Bab 42

3.2K 97 7
                                        

"Selamat pagi Kang Mas," sapa Juragan Muria pada Juragan Roni.

"Pagi Mur," balas Juragan Roni, lirih. Wajah Juragan Roni terlihat lebih pucat dari biasanya.

"Selamat pagi Juragan," sapa Pak Lik Sugeng, duduk di samping Juragan Muria.

Juragan Roni dan Pak Lik Sugeng baru pulang pagi-pagi sekali. Mereka menghadiri pesta pernikahan salah satu teman kuliah Juragan Roni. Awalnya Juragan Muria yang diajak, namun ia tidak berkenan. Akhirnya Juragan Roni mengajak Pak Lik Sugeng untuk menemaninya.

"Sampai teler Pak Lik?" ucap Juragan Muria di sela-sela kunyahannya.

"Biasa Juragan, kalau ndak teler ya ndak laki," jawab Pak Lik Sugeng.

Desi, Anton, dan Nugroho datang bersamaan lalu menarik kursi kosong dan mendudukinya. Desi menatap Juragan Roni lama, namun Juragan Roni tak balik menatapnya, seakan Desi tidak ada di sana.

"Bagaimana persiapan pestamu Juragan?" tanya Pak Lik Sugeng.

"Tidak banyak yang harus dipersiapkan Pak Lik, kemarin Anton dan Nugroho banyak membantuku," jawab Juragan Muria.

Sebenarnya Anton dan Nugroho lah yang banyak bekerja membantu Juragan Muria mempersiapkan pestanya karena kemarin Juragan Muria seharian berada di kebun teh.

"Nug, Ton, aman kan?" tanya Juragan Muria pada Nugroho dan Anton.

"Aman Juragan, kami banyak dibantu Mbok Nah kemarin," jawab Anton.

"Kau sakit Juragan?" tiba-tiba Desi mengeluarkan suara, Desi bertanya pada Juragan Roni.

Juragan Roni tidak menanggapi pertanyaan Desi. Juragan Roni terbatuk-batuk dan berulang kali mengusap hidungnya. Saat di pesta pernikahan temannya hingga di perjalanan pulang, Juragan Roni kelelahan karena tidak bisa tidur. Pikiran Juragan Roni tidak tenang.

"Kau pucat Kang Mas, istirahatlah," ucap Juragan Muria.

"Ya Juragan, segeralah istirahat," ucap Pak Lik Sugeng.

Juragan Roni mengangguk lalu berjalan ke arah kamarnya. Sesampainya di kamar, Juragan Roni tidak bisa tidur. Saat menutup mata kepalanya malah berdenyut. Ada bayangan Nina saat ia menutup mata. Juragan Roni membuka mata lalu cepat mendudukkan dirinya di kasur. Seorang abdi dalem mengetuk pintu lalu masuk ke kamar Juragan Roni untuk memberikan minuman yang Juragan Roni yakini sebagai ramuan herbal. Juragan Roni mengucapkan terima kasih lalu abdi dalem tersebut pamit undur diri.

Juragan Roni meminum ramuan herbal dalam sekali teguk. Beberapa saat kemudian ia merasa ingin tidur. Benar saja, Juragan Roni tertidur hingga sore hari. Peluh membasahi tubuhnya, Juragan Roni lupa melepas surjannya tadi. Alhasil ia tidur dengan memakai surjan.

Setelah selesai membersihkan diri, Juragan Roni berjalan ke halaman tempat Juragan Muria mengadakan pestanya. Halaman dihias sedemikian rupa dengan lampu kelap-kelip yang cantik. Akan semakin cantik jika lampu itu menyala saat malam nanti. Meja besar berada di tengah dengan beraneka sajian di atasnya. Kursi-kursi dihias dengan bunga-bunga palsu memberikan kesan seperti berada di taman bunga.

"Bagus ndak?" tanya Juragan Muria yang tiba-tiba berada di belakang Juragan Roni.

"Bagus Mur," jawab Juragan Roni.

"Sudah sembuh Kang Mas?" tanya Juragan Muria, memastikan.

"Lebih baik dari tadi," jawab Juragan Roni.

Anton dan Nugroho berjalan ke halaman diikuti Desi di belakangnya. "Bagaimana keadaanmu Juragan?" tanya Nugroho.

"Baik Nug, terima kasih," ucap Juragan Roni.

Anton, Nugroho, Juragan Muria, dan Juragan Roni terlihat gagah dengan surjan yang mereka kenakan. Desi memakai dress satin panjang warna biru tua tanpa tali yang membentuk lekuk tubuhnya.

Dari kejauhan Arman datang bersama Gendhis dan Nina. "Teman-temanku!" ucap Juragan Muria dengan antusias. Juragan Muria memeluk singkat Arman yang terlihat gagah dengan surjan kuning dengan corak bunga. Di samping Arman ada Gendhis yang memakai pakaian yang hampir senada dengan Arman, yaitu kebaya berwarna kuning. Juragan Muria hampir memeluk Gendhis, untung saja ia ingat Gendhis sebentar lagi akan menjadi istri Arman. Juragan Muria memutuskan untuk menjabat tangan Gendhis saja. Di samping Gendhis terdapat Nina yang tampil cantik dengan kebaya berwarna salem. Juragan Muria tidak berkedip ketika memandang Nina. Ini kali pertama Juragan Muria melihat Nina tampil anggun. Sanggul sederhana dan polesan tipis di wajahnya membuat Nina semakin ayu. Juragan Muria maju memeluk Nina. Nina hampir mundur beberapa langkah namun segera ditahan oleh Juragan Muria.

"Cantik sekali," ucap Juragan Muria. Ucapan yang bisa didengar sampai telinga Juragan Roni.

***

Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!

Terima kasih sudah membaca <3

Jangan lupa tinggalkan komen 📱bintangnya ⭐

Sang Penggoda (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang