013: Kekalahan Armada

1 0 0
                                    

"Sial!" umpat Weldy kesal, "Kita bakal terlambat kalau begini."

"Tenang saja," balas Blis, kawan terdekatnya yang merupakan seorang elementalis api, "Kalau kondisinya semendesak ini, pasti akademi bakal mengerti. Mana mungkin kita dihukum gara-gara terperangkap di sini."

"Hais ... harusnya aku masih di Varsa saja kalau tahu bakal begini," keluh esper yang lain.

"Heh!" tegur yang lainnya lagi, "Jangan sembarangan. Siapa juga yang mau terlambat ke akademi? Tempat itu sangat ketat tahu! Kamu lupa kalau dulu sudah pernah hampir diusir dari akademi karena terlambat."

Hal itu memang gawat. Akademi Burlian memiliki peraturan yang sengat ketat, bahkan pada Keluarga Kekaisaran Bima Sakti. Tidak boleh ada pelanggaran, kecuali bila itu karena hal yang benar-benar gawat seperti sekarang.

"Armada Varsa bisa menang, kan?" tanya Lily, seorang esper dari ras Penenun sama seperti Yuni.

"Tidak," jawab seorang gadis bermata buta, "Armada akan dikalahkan, bahkan lebih cepat dari yang disangka."

"Benarkah?" Lily seketika menjadi cemas dengan ucapan gadis bermata buta itu, "Kalau Orchis bilang begitu, kemungkinan besar benar-benar akan terjadi."

Orchis Mikier, gadis esper dari ras Hinian yang langka. Konon katanya, mereka dapat melihat masa depan dan masa lalu. Apa yang dikatakan oleh ras mereka memiliki kemungkinan besar untuk bernar-benar terjadi.

"Apa stasiun ini akan runtuh?" tanya Souli yang entah sejak kapan berdiri di samping gadis Hinian itu. Dia mengepalkan tangannya erat-erat. Ada ekspresi kemarahan pada wajahnya.

"Entahlah," jawab Orchis seraya menggeleng pelan, "Kalau semua orang bekerja sama, kita mungkin selamat."

Tanpa melakukan itu pun, kupikir kamu semua akan selamat. Bagaimanapun juga, kami adalah pengunjung yang tidak ada kaitannya dengan Varsa. Bila Sekte Leberyntos ini hanya sekadar mengincar Varsa, mereka pasti tidak akan melukai kami, kecuali bila mereka tidak kapok setelah apa yang terjadi 12 tahun lalu.

Semua orang gelisah saat ini, termasuk diriku. Kami semua berdiam diri di pesawat, menunggu Armada Tempur Angkasa Varsa mengatasi masalah ini. Sayangnya, apa yang Orchis katakan sungguh benar terjadi setelah beberapa hari pertempuran.

Armada Varsa diporak-porandakan oleh musuh. Kapal induknya telah dihancurkan. Bersamaan dengan itu, sistem komando mereka mati. Pasukan Armada yang tersisa pun ditarik mundur ke stasiun.

"Meskipun kalah, mereka juga sudah menimbulkan kerusakan yang besar pada armada musuh," kata Souli cemas, "Musuh tidak akan sembrono menyerang stasiun, kan?"

"Entahlah," jawabku singkat. Orchis yang mampu memprediksi masa depan saja tidak tahu, apalagi aku. "Lagi pula, ini bukan urusan kita."

"Savil, apa kamu tidak peduli sama sekali?" tanya Souli dengan riak yang bergelombang pada air mukanya, "Ini berkaitan dengan nyawa masyarakat sipil."

"Kita juga masyarakat sipil," balasku datar, "Itu adalah urusan pemerintah setempat untuk memastikan keamanan warganya. Sebagai masyarakat sipil, kita hanya perlu mengikuti perintah."

Setelah menyaksikan diskusi antara Armada Varsa dan musuh, aku menyimpulkan bahwa tujuan Sekte Leberyntos itu adalah merebut Varsa. Tujuannya sama seperti invasi mereka 12 tahun lalu. Mereka tidak ada urusannya dengan kami, para pengunjung. Sekte Leberyntos itu bahkan menjamin bahwa kami akan selamat. Jadi, selama kami bersabar, situasi ini akan dapat berlalu dengan baik mau siapa pun pemenangnya.

"Apa kamu percaya itu?" Souli jadi frustrasi sendiri mendengar jawabanku. Dia tampaknya sangat peduli dengan keselamatan orang banyak, bahkan walaupun ia tidak mengenal mereka sama sekali. "Para penguasa, setelah mereka menguasai suatu tempat, mereka pasti akan meluluhlantakkannya."

Aku pun terdiam mendengar emosinya itu. Yah, Sekte Leberyntos memang tidak dapat sepenuhnya dipercaya. Buktinya, mereka bahkan sudah mengambil sandera pada sabotase mereka sebelumnya. Sampai sekarang, sandera itu masih ditahan oleh mereka. Aku, Yuni, dan Reina mungkin akan bernasib sama seperti para sandera itu bila kemarin tertangkap.

"Anak-anak!" seru seorang pria mengejutkan kami semua yang tengah terjebak dalam ketegangan perang ini. Ah, dia adalah pria yang memandu kami pertama kali. Namanya adalah Instruktur Isy, seorang esper elementalis tanah yang memimpin perjalanan kami semua. "Ada pengumuman penting untuk kalian semua!"

Instruktur Isy mengumumkan situasi terkini dengan panjang lebar. Bila diringkas intinya, Stasiun Varsa telah meminta bantuan dari Akademi Burlian untuk mengatasi krisis mereka. Kebetulan, selain kami, ada dua rombongan lain yang akan berangkat ke akademi tersebut. Jika ditotalkan, jumlah kami yang berasal dari Akademi Burlian akan setara dengan sebuah kompi dengan dua atau tiga peleton. Oleh karena itu, para mahasiswa akademi yang sudah memiliki pengetahuan militer dasar ini diharapkan dapat membantu menjaga keamanan di Stasiun Varsa.

"Ini tidak bersifat wajib," kata Instruktur Isy, "Kalian boleh ikut atau berdiam di sini sampai situasinya aman. Namun, Otoritas Planet Varsa menjanjikan kompensasi yang besar bagi siapa pun yang berpartisipasi dalam menjaga keamanan Stasiun Varsa."

"Bagaimana dengan akademi?" tanya Weldy selepas Instruktur Isy memberi kesempatan bertanya.

"Akademi pun akan memberi kalian kompensasi yang sesuai dan nilai tambah untuk mata kuliah tertentu," jawab Instruktur Isy menjanjikan. "Tenang saja. Tugas kalian nanti adalah menjaga para pengunjung di benteng terakhir. Pastikan agar tidak ada lagi yang dijadikan sandera oleh musuh."

"Tapi, tetap saja ini berbahaya," ucap salah seorang esper cemas, "Bagaimana kalau kita mati di sini?"

"Benar, ini pasti sangat berisiko," sahut lainnya, "Aku masih muda dan belum menikah. Aku tidak mau mati."

"Lebih baik kita menunggu di pesawat," timpal lainnya lagi, "Bukannya mereka bilang tidak akan mengusik pengunjung seperti kita."

"Aku ikut!" tiba-tiba Souli berseru lantang seraya mengangkat tangannya. "Aku akan turun dan melindungi para pengunjung yang lain."

"Hah! Sejak kapan para esper seperti kita takut maju ke medan perang? Aku juga ikut!" timpal Weldy ikut tersulut oleh semangat Souli. Ia pun menyikut kawan di sampingnya seraya berkata, "Hei, ayo kita beraksi di sini."

"Apa?" kawannya tampak ragu, "Tapi ...."

"Savil," panggil Souli mendekatiku setelah sebagian besar esper mulai berniat untuk turun, "Ayo kita ikut bersama."

Aku menatap pemuda itu sebentar, lalu mengalihkan pandanganku ke layar yang menunjukkan situasi stasiun. Ada beberapa bagiannya yang hancur di sana. Setelah berpikir sejenak, aku pun menjawab, "..."

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang