Aku berhenti menata lemari, memikirkan tawaran Bintang.
Seorang gadis dari keluarga kekaisaran yang mewarisi darah esper dan mengaku bisa terbang.
Itu saja sudah cukup menarik bagiku, terutama karena kemampuan itu tidak pernah aku lihat atau dengar di Esperheim. Para esper yang kukenal memiliki berbagai kemampuan luar biasa, tapi terbang? Itu seolah-olah melanggar hukum alam yang sudah tertanam dalam diriku sejak kecil.
"Jadi bagaimana?" tanya Bintang lagi. Dia menatapku lurus dengan senyum lebarnya, tatapannya seolah-olah sedang menggoda, menantangku untuk ikut serta dalam rahasianya. Mata cerahnya tidak pernah melepaskan pandangannya dariku.
Aku berusaha mengalihkan pikiranku yang berkecamuk. Ada beberapa kemungkinan yang muncul di benakku. Pertama, kemampuan itu mungkin berasal dari ras lain yang semacam esper tetapi di luar Esperheim. Kedua, kemampuan itu bisa jadi hasil dari mutasi gen antara manusia dan esper, campuran yang menghasilkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh esper murni. Ketiga, mungkin ini adalah hasil dari rekayasa genetik—proyek rahasia yang dilakukan diam-diam oleh manusia, menciptakan anomali genetis.
Ketiga kemungkinan itu membuat darahku berdesir. Jika benar, ini bisa menjadi informasi yang tidak ternilai.
"Yah, aku mau," jawabku akhirnya, setengah tersenyum dengan pikiran yang sudah dipenuhi rasa ingin tahu. Pertemuan dengan tuan putri berdarah esper ini mungkin akan menjadi kunci untuk mengungkap misteri yang lebih besar. Bayangkan saja, aku—seorang esper yang tidak bisa menggunakan satu pun kemampuan esper, malah bertemu manusia yang hanya memiliki sebagian darah esper, tapi mampu terbang. Itu akan menjadi ironi yang pahit dan luar biasa menarik.
Bintang tampak senang mendengar jawabanku.
"Bagus!" serunya riang, tatapannya berbinar. "Aku akan langsung memberitahunya setelah ini. Kita janjian kapan bisa bertemu. Karena jadwal kuliah yang padat, kemungkinan hanya bisa di akhir pekan sih."
"Aku tidak masalah," balasku. Toh, aku belum punya kegiatan apa pun yang bisa dilakukan pada akhir pekan. Pikiran untuk bertemu dengan gadis kekaisaran yang penuh misteri itu sudah cukup untuk membuatku rela menunggu.
Bintang kemudian memanggil dua teman sekamarnya. "Hao, Satria, apa kalian juga mau ikut nanti?"
Satria langsung menggeleng, tampak tak tertarik dengan undangan itu.
"Tidak," jawabnya datar. "Ada buku yang harus kucari untuk penelitianku nanti. Kamu tahu, aku tidak bisa melewatkan kesempatan untuk menemukan sumber daya yang langka."
"Ah, peneliti sejati," Bintang tertawa pelan. "Bagaimana denganmu, Hao?"
Hao, yang sedang memeriksa gawainya, menatap sekilas ke arah kami sebelum mengangkat bahu.
"Aku juga belum bisa ikut," katanya, agak menyesal. "Keluargaku ada acara akhir pekan ini. Hah... sayang sekali, padahal aku juga ingin bertemu dengan tuan putri."
"Yah, baiklah," Bintang menghela napas pendek sambil tersenyum, tapi tak menunjukkan tanda kecewa. Ia sudah puas dengan kesepakatan kami. Dia langsung mengambil gawainya dan menghubungi seseorang di seberang sana. Suara percakapan terdengar samar di ruangan itu. Aku tidak mencoba mendengarkan, tapi beberapa kata bocor dari percakapan mereka. "Savil sudah setuju... akhir pekan ini... tempat biasa..."
Mereka tampaknya sudah merencanakan tempat pertemuan itu dengan baik. Setelah cukup lama berbicara, Bintang memutus panggilan dan mengabariku, "Waktunya sudah fiks. Kita bertemu akhir pekan ini. Kamu bisa ikut saja denganku nanti."
"Oke," balasku singkat. Saat aku memasukkan barang terakhirku ke dalam lemari, aku menyadari bahwa pikiranku dipenuhi oleh bayangan tentang pertemuan yang akan datang. Ada rasa ingin tahu yang mendorongku, tapi di balik itu, ada sedikit perasaan tidak nyaman—seolah ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyum lebar Bintang.
Hah... akhirnya aku bisa istirahat juga. Aku berbaring di kasurku, mencoba mengabaikan rasa penasaran yang terus menggerogoti pikiranku. Tetapi setiap kali aku memejamkan mata, bayangan gadis kekaisaran itu muncul kembali. Esper yang bisa terbang—benarkah itu mungkin?
Sst...! Aku seharusnya menolak tawaran Bintang waktu itu.
Siapa sangka?
Siapa yang bisa menduga bahwa pertemuan itu akan melibatkanku dengan masalah yang besar?
Aku tidak tahu saat itu, tapi pertemuan dengan tuan putri berdarah esper itu akan menyeretku ke dalam pusaran takdir yang tidak pernah kusangka sebelumnya. Dan sekarang, sudah terlambat untuk kembali.
✨️✨️✨️
Jangan cuman jadi silence readers aja. Kasih vote, komentar, dan follow.
Aku bakal seneng banget kalau kalian bantu koreksi semisal nemuin plot hole di novel ini.
Makasih udah mampir😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Kronik Perang Sang Esper yang Jatuh
Ciencia FicciónSavil Ghenius lahir dari keluarga elementalis ternama-Keluarga Toya dan Keluarga Ghenius. Namun, sejak kecil, Savil tahu dia berbeda. Rambut hitam legamnya bukan hanya tanda unik, tapi juga simbol kutukan. Kutukan bahwa dia adalah seorang esper yang...