016: Markas Pusat SIV

1 0 0
                                    

"Souli merupakan esper Astralian yang hebat," kata Orchis dengan ekspresi yang tampak sendu, "Tapi dia sangat ceroboh. Bocah itu akan mempertaruhkan nyawanya sendiri demi keselamatan kawan-kawannya."

"Hm." Pada akhirnya, aku terbujuk oleh permohonan gadis buta itu. Dia terlihat sangat tulus ingin menyelamatkan kawan-kawannya. Katanya, ia ingin kami semua selamat sampai akhir.

"Terima kasih, Savil." Orchis menyunggingkan senyum yang indah di wajahnya. "Aku pasti akan membalas kebaikanmu."

Aku sudah mengonfirmasi surat permohonan resmi dari Armada Tempur Angkasa Varsa (ATAV). Karena sudah tidak ada urusan lain lagi, aku pun bangkit untuk pulang kembali ke kamar. Belum selangkah kakiku berjalan, tiba-tiba Orchis kembali memanggil.

"Savil, bisakah kamu menyampaikan pesanku pada Souli," katanya yang kubalas dengan singkat dan sebuah anggukan kecil. Ia pun menyampaikan pesannya, "Tolong jangan gegabah."

"Aku kukatakan padanya." Aku pun melangkah pergi ketika ia kembali berterima kasih padaku. Sebelum pulang ke kamar, aku datang ke kantor arsip pesawat. Seorang instruktur yang bertanggung jawab atas para mahasiswi tengah berada di sana.

"Instruktur Iyva," panggilku selepas dipersilakan masuk, "Bolehkah aku melihat arsip data para mahasiswa."

"Tidak bisa," jawab Instruktur Iyva tegas. "Lagi pula, untuk apa kamu meminta informasi pribadi teman-temanmu?"

"Saya harus mengenal semua kawan-kawan sebelum terjun ke pertempuran," jawabku, "Ini penting agar saya dapat memberi arahan yang tepat pada mereka."

"Apa?" Instruktur Iyva mengerutkan kening, "Bukannya kamu menolak untuk berpartisipasi?"

"Awalnya begitu," balasku, "Tapi seseorang merekomendasikanku sampai ATAV pun mengirimkan surat resmi."

"Yah, surat persetujuan itu harusnya juga baru saja sampai kepadaku." Instruktur Isy muncul dari belakang. Ia masuk ke kantor arsip, lantas bergabung dengan kami. "Savil akan bekerja dengan para komandan dan operator di markas pusat. Dia bertanggung jawab atas tim dua dari unit esper."

"Oh~" Instruktur Iyva merespons datar.

"Jadi," lanjut Instruktur Isy, "Berikan saja apa yang dia butuhkan. Aku mengerti kenapa ia meminta itu."

"Apa itu baik-baik saja?" tanya Instruktur Iyva mengonfirmasi, "Data pribadi para mahasiswa adalah privasi mereka."

"Ini untuk kebutuhan misi," balas Instruktur Isy, "Jadi, itu tidak masalah."

"Baiklah," kata Instruktur Iyva mengalah, "Tapi kamu hanya boleh membacanya di sini."

Ia pun bangkit dari meja, lantas mengambil sebuah tablet di rak kantor. Diserahkannya tablet berisi basis data para mahasiswa tersebut kepadaku. Aku membacanya dengan cepat. Apa yang perlu kuhafal hanyalah nama, ras, kemampuan, dan wajah mereka. Satu jam berlalu, ATAV pun memanggilku untuk pergi ke markas pusat SIV.

Aku melihat Reina juga ada di sana. Seperti biasa, dia langsung memalingkan muka tiap kali bertatapan denganku. Itu mengingatkanku pada Siela Toya, kakak perempuanku. Saking bencinya dia padaku, ia selalu memalingkan muka tiap kali bertemu denganku.

"Kau pasti Savil Ghenius, kan?" Seorang wanita muda berseragam militer mengulurkan tangan padaku. "Senang bertemu denganmu. Aku Marsda Ros, orang yang mengundangmu ke mari."

"Senang bertemu dengan Anda, Ny. Marsekal," jawabku seraya menyatukan kedua tangan di depan dada, menolak uluran tangannya, tapi tetap menerima salamnya. "Suatu kehormatan dapat bekerja sama dengan Anda."

Marsda Ros terlihat kikuk untuk beberapa saat. Ekspresinya tampak seperti ketika Kapten Andreas ketika Reina menolak uluran tangannya. Selepas itu, Marsda Ros pun menjelaskan tugas dan posisiku secara singkat. Detailnya sih sudah diberi tahu oleh Instruktur Isy sebelumnya.

"Marsekal! Pasukan perintis musuh telah sampai di stasiun!" lapor salah seorang operator di markas pusat, "Mereka terjun di tiga titik. Area-X, Area-T, dan Area-P."

"Cih! Ini lebih cepat dari perkiraan," kata Marsda Ros kesal, "Lekas ke posisi masing-masing! Perintahkan pasukan di area tersebut untuk segera menyambut serangan."

Area-T. Area itu bersebelahan dengan Area-U, tempat perlindungan para pengunjung. Unit Esper-2 yang ada di bawah komandoku berjaga di sana.

"Di sini markas pusat," kataku begitu duduk di kursi komando Unit Esper-2, "Perhatian kepada seluruh unit, musuh telah menyerang Area-T di sebelah kalian. Bersiap untuk serangan. Arahkan para pengunjung untuk bersiap mengungsi ke Area-R. Prioritaskan keamanan mereka."

"Dimengerti!" jawab Instruktur Isy di seberang sana. Dia yang menjadi kapten untuk tim dua. Dari layar pengawas, aku melihat ia mulai mengomando kawan-kawan lain yang mayoritas merupakan seniorku. Aku juga melihat ada Souli dan Weldy di sana.

"Mohon kerja samanya, Rubah Perak," kata Reina yang duduk di sebelahku.

Aku refleks menoleh mendengar julukan itu. Itu adalah julukan yang kugunakan saat menjadi komandan para esper di Akademi Militer Elementalis dulu. Karena para elementalis umumnya membenciku, aku terpaksa menggunakan suara dan nama samaran sebagai komandan agar mereka menurut. Sampai akhir masa wajib militerku, harusnya tidak ada yang tahu identitas "Rubah Perak" sebenarnya kecuali instruktur pembimbingku.

Ya, harusnya tidak ada yang tahu kecuali bila ia "si Mawar Biru". Dia seorang komandan misterius yang berperan sama sepertiku. Orang yang selalu menduduki peringkat dua selepasku kecuali di semester lima.

"Ini semua ulahmu, kan?" tanyaku di sambil tetap memperhatikan layar-layar holografis di depanku.

"Apa?" tanya Reina sok tak tahu.

"Kamu yang menyeretku ke mari," jelasku, "Pasti kamu juga yang menyuruh Yuni dan Orchis untuk mendesakku."

"Aku memang minta tolong pada Yuni," balas Reina dengan nada suaranya yang datar ketika tengah serius. "Tapi Orchis tidak. Dia pasti melihat sesuatu di masa depan dengan kemampuannya."

Aku pun terdiam, tak lagi membalas ucapannya. Kami berdua sama-sama fokus mengawasi pergerakan musuh sembari berkomunikasi dengan unit masing-masing. Beberapa jam berlalu, hal yang dikhawatirkan pun akhirnya terjadi.

"Marsekal!" seru salah seorang operator yang bertugas mengawasi jalannya pertempuran, "Area-X telah dikuasai."

"Area-T juga telah dikuasai!" seru yang lain. "Begitu pula Area-P. Ketiga titik terserang telah direbut."

✨️✨️✨️

Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.

Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.

Makasih udah mampir😉

Kronik Perang Sang Esper yang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang