkan.
"Ron?" Belinda menatap Juragan Roni dengan tatapan sedih.
"Ya, kami kekasih" jawab Juragan Roni.
Juragan Roni tidak berani menatap Nina. Gendhis tiba-tiba mual, ia segera keluar cakruk untuk memuntahkan isi perutnya. Arman menyusul Gendhis dengan tergesa. Nina duduk termenung di tempatnya, tidak bergerak sama sekali.
***
Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐
