Surjan baru yang dibuat Nina sudah siap. Nina menyerahkannya pada Gendhis untuk diberikan pada Juragan Roni. Sebelum pergi Gendhis memeluk Nina erat, mengucapkan terima kasih dengan tulus. Sekarang Nina ditemani neneknya sedang membersihkan sisa potongan kain yang sudah tidak terpakai. Nina mengamati potongan kain yang ada di tangannya. Dari segi corak dan warna kemiripan hampir delapan puluh lima persen. Corak bunga mawar pada surjan yang terkena noda lebih besar daripada corak bunga mawar pada kain yang Nina punya.
"Mbah mau masuk kamar dulu Nin, jangan lupa istirahat," ucap nenek Nina, berjalan dengan punggung membungkuk karena terlalu lama duduk.
Semenjak kakeknya meninggal, Nina menjadi semakin mencintai neneknya. Nenek Nina adalah satu-satunya keluarga yang Nina punya. Nenek Nina bernama Ami, usianya hampir delapan puluh tahun. Di usia setua itu Mbah Ami masih kuat memasak dan berkebun kecil-kecilan.
Saat mengetahui anak dan menantunya meninggal, Mbah Ami benar-benar terpukul. Mbah Ami hanya memiliki satu anak dan itu ibunya Nina. Mbah Ami sudah mencoba menanyakan perihal kematian anak dan menantunya kepada abdi dalem Juragan Roni. Para abdi dalem selalu menjawab dengan jawaban yang sama bahwa putrinya meninggal karena kelelahan bekerja dan menantunya meninggal karena bunuh diri.
Mbah Ami tahu almarhum putrinya bukan orang yang lemah. Sejak kecil ibu Nina adalah sosok pekerja keras dan senang membantu. Karena tidak memiliki anak laki-laki, ibu Nina sering membantu bapaknya mencari kayu bakar dari pagi sampai sore. Bapak Nina juga seorang pekerja keras, menantu Mbah Ami giat bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Setelah kematian anak dan menantunya, Penguat Mbah Ami adalah suami dan cucu satu-satunya. Namun takdir berkata lain, tiga tahun setelah anaknya meninggal, kakek Nina menyusul. Semenjak itu Mbah Ami jadi sering sakit-sakitan. Untungnya Nina selalu ada untuk Mbah Ami, mereka saling menguatkan satu sama lain.
Mbah Ami selalu berpikir ia hanya bisa merepotkan Nina. Nina harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri dan Mbah Ami. Saat kuliah Nina menjadi pekerja jahit paruh waktu di pabrik dekat universitasnya. Selesai kuliah Nina tidak bisa melanjutkan cita-citanya sebagai guru karena mereka masih terikat hutang dengan keluarga Juragan Roni. Saat itu Pak Lik Sugeng datang bersama sesepuh desa dan beberapa abdi dalem untuk melanjutkan kontrak kerja orang tua Nina yang meninggal. Alasannya karena kerugian yang ditimbulkan bapak Nina sangat besar. Mbah Ami hanya bisa memohon untuk kebebasan Nina, tapi nihil, Nina tetap harus menjadi salah satu pekerja Juragan Roni.
Walaupun sudah menjadi pekerja kebun teh, Nina tetap menerima pesanan jahit apabila ada penduduk Desa Uyah yang membutuhkan jasanya. Mbah Ami sendiri mengakui jahitan Nina halus, Nina juga pandai membuat pola baju. Karena sudah sibuk bekerja di kebun teh Juragan Roni, Nina jadi kewalahan menerima pesanan jahit. Akhirnya setiap ada penduduk Desa Uyah yang ingin membuat pakaian, Mbah Ami kerap menolak, hal itu agar cucunya tidak kelelahan dan segera istirahat.
Nina selalu mengingatkan Mbah Ami agar ikhlas menerima takdir Sang Pencipta. Mbah Ami pun selalu mendoakan setiap kali Nina melangkah keluar rumah. Apapun yang Nina kerjakan semoga selalu dalam lindungan-Nya. Untuk mengurangi sedikit beban Nina, Mbah Ami membantu memasak seadanya, kadang-kadang ia juga berkebun di belakang rumah. Untuk urusan lainnya Nina yang mengerjakan, termasuk mencari kayu bakar. Nina masih harus pergi ke hutan seminggu sekali untuk mengumpulkan kayu bakar.
***
Mari berteman ❤️
Ig baru netes: jiahuha (profil bebek kuning)Follow akun wp-nya juga biar nggak ketinggalan update-an!
Terima kasih sudah membaca <3
Jangan lupa tinggalkan komen📱dan bintangnya ⭐