Prolog

12 1 4
                                    


Aku adalah seorang esper yang "jatuh". Kelahiranku bak kutukan dalam sebuah keluarga elementalis ternama. Ayah dan ibuku hampir bercerai saat aku baru berusia 5 hari.

Bagaimana tidak? Aku adalah satu-satunya esper berambut hitam di keluarga elementalis ini, Keluarga Toya. Ayahku berambut biru, menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang elementalis air, sedangkan ibuku adalah elementalis api yang berambut merah menyala.

Harusnya, aku mewarisi karakteristik salah satu dari mereka seperti saudara-saudariku yang lain. Mata kananku merah menyala, sedangkan mata kiriku biru gelap. Hanya mataku saja yang menunjukkan bahwa aku berdarah campuran elementalis api dan air, sedangkan rambutku-yang bagi para esper sangat penting untuk menunjukkan identitas ras mereka-malah menunjukkan warna yang berbeda.

Aku memiliki rambut yang hitam legam. Tak ada satu pun ras esper yang mewariskan warna rambut seperti ini. Saat DNA-ku diuji, hasilnya menunjukkan bahwa diriku ini memang anak kandung ayah dan ibu. Alhasil, ayah sangat lega dan memohon ampun pada ibu sebesar-besarnya.

"Ini adalah fenomena langka," kata dokter yang memeriksaku saat itu, "Anak ini ..."

Ucapannya tertahan seolah kenyataan itu pahit untuk dikatakannya. Kedua orang tuaku pun sampai dibuat gugup olehnya. Namun, mereka telah mempersiapkan hati sebaik mungkin untuk menerima apa adanya.

"... dia adalah seorang esper yang jatuh," kata sang dokter. Esper yang jatuh merupakan ungkapan untuk seorang esper yang gagal mewarisi karakteristik ras dari kedua orang tuanya. Dia tidak akan bisa menggunakan kekuatan rasnya. Karena itulah, para esper yang jatuh sepertiku umumnya dibuang dari keluarga, bahkan dianggap ...

"Dia adalah kutukan!" seru seorang tetua dari Keluarga Toya, keluarga elementalis air ayahku, "Buang dia sekarang juga! Ceraikan juga wanita yang sudah melahirkannya itu! Dia pasti sudah berzina dengan seseorang di belakang sana."

Ayah tidak menerima perintah itu. Ia menentang sang tetua. Konon katanya, ayah bahkan sampai hampir menghancurkan kediaman utama Keluarga Toya dengan tsunami besar saking marahnya. Sejak saat itu, keluargaku pun diasingkan dari Kota Baiyusia, tempat para elementalis air tinggal.

"Tinggallah di sini! Aku menjamin keselamatan atasmu dan seluruh keluargamu," ucap kepala Keluarga Ghenius, keluarga elementalis api ibuku saat ayah meminta izin padanya. Berbeda dengan para tetua dari Keluarga Toya, ayah dari ibuku menerima kami dengan baik. Kami pun tinggal di Kota Aganisia, kota para elementalis api.

Meski dengan perlindungan kakek yang seorang kepala keluarga sekalipun, bukan berarti keluargaku tenteram begitu saja. Ada banyak orang di Kota Aganisia yang menggunjing ayah dan ibuku. Itu semua terjadi hanya karena keberadaan diriku.

Begitu juga dengan saudara-saudariku. Mereka tak luput dari cercaan kawan-kawannya karena bersaudara denganku, seorang esper yang jatuh. Memang apa salahnya jadi seorang esper yang jatuh, padahal aku tidak melakukan kejahatan apa pun?

"Pergi kamu! Kamu bukan saudaraku!" Itu yang dikatakan kakak termudaku, Erwin Toya, setelah sekian banyak ejekan yang diterimanya. Aku mengerti dia mungkin tertekan. Ia bahkan terlihat jijik tiap kali berpapasan denganku.

"Jangan ganggu aku. Hiduplah seperti angin yang berlalu!" Itu yang diucapkan kakak keduaku, Seila Toya. Dia gadis yang cuek. Tatapannya selalu mengerikan tiap kali melihatku.

"Jangan pernah mengaku sebagai adikku. Kita jauh berbeda." Itu yang diungkapkan oleh kakak sulungku, Alteir Toya, seorang pemuda yang terkenal ramah dan baik hati di luar sana. Dia seorang panutan di mana pun ia berada, kecuali saat berurusan denganku.

"Jangan pedulikan mereka, Savil," hibur ibuku, Elianna Ghenius, dengan tulus, "Apa pun yang terjadi, kamu adalah putraku."

Itu adalah ucapan terhangat yang pernah kudengar. Ucapan yang tulus dari ibuku, malaikat yang selalu melindungiku setiap waktu.

"Kamu adalah putraku. Jangan pernah lupakan itu." Ayahku, Iskhan Toya, tak berbeda jauh dengan ibu. Dia juga menyayangiku, tak peduli dengan apa pun yang orang lain katakan. Ayah dan ibu, mereka berdua cukup bagiku ...

.

.

.

... sampai mereka ...

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang