"Ayo berteduh Nin!" ucap Gendhis dengan suara nyaringnya. Gendhis bersama Nina berlarian menuju cakruk terdekat untuk berteduh. Sebenarnya mereka hendak ke gudang karena depan gudang kanopinya cukup lebar. Namun jarak gudang lebih jauh daripada cakruk. Alhasil Gendhis dan Nina memilih cakruk sebagai tujuan utama.
"Ndis?" ucap Arman.
"Arman!" jawab Gendhis dengan antusias. Gendhis memeluk Arman yang juga berteduh di cakruk yang sama dengannya. Gendhis tidak sadar bahwa di samping Arman ada Juragan Roni yang mengalihkan perhatian, pura-pura tidak melihat adegan yang dilakukan Arman dan Gendhis.
Arman berdehem, hal tersebut membuat Gendhis melepaskan pelukannya. Gendhis akhirnya sadar keberadaan Juragan Roni. Nina menyenggol lengan Gendhis, Gendhis tersenyum malu-malu dengan wajah yang memerah.
"Maaf Juragan kami akan pindah ke cakruk lain," ucap Nina.
Nina merasa Juragan Roni seperti terganggu dengan kehadiran Nina dan Gendhis di cakruk yang sama. Nina tahu Juragan Roni menatapnya sekilas lalu mengalihkan pandangan pada rintik air hujan.
"Ndak perlu, tetap di sini" jawab Juragan Roni, menatap Nina sekilas lalu kembali memandang hujan.
Nina menurut. Gendhis menarik lengan Nina agar masuk lebih dalam ke cakruk karena baju Nina sebagian sudah terkena air hujan.
"Nin, jangan terlalu di pinggir," ucap Gendhis. Posisinya, di depan Gendhis ada Juragan Roni dan di depan Nina ada Arman.
Nina mengangguk dan hanya bergeser beberapa centi padahal Gendhis sudah memberikan jarak yang cukup longgar untuk Nina. Gendhis menarik napas dalam lalu menghembuskan kuat, gemas pada Nina. Gendhis bangkit, mendorong Nina sedikit, lalu ikut duduk di pinggir sehingga baju Gendhis ikut basah.
"Ndis?" Nina panik. Nina buru-buru bergeser sehingga posisi Nina sekarang berada tepat di depan Juragan Roni dan Gendhis berada di depan Arman.
Arman menepuk-nepuk tangan Gendhis yang terkena cipratan air hujan. Gendhis membalas dengan merapikan rambut Arman yang nampak lembab. Apa yang dilakukan Gendhis dan Arman tidak luput dari pandangan Juragan Roni dan Nina. Pandangan Juragan Roni dan Nina tiba-tiba bertubrukan. Juragan Roni dapat melihat rambut Nina yang terkena bulir air hujan dan baju Nina yang basah sebagian. Nina juga dapat melihat surjan Juragan Roni yang basah. Cakruk yang mereka tempati adalah cakruk terbuka sehingga air hujan memercik mengikuti angin. Saat angin ke timur, punggung belakang Nina dan Gendhis akan basah. Saat angin ke barat, punggung belakang Juragan Roni dan Arman yang akan basah.
Sejak tiba di cakruk Nina sudah melepas ikat rambutnya yang membuat rambutnya sekarang berantakan dan menutup sebagian wajahnya. Tangan Juragan Roni gatal untuk membenarkan rambut Nina. Juragan Roni lebih suka rambut Nina yang terikat apalagi disanggul. Bukan berarti saat Nina mengurai rambutnya, ia menjadi jelek. Hanya saja Juragan Roni menjadi tidak leluasa memandang wajah Nina.
Nina menjadi orang yang pertama memutuskan pandangan. Nina merapikan rambutnya namun angin cukup kencang sehingga Nina asal menguncir rambutnya. Apa yang dilakukan Nina membuat Juragan Roni tersenyum tipis.
"Kau kedinginan?" tanya Arman pada Gendhis.
Gendhis mengangguk lalu mendekatkan diri pada Arman, meminta Arman memeluknya. Namun Arman tidak langsung memeluk Gendhis, ia menatap Juragan Roni untuk meminta izin. Arman tidak tega dengan istrinya yang bibirnya sudah terlihat pucat. Juragan Roni paham tatapan Arman. Juragan Roni mengangguk mengizinkan.
Nina menyerahkan Gendhis sepenuhnya pada Arman. Sebelum menikah dengan Arman, biasanya Gendhis akan merengek dan bermanja dengan Nina. Namun karena Gendhis sudah menikah, Arman lebih berhak dan menjadi tanggung jawabnya untuk menjaga Gendhis.
Hujan semakin deras. Sudah satu jam lebih belum reda juga. Nina hampir menggigil. Nina menggosok-gosok tangannya agar hangat. Nina melihat bibir Juragan Roni yang pucat. Napas Juragan Roni juga cepat. Nina yakin Juragan Roni sangat kedinginan namun berusaha tidak memperlihatkannya.
"Juragan?" cicit Nina, namun masih dapat didengar oleh Juragan Roni.
Juragan Roni mendekat ke arah Nina, mencari hangat di sana. Nina melirik Arman dan Gendhis yang tenang dan memeluk satu sama lain. Sepertinya Arman dan Gendhis tertidur.
Jarak satu cakruk dengan cakruk lain cukup jauh. Apalagi jika hujan seperti ini, kabut ikut turun dan menutup cakruk-cakruk dari pandangan Nina. Melihat Juragan Roni yang mendekat, Nina menyentuh telapak tangan Juragan Roni yang sedingin es. Juragan Roni menggigil lalu menempelkan wajahnya ke cekukan leher Nina. Juragan Roni balas menggenggam Nina. Mereka saling menyalurkan hangat dalam diam.
***
Follow akun wp-nya biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐
